Wednesday, December 19, 2007

Situs Resmi MITMI - Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Mahasiswa Indonesia

http://www.mitmi.org/
Hmm... ini dia situsnya pelopor revolusi akademik di Indonesia menuju Indonesia yang maju dan mandiri. Mengapa revolusi akademik? Kata kuncinya adalah: MAHASISWA!!

Kita tahu, di berbagai tempat di belahan dunia manapun, revolusi dan perubahan besar banyak diciptakan oleh para pemuda. Pemuda adalah pelopor perubahan, kita tidak sangkal itu. Sudah terlalu banyak contoh yang ada.

Sedangkan mahasiswa? Hanya beberapa persen dari pemuda (khususnya di Indonesia) yang mempu mengenyam pendidikan tinggi (baca: berstatus mahasiswa), dan mestinya secara logika merekalah yang paling berpotensi menjadi garda terdepan perubahan itu. Menjadi pemimpin perubahan yang ada.

Mahasiswa, memiliki tiga peran yakni iron stock, social control dan agent of change. Mahasiswa harus bisa menjadi agent of change secara taktis dan strategis. Peran sebagai agent of change secara strategis dapat dilakukan manakala mahasiswa bisa mengoptimalkan perannya sebagai iron stock. Untuk itu harus memiliki profesionalitas keilmuan, integritas moral dan kredibilitas sosial. Kita tidak butuh orang pintar saja, tapi orang pintar yang bermoral. Kita tidak hanya butuh ulama, tapi juga butuh ahli-ahli yang berkompeten di bidangnya.

Nah, MITMI selama ini telah berperan cukup besar dalam merintis dan mengembangkan revolusi akademik di berbagai penjuru Indonesia. Melalui MITMI, kita berharap Indonesia bisa lebih cepat menjadi bangsa dan negara yang maju dan mandiri.

Lihat websitenya. Tampilannya memang masih sangat sederhana. Bisa dikatakan garing malah. Makanya butuh masukan dari para pengunjung. OK.

'I'm No More Spiderman!' 2


Oleh : Cahya Herwening


(sambungan dari: "I'm No More Spiderman!")

Tanpa adanya Spiderman di tengah-tengah kota, maka dengan leluasanya Dr. Octopus berbuat sesuai keinginannya. Musuh Spiderman kali ini merampok bank tanpa ada yang menghalangi. Dia juga mengumpulkan bahan dan energi untuk kelanjutan proyek labnya, tanpa juga ada yang menghambat. Padahal itu adalah proyek yang bisa membahayakan penduduk kota. Dan ulah Dr. Oct terus berlanjut tanpa ada yang menghentikan. Parker yang tahu apa yang terjadi pun tidak mampu berbuat apa-apa karena ... dia bukan lagi seorang Spiderman.

Sampai pada suatu saat, Dr. Oct menyandera Mary Jane untuk memancing Spiderman keluar. Dr. Oct telah mengetahui siapa di balik topeng Spiderman, dan juga tahu bahwa Mary Jane adalah orang yang sangat dicintainya. Tujuan Dr. Oct tak main-main ... MEMBUNUH SPIDERMAN! Saat Parker tahu bahwa Mary Jane disandera Dr. Oct, maka meluaplah kemarahannya. And this will be the moment of change! Tahu dengan sangat bahwa dia mencintai Mary Jane semenjak kecil, maka disadari Parker bahwa dia harus menyelamatkan gadis itu. Tak ada cara lain ... selain kembali menjadi: SPIDERMAN!

Peter Parker berlari sekencang-kencangnya dan melompat ke dinding ... BISA! Secepatnya dia merayap ke atas, kemudian berlari lagi di atas gedung bertingkat. Berlari dan melompat .... "Yuuuhuuuu!!" teriaknya kegirangan dengan hasil lompatannya yang jauh, melompat dari gedung ke gedung. Dan akhirnya, melompat sekali lagi dan ... "serrrrttt", meluncurlah jaring dari tangannya lalu berayun .. "yuuuhuuuu!!"

Ternyata cinta memang bisa mengubah semuanya, dan cinta juga bisa menumbuhkan semuanya. Spiderman has come and all of his abilities are completely back!! Welcome back Spiderman!!


Yang telah nonton filmnya pasti tahu bagaimana cerita selanjutnya. Yang jelas pada akhirnya Spiderman-lah yang menang. Nah, buat apakah saya menceritakan beberapa bagian film ini? Adakah hubungan dengan kita? Mari kita lihat.

Apa yang terjadi dengan Parker, mungkin sekali pernah terjadi pada kita. Atau ... mungkin sekarang ini kita sedang mengalaminya. Suatu kondisi dimana kita bingung, sulit berbuat apa-apa, seperti kehilangan potensi dan mobilitas kita, dan apa-apa yang kita lakukan tidak produktif. Kita tidak mantap terhadap aktivitas kita, tidak yakin, ragu akan sesuatu yang kita lakukan. Respon kita lambat. Dan kreativitas kita mati.

Bagi para aktivis dakwah, contoh hal yang terjadi adalah bermasalah akademisnya, IP-nya jeblog, tidak semangat kuliah, aktivitas dakwahnya pun tidak produktif. Kapasitas rekrutmennya kecil, lambat merespon perubahan kondisi, mobilitas rendah, binaan sedikit dan berbagai permasalahan lain yang bisa jadi menumpuk. Atau bagi yang sudah punya maisyah juga, ada masalah pada hal yang digelutinya itu. Mengapa contoh-contoh yang telah disebutkan di atas atau yang belum, bisa terjadi? Apa sebabnya?

Kita kembali pada cerita Spiderman. Pada saat itu Peter Parker mengalami kegamangan dalam menjadi Spiderman. Dia ragu pada apa yang dilakukannya. Tidak mantap dalam menjalani perannya. Dia kehilangan orientasi. Dia bahkan secara tidak sadar ingin hidup sebagai orang biasa. Dan berakhir pada kesimpulan sebagaimana jawaban dokter yang dicurhatinya, bahwa dia bukan lagi Spiderman.

Hal analog bisa terjadi pada kita. Kita kehilangan orientasi atas apa yang kita jalani. Aku bukanlah aktivis dakwah. Siapa aku? Orang seperti aku tidak pantas menjadi seperti itu. Hmm... lebih enak jadi orang biasa saja. Kuliah nyaman, tidak repot-repot kebanyakan rapat, tidak usah pakai demo-demoan, bisa lebih banyak di rumah, gak boros bensin dan pulsa, dan sebagainya .. dan sebagainya. Jangan-jangan kita telah menanamkan benih itu dalam diri kita, dengan kata-kata ..."aku bukanlah seorang aktivis dakwah...".

Inti permasalahannya adalah pada : HILANGNYA ORIENTASI dan TIDAK TOTALITAS dalam beraktivitas.

Hilangnya orientasi dalam bergerak dan tidak totalitas dalam aktivitas dapat menjadi akar penyebab semua masalah itu. Bagaimana tidak? Orientasi adalah sesuatu yang menentukan niat dan tujuan seseorang, dan itu akan terkait dengan impian dan idealisme yang ingin dicapai, yang kesemuanya itu akan mempengaruhi komitmen, konsistensi dan ketegaran seseorang dalam beraktivitas. Hilangnya orientasi awal seseorang akan membuat arah perjuangannya berubah, ke arah orientasi yang telah melenceng. Atau jika orientasi itu hilang sama sekali maka akan membuat orang itu berhenti berjuang. Karena visualisasi dari impian dan cita-citanya telah hilang .. dan semuanya telah berubah menjadi tanpa tujuan pasti. Inilah yang akan melemahkan semangat bergerak, dan menurunkan responsifitas.

Tidak adanya totalitas dalam beraktivitas ada hubungannya juga dengan hilangnya orientasi tadi. Tidak totalitas disebabkan karena tidak mantapnya niat, tidak jelasnya tujuan dan tidak terukurnya target. Semangat dan daya juangnya menurun drastis, ketahanannya lemah, tidak konsisten (istiqomah). Kerja yang setengah-setengah akan membuat inefisiensi dan inefektifitas, yang hasilnya adalah tidak produktifnya kerja. Selain itu … yang cukup parah adalah lemah dan bahkan matinya kreatifitas dan inovasi. Padahal hal itulah yang menjadi bekal untuk menghadapi tantangan dan hambatan.

Sungguh berbahaya. Jika kedua hal tersebut tidak segera di atasi, maka akan menimbulkan dampak yang tidak sepele. Secara personal akan merasa gersang terhadap aktivitasnya, tidak ada perasaan nikmat dalam menjalaninya. Juga akan menimbulkan kacaunya manajemen diri, karena semua dilakukan dengan serba setengah-setengah. Lama kelamaan akan menimbulkan stress dan frustasi. Dari sini pintu kefuturan terbuka lebar, bahkan bisa timbul keputus asaan. Secara interpersonal akan mengalami masalah dalam hubungan dan interaksi. Secara organisasional akan menimbulkan tidak produktifitasnya kerja organisasi, pola hubungan antar elemen yang tidak sehat, dan tatanan sistem yang terganggu. Jika dibiarkan maka bangunan organisasi akan roboh.

Maukah kita mengalami hal-hal tersebut? Tentu tidak kan? Maka jika kita mulai kehilangan orientasi, cari dan ingat kembali orientasi itu. Pahamilah tujuan. Rumuskan keinginan, impian dan cita-cita. Visualisasikan dengan jelas, rasakan sensasi nikmat dan indahnya ketika mencapai impian itu. Setelah kita punya gambaran yang mantap, pegang erat-erat dan jadikan sumber energi. Selalu lakukan visualisasi ketika terjadi inkonsistensi, dan kembalilah bergerak. Bergerak dengan totalitas, karena telah jelas orientasi dan tujuan atas apa yang kita lakukan, juga impian dan target yang hendak kita capai.

Dengan orientasi yang benar dan mantap disertai totalitas dalam kerja dan aktivitas .. maka tak ayal sifat superhero dalam diri kita akan kembali muncul. Akan ada lagi para Spiderman (dan Spiderwoman), Spiderwan dan Spiderwati yang siap bergerak menuntaskan perubahan. Menyingkirkan segala kejahatan, kejahiliyahan dan kebatilan yang ada untuk meraih cita dan harapan mulia.

So .. mantapkan orientasi dan bergeraklah secara totalitas. True believers, welcome to the world!!! [ ]


Selasa, 18 Desember 2007

Tuesday, December 18, 2007

Sudahkah Kita Menyebarkan Salam?




Oleh : Cahya Herwening


“...Mengucap salam dan bersalaman kan bisa mempererat persaudaraan ya Mas. Masak datang di suatu tempat tapi diam saja, tidak mengucap salam pada orang di sana. Wah .. zaman sekarang banyak orang kalau di belakang berkoar-koar hidupkan syariat Islam tapi kok saat ketemu orang mengucap salam saja tidak mau...”

Jlebb!!

Tertohok sekali rasanya hati ini mendengar perkataan seorang bapak yang (kelihatannya) menjadi pengurus sebuah masjid yang saya kunjungi di selatan Ring Road dekat terminal Giwangan Yogyakarta. Pasalnya, sayalah sepertinya yang menjadi pelaku dari apa yang beliau katakan itu.

Waktu itu, hari Selasa 27 November 2007, saya ada janji dengan seorang teman mantan satu sub unit di KKN untuk bertemu di perempatan selatan terminal Giwangan. Siang itu kami berencana berkunjung ke lokasi KKN kami dulu, karena sudah lama tidak menyambangi tempat tersebut. Terhitung sejak pekan kedua Ramadan hingga saat itu, saya sendiri tidak pergi ke tempat yang sebelumnya hampir rutin saya kunjungi untuk sekadar ketemu dengan adik-adik atau mengajar TPA. Setelah sampai di tempat yang disepakati, saya mencari masjid terlebih dahulu karena belum shalat Dhuhur. Beruntung ada masjid di tempat yang tidak terlalu jauh.

Ketika sampai di masjid tersebut, terlihat beberapa bapak (lebih tepatnya pemuda, karena kelihatannya belum menikah semua) sedang beristirahat sambil mengobrol di masjid tersebut. Saya datang dengan diam. Memarkirkan The Grandma, nama motor saya. Melepas sepatu. Berwudhu. Masuk masjid. Semua saya lakukan tanpa kata, mungkin juga tanpa senyuman pada orang-orang di sana. Datang tanpa ’kulo nuwun’ atau sekadar sapa. Bahkan mungkin juga raut wajah ini ... tidak ada cerahnya sama sekali.

Setelah shalat, keluar masjid juga dengan sepi, tanpa kata terucap, hanya mendengar obrolan mereka. Kemudian saya memakai sepatu ..... dan akhirnya meluncurlah rangkaian kata tersebut dari salah satu mereka, sambil beliau mendatangi dengan ramah dan mengulurkan tangan untuk menyalami. Mulai menyadari kesalahan yang telah diperbuat semenjak datang tadi, saya hanya senyum dan mengangguk-angguk terhadap apa yang diucapkan bapak itu.

Duuh ... betapa bodohnya saya. Beraktivitas selama ini, bukan orang yang jarang datang mengaji, bahkan mengklaim diri sebagai da’i, tapi ... untuk hal sesepele itu saja, saya harus diajari oleh orang lain. Padahal seharusnya, secara teori jelas sedikit banyak sudah tahu dan mungkin tak jarang menyampaikan pada orang lain. Tapi ketika mengaplikasikannya ... kenapa belum terbangun dalam diri untuk dapat tersenyum, berwajah cerah, mengucap salam dan menyapa ketika bertemu sesama muslim? Orang yang punya tugas menyebarkan sunnah, mengapa harus diajari dalam mengamalkan sunnah itu? Sungguh memalukan!

Ini salah satu contoh yang diambil dari pengalaman penulis sendiri, betapa kita sangat lemah. Kita mungkin aktif di sana-sini, punya binaan berkelompok-kelompok, dan seabreg amanah lainnya, tapi perlu kita refleksikan lagi seberapa jauh kita mengontrol diri dalam mengamalkan apa yang kita sampaikan. Khususnya dalam urusan menyebarkan salam ini.

Seberapa pentingnya salam, tentu dapat tergambarkan dengan adanya firman Allah swt kepada manusia tentang salam ini, yaitu:
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memasuki rumah-rumah yang bukan rumah kalian sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya … “ (QS. An-Nuur : 27)
Firman Allah lainnya, “Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah- rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik.” (QS. An Nur: 61)
Penjelasan mengenai ayat di atas, Syaikh Nashir As Sa’di berkata, “Firman-Nya: Salam dari sisi Allah, maksudnya Allah telah mensyari’atkan salam bagi kalian dan menjadikannya sebagai penghormatan dan keberkahan yang terus berkembang dan bertambah. Adapun firman-Nya: yang diberi berkat lagi baik, maka hal tersebut karena salam termasuk kalimat yang baik dan dicintai Allah. Dengan salam maka jiwa akan menjadi baik serta dapat mendatangkan rasa cinta.” (Lihat Taisir Karimir Rahman)

Cinta. Ya, cinta. Cinta adalah inti dari keimanan. Seseorang yang beriman kepada Allah, maka dia mencintai Allah. Dan tidaklah seseorang beriman kepada Allah, sebelum dia mencintai saudaranya. Telah diriwayatkan oleh Abu Hamzah Anas bin Malik ra., bahwa disabdakan oleh Rasulullah saw., ”Seseorang di anatara kalian tidak (dikatakan) beriman sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Cinta adalah kunci surga. Karena tidak disebut beriman (kepada Allah swt.) bila seseorang tidak mencintai Allah, dan juga tidak mencintai sesama muslim. Dan jika seseorang tidak masuk kategori orang mukmin, niscaya dia tidak akan pernah merasakan apa yang dinamakan surga. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shalAllahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah kalian masuk surga hingga kalian beriman. Dan tidaklah kalian beriman hingga saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan suatu amalan yang jika kalian kerjakan niscaya kalian akan saling mencintai? Tebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim)

Salam.... Ya, salam. Menyebarkan salam di antara kita, sesama umat muslim adalah sebuah keutamaan yang musti dipelihara. Karena seperti sabda Nabi saw, dengan salam maka kita akan saling mencintai, dan cinta di antara kita semualah yang akan membangun bangunan kokoh ukhuwah Islamiyah. Yang itu juga akan mendasari lahirnya kebangkitan umat, karena persatuan umat Islam telah ada di depan mata.

Selanjutnya, mungkin di antara kita ada yang mengatakan, ”Kalau itu sih ... aku juga sudah mengamalkan. Aku sudah menyebarkan salam di antara sesama muslim...” Baiklah. Tapi ada yang masih perlu dipertanyakan, jangan-jangan kita hanya menyebarkan salam kepada orang-orang yang sudah kita kenal saja. Sedangkan pada orang yang belum kita kenal, meski muslim, kita belum mengucap salam saat bertemu, bahkan senyum saja jarang. Maka hendaknya kita berhati-hati, karena Nabi saw. telah menyebutkan bahwa, “Sesungguhnya termasuk tanda-tanda hari kiamat apabila salam hanya ditujukan kepada orang yang telah dikenal.” (Hadits shahih. Riwayat Ahmad dan Thabrani)

Itu dia! Seringkali di antara kita, hanya menyebar salam kepada sesama kita yang sudah saling kenal. Padahal etika salam, adalah mengucapkannya pada semua muslim yang kita kenal maupun yang tidak. Sabda Rasulullah SAW, “Berikanlah salam pada orang yang Anda kenal dan orang yang tidak Anda kenal.” (HR Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Amr bin ‘Ash).

Citra diri seseorang juga dipengaruhi oleh sejauh mana dia bersikap kepada orang yang dikenalnya dan pada orang yang belum dikenalnya. Seharusnya, sikap yang muncul kepada mereka semua tidak jauh berbeda. Terlebih lagi jika pelakunya adalah aktivis da’wah, seorang da’i yang seharusnya memposisikan siapa saja yang dihadapinya sebagai objek da’wahnya. Dan kepada setiap objek da’wah harus dapat bersikap dengan baik. Dalam hadits Muttafaq ‘alaihi, ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, “Islam bagaimanakah yang baik?” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Memberi makan dan mengucapkan salam kepada orang yang kau kenal maupun yang tak kau kenal.” (Muttafaq ‘alaihi).

Yah, akhirnya saya meninggalkan masjid tersebut dengan setengah malu. Melangkah menuju The Grandma sambil merenungkan perkataan yang baru saja saya dengar. Hmm... betul juga ya... padahal aku disebut orang sebagai ADK, Aktivis Dakwah Kampus, tapi ternyata seringkali lalai seperti ini. Sudah jelaslah kesalahan saya secara etika, karena dalam hadits lain Rasulullah bersabda, “Hendaknya orang yang berkendaraan memberi salam kepada yang berjalan. Yang berjalan kepada yang duduk yang sedikit kepada yang banyak.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam lafazh Bukhari, “Hendaklah yang muda kepada yag lebih tua.”
Saya mengendarai motor menuju tempat janjian dengan teman, sambil masih merenung dan merasa diri bodoh ..... Yuk, sebarkan salam! [ ]

Prambanan, 3 Desember 2007

Monday, December 17, 2007

'I'm No More Spiderman!'




Oleh : Cahya Herwening


Jika Anda pernah menonton film Spiderman 2, entah di bioskop atau di rumah (via DVD or VCD), maka pada pertengahan film akan ada scene dimana Peter Parker membuang kostumnya ke tempat sampah dan berkata, "I'm no more Spiderman!" ("Aku bukan lagi Spiderman!").

Sebenarnya ada apakah gerangan?

Bagaikan peribahasa "sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya akan jatuh juga", Spiderman mengalami apa yang dialami tupai. "Sepandai-pandainya Spiderman memanjat dinding, suatu saat akan gagal juga". Itulah yang terjadi. Pada scene sebelumnya, jagoan kita ini sedang memanjat dinding saat akan beraksi memberantas kejahatan, namun entah kenapa daya rekat kaki dan tangannya ke dinding serasa hilang. Tak ayal dia jatuh dari tempat yang tinggi ... bumm!!

Pada kesempatan berikutnya, Si Manusia Laba-laba melompat namun lompatannya tak sejauh biasanya. Kemudian, saat akan mengeluarkan jaring untuk berayun, tidak ada spiderweb yang keluar dari tangannya. Begitu pula manakala saat berayun, suatu saat jaringnya tidak keluar sehingga dia kembali harus terjun bebas, merasakan kerasnya lantai aspal jalanan. Ketika ada bahaya mengancam, the spider-sense is no more timbling, sehingga bahaya itu tak dapat dielakkan. Entah kenapa tiba-tiba semua kemampuannya serasa hilang.

Peter Parker bingung pada dirinya, kenapa tubuhnya rasanya tidak normal. Kenapa kemampuan superheronya sering bermasalah. Dia tidak bisa lagi memanjat dinding, mengeluarkan jaring, melompat jauh. Kemampuan fisiknya pun menurun drastis. Semua pertanyaan itu harus ada jawabannya, pikir Parker. Maka untuk mengetahui jawaban pertanyaan yang mengelilingi kepalanya, dia memeriksakan diri ke dokter.

Setelah diperiksa denyut nadi, degup jantung, tekanan darah, sekaligus diperiksa darahnya, tidak ada gejala penyakit yang terlihat. Semuanya terlihat normal. Dokter mengatakan Peter tidak apa-apa. Peter heran. Kemudian dia mengutarakan keluh kesah ('teman')-nya ke dokter itu.
"Dokter, aku ... eh ... maksudku temanku bermimpi. Dalam mimpinya itu dia adalah Spiderman. Namun dia tidak bisa lagi memanjat dinding, mengeluarkan jaring laba-laba, melompat, mengangkat benda berat, kemampuannya seperti hilang. Apakah Anda tahu apa sebabnya?" tanya Parker.

Jawab dokter itu, "Kau mengatakan bahwa temanmu itu tidak bisa memanjat dinding dan menembakkan jaring seperti Spiderman? Hmm ... mudah sekali jawabannya. Karena dia bukanlah Spiderman."

Sepanjang jalan pulang dari klinik, Parker memikirkan kata-kata yang meluncur dari mulut dokter itu. Sampai di kamar kost pun dia terus memikirkannya, membayangkan apa saja yang telah menimpanya, kariernya, kekasihnya Mary Jane. Merenungkan kehidupannya yang kacau. Membayangkan, betapa enak dia jadi orang biasa. Dia tidak perlu repot mengejar-ngejar para bandit. Tidak perlu konflik dengan orang yang sangat dicintainya. Bahkan mungkin juga tidak akan kehilangan pamannya, Uncle Ben. Merasakan betapa tenteramnya hidup menjadi orang biasa.

Karena bingung, hampir putus asa, dan mengetahui kenyataannya bahwa kemampuannya telah hilang, akhirnya Parker memutuskan sesuatu yang tak tebayangkan sebelumnya. Diambilnya kostum Spidey, dibawanya menyusuri lorong di antara gedung pencakar langit, dan.... dicampakkannya kostum itu di tempat sampah yang ditemukannya. Ditatapnya sebentar ... lalu beranjak meninggalkan tempat itu sambil mengatakan, "from now on, I'm no more Spiderman..." ("mulai sekarang, aku bukan lagi Spiderman")

Bagaimana nih ... jagoan kita berhenti menjadi superhero. Trus ... siapa lagi dong yang memberantas para bandit, perampok, pencuri dan para penjahat lain? Siapa lagi dong yang akan menyelamatkan warga kota? Siapa dong yang akan melawan penjahat super macam Green Goblin, Dr. Octopus, dan juga Venom serta Sandman nantinya? Atau akan diserahkan ke The Socker, Carnage, The Lizard Mysterio atau Electro? Bah... mereka mah juga penjahat atuh! Jadi gimana dong?? [ ]

(bersambung ke: "I'm No More Spiderman!" 2)

Friday, December 14, 2007

Had I Tell You About My New Communication Gadget?

Sejak sekitar sepekan lebih (mungkin hampir dua pekan lah) ... saya telah berganti perangkat komunikasi yang menjadi kebutuhan penting aktivitas. Perangkat yang lebih baik .. lebih canggih.

Merknya sama .. cuma tipenya yang beda. Sekarang jadi berwarna, gak monochrom lagi. Trus juga udah poliphonic. Bisa GPRS juga... meski cuma versi 8. Ada infra red, meski kabarnya untuk tipe ini gak bisa berfungsi. Kapasitas phonebook HP lima kali lipat... dst. Berbagai kelebihan dibanding HP saya yang sebelumnya. Untuk jelasnya lihat gambar di samping. Coba tipe berapa tuh? :)

Dari semua kelebihan yang ada .. jadi lebih enak lah. Meski ada beberapa kelemahan lain.. yakni ngetiknya jadi lebih susah (beda sistem, lebih merepotkan) kemudian.... gak ada earphone-nya. Harus nyari sendiri kalau mau pakai earphone. Earphone sangat berguna sebenarnya .. jika sedang di jalan.. atau meminimalkan radiasi gelombang HP ke otak kita. Kalau kebanyakan ditelpon/menelpon ... bisa pusing dan sakit kepala. Makanya earphone tuh perlu.

Tapi... ini sudah sangat bersyukur, bisa pakai HP seperti itu. Alhamdulillaah.... Ya.. berkat do'a temen-temen semua, ada Mbak Yanti, Teh Dewi, Mbak Dessy .. dsb. Saya jadi bisa pakai HP yang lebih canggih nih. Meski bekas punya kakak... he...he..he...

Jazakumullahu khairan katsir.... [ ]

Wednesday, November 28, 2007

Tuesday, November 13, 2007

Web and Mobile messenger everywhere - eBuddy former e-messenger

http://www.ebuddy.com/
Klo gak terinstall chat-tool di PC, ini bisa jadi alternatif bagus banget. Lengkap lho... katakanlah seperti web based multi internet messaging tool. Di sana tersedia AIM, YM, MSN, Google Talk..., yah paling nggak 4 tool & komunitas IM terkemuka dah terprovide. Dan serunya, jika pas butuh konferens, e-Buddy ini bisa dipakai.
Dari segi tampilan juga ok. Begitu kita sign in, maka akan langsung muncul window baru. Cobain aja ya...

Wednesday, November 7, 2007

Nge-net di MMTC



Oleh : Cahya Herwening

Hari ini ... siang ini rencananya ketemu dengan pengelola gedung MMTC, untuk ngurusi denah tempat. Kok tahu-tahu ngomong denah? Iya... soalnya saya jadi ketua sie perkap, nah terkait penggunaan ruang, panitia memerlukan denah lokasi yang digunakan mana saja.  Tapi masih nunggu bapaknya, karena tadi kata Pak Satpam beliau jenguk dosen yang sakit di rumah sakit. Trus katanya sudah kembali, tapi pergi lagi ke UGM buat ngurus apa gitu. Hmm padahal tadi janjiannya jam 13. Wah.. aku harus nunggu nih.
Daripada bengong melompong, mumpung ada fasilitas internet untuk umum, ngenet aja sambil nungguin bapaknya. Yah... paling tidak nambah pengalaman ngelakuin hal-hal iseng di kampus orang.
Ini kampus MMTC.. kepanjangannya Multi Media apaaa.. gitu... gak ingat. Kalau pengen tau, cari aja di Google, search aja pasti ada. Di sinilah pada hari Sabtu-Ahad nanti akan ada Rapimwil *** DIY. Di acara sebesar itu, melingkupi satu propinsi, dengan jumlah peserta sidang sekitar 400 orang, plus tamu-tamu lain di acara pendukung itulah, aku kebagian menjadi ketua bidang perlengkapan. Waah.... gak tahu mau gimana... waktu mepet, trus belum pernah ada pengalaman ngurusi acara besar seperti ini dengan posisi ketua sie/bidang. Biasanya cuma bantu-bantu ngrusuhi aja.... Tapi kali ini... huaaa....
Bukan bermaksud mengeluh atau keberatan akan tugas yang menjadi beban ... insya ALlah akan berusaha sebaik mungkin dan ikhlas dalam bekerja. Cuma... saya khawatir gak bisa melaksanakan amanah dengan baik.
Do'akan ya.. agar saya bisa menjalankan tugas dengan optimal, dan semoga acaranya nanti berjalan lancar dan produktif. Amiin.... []

WASPADA ALIRAN SESAT

http://selamatkanbangsa.blogspot.com/
Ini blog buatan teman saya... mengupas cukup banyak macam aliran di Indonesia... terkhusus pada aliran-alira yang telah dilabeli status sebagai aliran sesat. Selamat menyimak!

Wednesday, October 24, 2007

Ramadhan Kemarin.. Gimana Ya??




Oleh : Cahya Herwening


Ikut-ikut temen yang lain.... bukan berarti mengekor dan bermaksud menjadi pengekor. Coba mengevaluasi perjalanan Ramadhan kemarin.. apa iya seperti yang telah ditargetkan sebelum Ramadhan dulu? Atau paling tidak.. sudahkah sesuai dengan keinginan bahwa "Ramadhan kali ini harus lebih baik dari Ramadhan kemarin"?

Seperti biasanya ... target hendaknya senantiasa dipancangkan ketika hendak melakukan sesuatu, termasuk dalam beramal. Bulan Ramadhan yang merupakan waktu-waktu strategis buat menggembleng diri, harusnya juga tak luput dari target-target pencapaian amal shalih. Misalnya saja .. berapa kali ikut tarawih di masjid, berapa juz tilawah Al-Qur'an, berapa surat buat dihafal, berapa kali ikut ifthor jama'i (buka puasa bersama), berapa kali sholat Dhuha, dsb. Nah, di sini beberapa poin target akan saya ceritakan secara umum.

Shalat tarawih belum bisa full di masjid, karena ada beberapa agenda, misalnya buka bersama temen-temen KKN sampai tarawih berjamaah. Tarawih hari-hari pertama di kampung.. wah harus extra sabar, soalnya denger anak-anak kecil pada rame, teriak-teriak seenak mereka sendiri ... bikin makin sulit buat khusyuk... wah... jadi sebel, pengin jewer telinganya. Orang tuanya juga .. masak gak dipikir dulu kalau anak-anak mereka itu bisa bikin jamaah terganggu. Kalau anak-anaknya kalem sih tidak masalah...

Tilawah..... bisa selesai dua kali lipat dari target minimal yang dicanangkan oleh 'yang berwenang'. Di awal-awal Ramadhan bisa ngebut.. tapi di tengah-tengah kok jadi agak loyo. Akhir-akhir Ramadhan bisa lebih dipacu lagi...

Hafalan Al Qur'an.... gak sampai setengah dari target, cuma bisa nambah 2 surat kurang dikit. Gak tau nih... kenapa gak seperti biasanya ya...? Biasanya bisa cepet kok, kayak pas di KKN, nambah lumayan banyak tuh. Nah, pas Ramadhan dah berusaha tapi kok rasanya sulit nyantolnya ya?? Saya curiga pada satu penyebab...

Kultum, nah ini dia sarana berlatih jadi pembicara. Kalau tahun lalu cuma sekali saja, kalau Ramadhan kemarin tiga kali ngasih kultum tarawih. Harusnya sih bisa enam atau tujuh... tapi ada beberapa kendala teknis. Wah... lumayan deh buat tadribat. Yang penting lebih banyak dari tahun lalu.

Dan lain-lain.... dan lain-lain... nanti khawatirnya terlalu panjang. Yang jelas.. insya Allah Ramadhan kemarin lebih baik dari tahun lalu. Dan yang akan datang harus lebih baik lagi. RAMADHAN BESOK HARUS JAUUH LEBIH BAIK DARI YANG KEMARIN. Semoga kita semua masih diberi kesempatan untuk bertemu dengan Ramadhan berikutnya. Aamiiin. [ ]

Lagi-lagi... Gak Kompak!!



Oleh : Cahya Herwening


Indonesia memang negara teraneh di dunia. Dari negara-negara (yang ada warga negara/penduduk muslimnya), hanya Indonesialah satu-satunya yang hampir di setiap Idul Fitri-nya ada perbedaan versi, ada perbedaan tanggal/hari. Termasuk Idul Fitri kali ini, ada dua pendapat pada penentuan 1 Syawal, yakni antara tanggal 12 (Jumat) dan 13 (Sabtu) Oktober. Pemerintah menetapkan 13 Oktober sebagai 1 Syawal 1428 H, dan disepakati oleh seluruh ormas, kecuali Muhammadiyah yang tetap bersikukuh pada pendapatnya, bahwa 1 Syawal adalah tanggal 12 Oktober. Uggh... kenapa masih begini ya?

Dari hukum asal... perbedaan dalam masalah ijtihadiyah, perbedaan dalam masalah fiqhiyah diperbolehkan dalam Islam. Tapi ada kaidah yang mengatakan, bahwa keputusan ulil amri menghilangkan segala perbedaan. Jadi ulil amri (pemimpin, dalm hal ini pemerintah) memiliki kewenangan secara hukum untuk menentukan kebijakan, dan rakyat hendaknya taat pada keputusan pemerintah (dengan catatan bukan dalam hal kemaksiatan kepada Allah). Ormas dalam hal ini memiliki hak untuk memberika usul dan pendapat, tapi mestinya tetap taat pada keputusan pemerintah. Namun hal seperti ini belum bisa terlaksana di Indonesia.

Contoh gampangnya ya saat Idul Fitri, maupun penentuan awal bulan Ramadhan itu. Perbedaan pendapat yang didasari perbedaan metode penentuan tanggal, antara rukyatul hilal dengan hisab. Meski hisab zaman sekarang bisa jadi sangat akurat, terbukti dengan kapan, jam berapa, menit ke berapa terjadinya gerhana dan hasilnya akurat seperti perhitungan, namun yang paling sesuai dengan hadits Nabi saw. adalah dengan rukyatul hilal. Namun, di luar itu semua tetap saja sebaiknya mengikuti keputusan pemerintah di sini. Dengan begitu ukhuwah dan kesatuan umat dapat lebih terjaga.

Mungkin suatu saat, kebijakan pemerintah perlu diubah. Pemerintah yang sekarang terlalu memberikan toleransi perbedaan, tidak dipilah-pilah mana yang boleh berbeda dan mana yang sebaiknya sama/seragam. Mungkin akan jauh lebih baik seperti saat pemerintahan Orde Baru, dalam hal penentuan awal Ramadhan dan 1 Syawal, yang tegas dan tidak mentolerir perbedaan. Sehingga umat Islam di Indonesia dapat melaksanakan Ramadhan dan mengakhirinya secara bersama-sama. Inilah salah satu upaya menjaga ukhuwah dan kesatuan umat yang perlu diteladani dari Orde Baru. :).
Wallaahu a'lam bis-shawab. []

Keterangan gambar: Foto hilal tanggal 1

HP-ku Kecemplung!

Kejadian ini sudah agak lama sih.... yakni ketika Ramadhan kemarin, saat sudah memasuki 10 hari terakhir, waktu i'tikaf di sebuah masjid tua di kampus. Sewaktu ke kamar mandi, secara tak sengaja HP yang kutaruh di saku celana jatuh ... "prang" (hmm... suaranya gak kayak gini kali... kayak piring pecah aja ^_^). Jatuhnya bukan jatuh biasa... tapi jatuh... trus copot baterainya plus masuk ke kloset lagi. Duuh....

Dengan cepat saya ambil, lalu dikipat-kipatke (dikibas-kibaskan, Jawa) biar airnya keluar, lalu kujemur. Alhamdulillah cepet kering juga ternyata, meski kaca LCD-nya kelihatan beruap. Wah... khawatir juga HP yang masih menjadi kesayangan itu kena apa-apa, soalnya termasuk alat penting bagi aktivitas saya.

Coba dihidupin... lho kok gak kelihatan gambar apa-apa di LCD?? Jangan-jangan rusak nih HP. Duuh... gimana nih... biar HP kuno gitu, belum ada yang menggantikan perannya untuk memperlancar komunikasi. HP itu telah banyak membantu kelancaran tugas dan amanah saya selama ini, jadi kalau ada apa-apa padanya, bisa cukup ribet akibatnya. Meski mungkin agak enak juga sih... klo gak ada yang bisa menghubungi, jadi gak bisa nyuruh-nyuruh saya lagi..ha...ha..ha... Tapi, mesti nantinya banyak bikin repot. Pokoknya jangan sampai rusak dulu, belum ada modal buat gantiin!

Beberapa kali dihidup-matiin... gak muncul gambarnya juga, padahal ada bunyinya. Baru ingat kalau simcardnya harus diganjal, soalnya bentuknya melengkung ke dalam jadi perlu perlakuan khusus supaya kaki sirkuitnya bisa saling bersentuhan. Setelah diganjal dan dicoba lagi... alhamdulillah bisa! Wah...untung..untung.... :)

Tapi ada masalah lagi ternyata, ditelpon temen ternyata lawan bicara nggak bisa mendengar suara saya, padahal saya bisa denger suara dia... jangan-jangan.... Lalu saya coba pinjem HP teman, kebetulan saya punya dua simcard, saya telpon nomor saya sendiri... ternyata bener dugaan saya, mic HP saya mati! Wah... sekarang kalau mau nelpon atau saat ditelpon harus pasang-pasang earphone deh, biar bisa ngomong. Agak ribet sih.. tapi gak apa-apa... Hmm.. kapan ya.. saya bisa ganti HP yang lebih canggih? BUkan apa-apa sih.. cuma ingin bisa memaksimalkan fungsi dan kegunaan...karena ada fasilitas yang bisa mengefisiensi biaya komunikasi... trus ditambah bermacam fasilitas lain yang pastinya berguna. Yaah... do'ain aja ya.... agar lancar rizqinya. Amiin. ^_^

Monday, October 1, 2007

Ayo I'tikaf!!




Oleh : Cahya Herwening


I'tikaf sebagai salah satu amalan sunnah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW merupakan sebuah sarana bagi kita untuk secara lebih total ber-taqarrub ilallah. Terlebih ketika di sepuluh hari terakhir, di mana Allah memberika kesempatan kepada manusia untuk dijauhkan dari jilatan api neraka dan juga beroleh sebuah malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan, yakni malam Lailatul Qadar. Akan sangat disayangkan sekiranya kesempatan yang sangat baik ini disia-siakan tanpa adanya usaha untuk meningkatkan amal pada sepuluh hari terakhir ini.

Begitu pula bagiku. Aku yang telah mencanangkan bahwa RAMADHAN KALI INI HARUS JAAUUUUH LEBIH BAIK DARI RAMADHAN KEMARIN tidak bisa tidak harus mengoptimalkannya. Aku ingin mengkhatamkan tilawah Al Qur'an paling tidak sekali khusus selama sepuluh hari terakhir itu. Aku ingin beri'tikaf ... sesuatu yang belum pernah kulakukan hingga saat ini secara serius. Aku ingin memberesi target tahfidz Qur'anku yang bermasalah selama Ramadhan ini. Dan sebagainya... dan sebagainya....

Duuuh... begitu banyak target yang masih jauh dari ketercapaiannya... bisakah aku mengejar? Aku tahu bahwa jawabannya adalah : PASTI BISA. Asal memenuhi persyaratannya, yakni bener-bener bertekad dan berkomitmen, ikhlas, lalu mengurangi aktivitas-aktivitas lain yang bersifat da'awi maupun duniawi .... termasuk juga nge-net tentu saja. Jadi... selama i'tikaf di sepuluh hari terakhir ini ... saya ingin mengucapkan SELAMAT TINGGAL untuk sementara waktu kepada segenap MP-ers. Kita akan jumpa lagi di bulan Syawal nanti ... insya Allah.

Yuk, jadi kupu-kupu Ramadhan! RAMADHAN KALI INI HARUS JAAUUUUH LEBIH BAIK DARI RAMADHAN KEMARIN!! Allaahu akbar!!!

Monday, September 24, 2007

Tua-tua Keladi


Oleh : Cahya Herwening


Ini dia, cerpen yang saya kirimkan ke ajang lomba cerpen Escaeva. Benar-benar dibuat dengan asal. Bahasanya terlalu lurus, tidak banyak bunga bahasanya. Ok, selamat membaca aja... jangan lupa komentar dan masukannya....

=======================================

Eh, pekan ini ada isu apa nih, yang seru? Pastinya temen-temen udah punya data-data dong selama beberapa hari ini survei di kampus kita ...” Dewi membuka obrolan dengan teman-temannya hari itu. Seperti sudah ada kesepakatan, minimal sepekan sekali kelompok Dewi ini bertemu dan berkumpul di kantin kampus. Ada saja agenda pembicaraan mereka, mulai dari masalah kuliah, tugas, praktikum, sampai perilaku dosen dan mahasiswa, bahkan tak jarang juga isu-isu nasional mereka angkat. Mulai dari masalah importasi beras, kenaikan tunjangan dan gaji dewan sampai masalah TKI mereka bahas tuntas ...tas ...tas.
Pertemuan yang hampir terjadi tiap Jum’at sore itu merupakan obrolan dari bahan-bahan yang mereka temukan, atau lebih tepatnya mereka cari, pada hari-hari sebelumnya. Tak jarang isu-isu panas seputar politik kampus ataupun seputar perilaku mahasiswa berhasil mereka dapatkan datanya. Mereka mengetahui jauh lebih baik dari mahasiswa biasa pada umumnya, sehingga obrolan mereka pun bukan semata obrolan kosong, namun memang berdasarkan fakta dan data. Meski pembicaraan selama ini lebih mirip ngerumpi daripada diskusi, namun paling tidak menjadi pionir yang bagus di fakultas mereka, FKG, yang kultur kepedulian lingkungannya relatif lemah. Kebanyakan mahasiswanya apatis dan selfish.
”Ini nih, fakultas kita sekarang udah punya mayat hidup ... eh, salah .... mayat mati. Eh, iya ... mayat mati ... eh ...”. Mona menyahut memberikan masukan isu dengan gaya khasnya, bingung sendiri pada apa yang diomongkannya. Doski sering latah tuh.
”Ya iya dong, mayat itu ya mati. Kalau hidup, kita semua bakal pada lari semua. Kamu itu gimana sih? Tapi, apa benar kita punya mayat? Buat apa?” potong Dina, seorang gadis yang tembem, ngegemesin buat nyubit pipinya.
“Itu lho..... buat kuliah dan praktikum anatomi. Jadi mayat itu nanti ya bakal kita bedah-bedah. Hii....jadi takut deh ngebayangin kita mbedah mayat beneran, jangan-jangan nanti tiba-tiba bangun lalu ngomong ... ‘hei.... kalian apakan tubuhku?’ .... hii.. syerem deh....” timpal Rika sambil bergidik membayangkan kejadian seperti yang dikatakannya.
“Alaah... kamu itu ngebayangin yang nggak-nggak. Yang realistis aja toh. Iya, aku juga denger kayak gitu sih. Tapi di fakultas kita kan belum ada peralatan untuk merawat mayat kan? Apa nggak repot nanti ngurusinnya ya? Kalau busuk kan nanti menebar aroma ke mana-mana lagi... huekk!” Dewi menanggapi topik itu.
”Setahu saya, untuk merawat mayatnya kita minta bantuan Fakultas Kedokteran Umum. Jadi, mayatnya juga disimpan di sana. Di bawa ke KG cuma kalau diperlukan saja. Begitu.” Fatma, satu-satunya yang berjilbab ikut meramaikan forum itu setelah tadi hanya asyik mendengarkan.
Begitulah. Obrolan tentang mayat masih berlangsung seru, hingga sampai juga pada sudut pandang agama. Di sini peran Fatma menjadi dominan, karena memang satu-satunya yang pengetahuan Islam-nya paling maju daripada yang lain. Tidak sia-sia dia bergabung dengan aktivitas SKI (Sie Kerohanian Islam) di KG. Fatma menjelaskan kepada teman-temannya tentang hukum menunda penguburan mayat, dari hukum fikih yang masing-masing ulama biasanya berbeda pendapat atasnya.
”Jadi, mungkin sampai saat ini baru bisa kita simpulkan seperti ini, bahwa jika memang sangat diperlukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan juga penyebaran ilmu itu, mungkin dibolehkan. Asalkan memang niatnya lurus dan nantinya dari yang dilakukan itu dapat membawa pada kemashalahatan umat manusia. Namun, tentang ini tentunya masih harus dikaji lagi. Terutama dalam mencari solusi bagaimana agar nantinya peran mayat sungguhan ini bisa digantikan dengan yang lain, agar tidak terkesan mempermainkan si mayit untuk dijadikan alat percobaan.” Fatma menutup uraian panjang lebarnya. Seperti biasa, keempat temannya hanya bisa manggut-manggut hampir melongo.
”Ooo... gitu ya Fat. Ah, seperti biasanya, kamu yang ngasih finishing touch pada topik obrolan kita,” kata Dina sambil masih manggut-manggut.
”Iya sih... Kita juga perlu lihat sesuatu dari sudut pandang agama juga. Biar kayak tukang ngerumpi, tapi rumpian kita nih bermutu. Ada datanya, ada faktanya.... ya nggak, ya nggak?” timpal Dewi, yang didaulat jadi bosnya gerombolan itu.
”Tul ... tul ... berkat si Fat, si anak SKI yang mau gabung di forum kita nih...” Mona gak mau kalah.
”Hmmm... iya ya. Kita jadi sering belajar lebih banyak tentang agama tanpa terasa ya. Gak sia-sia deh, si Fat jadi bendum SKI,” kata Rika sambil tersenyum. Manis sekali.
“Iya tuh, sejak jadi bendaharanya Ricky, si ketua SKI yang cool itu tuh, dia jadi tambah pinter deh...” Dina ikutan komentar, lalu melempar pandangan menggoda, “Eiya, gimana kabarnya si Ricky, Fat? Udah jalan berapa kali sama doski?”
Muka Fatma memerah tersipu-sipu, malu tapi mau, he... he... he..., nggak ding. Nanti si Fat marah lagi. Meski dia tuh muslimah jilbaber, dia bisa cepat panas kalau mendengar hal-hal yang sensi kayak gitu.
”Ah, kalian jangan gitu dong. Aku masuk SKI tuh bukan buat ngedeketin dia. Bego banget kalo aku gitu, punya pikiran sesempit itu. Awas kalau kalian ungkit-ungkit hal ini lagi.” Tuh kan, beneran si Fat sewot. Mukanya merah tuh, bukan karena malu, tapi marah.
”Alaah.... gitu aja kok marah. Kita kan cuma bercanda ... ” sahut Dina.
”Becanda sih becanda. Tapi liat-liat dulu dong. Aku gak mau ada fitnah atau gosip apapun. Bisa merusak citra SKI dan orang-orangnya. Termasuk aku. Kalian mau, aku kena fitnah?” Fatma manyun.
“Mmm… tentu saja enggak dong. Maap deh Bu Ustadzah. Udah deh, kita bahas yang lain ajah. Eh, kalian dah dengar belum, ada dosen yang nyebeliiin banget di kampus kita?” lanjut Dina pula, memberikan topik baru.
“Eh, belum, belum. Nyebelin gimana maksudmu?” sambar Rika.
Seperti biasa, Mona yang suka latah ikut-ikutan menjawab, “Aku tahu, aku tahu! Dosen yang dah agak tua tapi suka gatel itu kan? Sukanya pegang-pegang cewek cakep. Dipegang paha, pantat, lalu…. Mmm…. Apa lagi ya…”
“Ini baru desas-desus sih. Soalnya belum punya datanya. Cewek-cewek yang pernah jadi korban tuh nggak mau ngaku terus terang sih, soalnya mereka khawatir klo dapat nilai jelek.” Papar Dina lebih lanjut.
“Wah… klo itu benar, gak bisa dibiarin nih. Mentang-mentang dosen, menggunakan kekuasaannya buat nurutin apa yang dia mau. Ini harus segera diusut dan dicari cara buat ngatasinnya. Klo gitu, dalam sepekan ini kita cari info lebih banyak dan lebih lengkap tentang ini. Kita bicarakan di pertemuan kita berikutnya. OK?” Dewi mulai menutup pembicaraan.
”OK Boss....” sahut yang lain serempak. Pertemuan itupun diakhiri.
****
Dua hari berikutnya. Ah, dasar si Rika, kadang jadi pemalas dia. Baju-baju kotornya belum sempat dia cuci. Pagi itu kelabakan deh dia, mau pakai baju apa.
”Duuh, kenapa roknya tinggal yang gini-gini doang? Klo gini bisa kelihatan dong paha gue. Hmm... lumayan sih, paha mulus buat nyari perhatian cowok. Tapi itu udah bukan gue banget. Murah banget dong gue. Tapi, apa boleh buat. Nyesel deh gue kenapa kemaring males nyuci.” Rika ngomel sendiri di kamarnya.
Semenjak sampai di kampus dan selama di kelas, Rika jadi pusat perhatian para cowok. Lebih tepatnya, pahanya yang kuning mulus itu. Banyak pasang mata yang curi-curi pandang, mengagumi indahnya ciptaan Tuhan itu. Rika merasakannya, membuatnya panas dingin menahan malu campur marah. Tapi apa boleh buat, salah dia sendiri sih.
Uuuhh... kalau gini jadinya, mending aku tadi pinjam jilbabnya si Fat sekalian. Batin Rika, sebal. Baru dirasakannya, kebutuhan menutupi aurat. Tidak tahu kenapa sekarang dirasakannya. Padahal dulu, dia yang suka pamer-pamer, model sih.
Kuliah jam pertama dan kedua selesai. ”Rika, ke kantin yuk. Aku laper nih, tadi belum sempat sarapan,” ajak Mona.
”Mmm... nggak ah. Aku ’gak gitu laper kok. Aku mau ke perpus aja. Ada beberapa buku yang mau kucari. Sorry ya, Mon.”
”Oo... ya udah. Sampai ketemu di kuliah berikutnya klo gitu... Yuk, Rik!”
Rika langsung menuju lift. Ruang perpustakaan FKG tidak berada di lantai 1, tapi di lantai 5. Yah, klo ada yang nggak pakai lift berarti orang itu bener-bener niat mau olah raga. Rika sendiri sebenarnya jarang ke perpus, tapi kali ini sengaja ke sana agar aman dari apa yang terjadi sejak pagi. Lirikan-lirikan para cowok yang mengagumi apa yang tidak bisa tertutupi rok mini itu.
Rika memencet tombol lift pada angka 5, kebetulan tidak ada penumpang lain di lift itu. Pintu lift segera merapat, namun sebelum pintu itu benar-benar tertutup ada satu tangan yang menahan. Pintu kembali terbuka. Rika melihat siapa yang di depan lift.
“Maaf, saya ikut naik lift ya...” sapa calon penumpang lift itu.
“Ya... silakan, Pak...” kata Rika sambil tersenyum pada laki-laki yang kira-kira berusia kepala lima itu. Salah satu dosen di fakultasnya.
”Terima kasih...” ucapnya pula. Rika melihat raut muka terkesiap saat bola mata pria itu tertuju ke bagian bawah. Rika segera menutupinya dengan buku yang dia bawa.
Lift pun mulai bergerak naik. Deg! Rika ingat pembicaraan dengan teman-temannya dua hari yang lalu, tentang dosen yang gatel. Dan dia sekarang sadar, bahwa dia sekarang bersama orang itu, hanya berdua dalam lift, dengan keadaan busana Rika yang seperti itu. Jantung Rika berdegup kencang.
“Dik, kalau nggak salah kamu Rika Damayanti kan?” tanya teman satu liftnya.
Rika kaget, saat pikirannya memikirkan sesuatu tiba-tiba ada yang memegang pundaknya dan berbicara padanya. “Eh.... i.... iya, ya.... , benar Pak.” Jawab Rika sambil agak menjauh.
”Hmm... saya tahu, kamu dulu seorang model. Kamu memang cantik. Tapi di kampus kita ada aturan. Termasuk tentang kesopanan berpakaian,” katanya sambil terus menatap bagian bawah Rika.
Pria itu mendekat. “Masak kamu ke kampus memakai pakaian seperti ini? Bagian ini bisa jelas terlihat,” katanya lagi sambil menyentuh bagian yang dimaksudnya. Jantung Rika semakin keras berdegup ketika merasakan tangan itu menyentuh kulit pahanya.
”Kalau begini bisa mengganggu kenyamanan belajar di kelas. Banyak yang akan kehilangan konsentrasi pada mata kuliah saat itu,” lanjutnya sambil menggerakkan tangan yang tadi menyentuh sesuatu.
Tubuh Rika agak gemetar. Jantungnya berdegup keras. Nafasnya agak memburu. Semuanya karena dia menahan amarahnya yang mulai meletup. Dalam hati Rika memaki-maki. Kurang ajaar..., sialan, dasar dosen cabul, beraninya dia memegang dan mengusap pahaku. Sembarangan...! Namun Rika tak kuasa untuk berbuat sesuatu.
”Lain kali jangan diulangi ya. Mengerti kan kamu?” kata dosen itu pula sambil memindahkan tanggannya ke pantat Rika. Rika hanya menunduk.
Lift sampai di lantai 4. Berhenti. ”Oke. Saya sudah sampai di tujuan. Sampai jumpa, jangan lupa yang saya katakan tadi...”
Pintu lift tertutup dan kembali bergerak menuju lantai 5. Rika masih menunduk. Tak bergerak, kecuali bahunya yang turun naik. Mukanya tampak merah. Tak tahu perasaan seperti apa yang dirasakannya saat itu.... marah, jengkel, sebel, malu, benci .... entah apa lagi. Semua campur aduk seperti adonan kue bolu.
Sampai di lantai 5, pintu lift terbuka. Namun Rika cepat-cepat menekan tombol penutup pintu dan angka 1. Beberapa mahasiswa yang naik mulai dari lantai berikutnya tak dia perhatikan. Keluar dari lift, berjalan di koridor lantai 1 dan langsung menuju ke tempat parkir.
Di jalan menuju parkiran, Rika berpapasan dengan Fatma. ”Hai, Rika! Lho... Ka, ada apa Ka?” tanya Fatma keheranan. Rika diam saja, berjalan cepat, masih menunduk. Fatma hanya melongo terheran-heran melihat punggung Rika yang semakin jauh. Tumben dia kayak gitu, ada apa ya kira-kira? Batin Fatma.
Sesampainya di tempat parkir, dia segera mencari mobilnya. Buka pintu mobil, membanting tas, masuk ke mobil, menutup pintu, dan segera mengemudikan mobilnya melesat keluar fakultas. Rika pulang.
Malam itu, Rika termenung di atas tempat tidurnya. Selama hampir dua jam semenjak pukul setengah sembilan matanya tidak bisa terpejam. Berkali-kali terbayang kejadian di lift siang tadi. Gila, seumur-umur belum pernah ada orang selain keluargaku yang menyentuhku, apalagi sampai memegang paha dan pantatku. Dasar dosen cabul kurang ajar. Aku akan membuat perhitungan denganmu. Tunggu saja. Rika terus berkata-kata dalam hati, sampai ada dering telepon yang membuyarkan pikirannya.
”Halo... ooo Fatma. Oh, tidak. Tidak apa-apa kok. Besok aja di sekolah kuceritakan, sama teman-teman yang lain juga. Pokoknya aku punya berita besar. .... OK, sampai jumpa besok ya. Oya, Fat, suatu saat .... aku ingin sepertimu. Assalamu ’alaikum.” [ ]
(Diinspirasi dari yg terjadi di fakultas yg sama di UGM)

Friday, September 21, 2007

Pengumuman Lomba Sudah Keluar...Alhamdulillaah

Akhirnya...........
Setelah menunggu sebenarnya dengan (tidak terlalu) deg-degan, akhirnya pengumuman pemenang lomba cerpen Escaeva keluar juga. Setelah pagi tadi online dan belum ada pengumuman, malam ini akhirnya bisa ngecek lagi.... dan ketahuan hasilnya seperti apa.

Kebetulan malam ini aku diajak oleh tetangga sebelah rumahku yang seorang guru SMP, untuk mengantar CPU dan monitor ke lab komputer di SMP 1 Prambanan. Wah... kesempatan nge-internet lagi nih... gratisan..gratisan... :). Maklum saja, soalnya lab komputer itu memiliki koneksi internet. Dan ini kesempatan untuk melihat pengumumannya.

Setelah beberapa saat tidak bisa online karena koneksinya bermasalah, akhirnya setelah servernya diberesin, bisa online juga. Yess.... Langsung saja buka situsnya, lalu....
Yaa.... alhamdulillaah....
Tidak jauh dari dugaan semula :). Saya memang tidak termasuk dalam daftar cerpen-cerpen terbaik. Hmm.... boro-boro juara..., masuk 60 terbaik saja tidak!!

Alhamdulillaah... inilah yang terbaik bagi saya. Yang penting saya telah turut berpartisipasi, membuat cerpen yang meski dibuat asal-asalan, namun termasuk peserta. He...he...he... daripada yang cerpennya bagus, masuk kategori terbaik tapi didiskualifikasi karena melanggar aturan. Ha...ha..ha...

Yah.... aku akan terus menulis... Dan lain kali pasti akan kubuat karya yang lebih baik. Oya... ada yang pengin cerpen saya itu di-upload di MP saya ini tidak?

Thursday, September 20, 2007

[Agak] Deg-degan Nunggu Pengumuman Lomba

Hari ini adalah hari yang di'canangkan' untuk mengumumkan para pemenang lomba cerpen Escaeva. Tapi, ketika saya lihat di website dan milist-nya, ternyata belum muncul juga. Mmm.. sepertinya tidak berharap untuk menang, meski ada sih harap-harap cemas meski sedikit, soalnya pesertanya banyak banget dan kebanyakan kawakan semua, pada ahli semua. Banyak penulis yang dah sering nerbitin tulisan dan memenangkan lomba. Banyak juga yang mengirim beberapa karya cerpen. Lha kalau saya?? Saya baru pemula, dan cuma mengirim satu cerpen doang.

Tapi, dulu iseng saja mengirim, karena kebetulan punya tema dan cerita yang cukup pas. Lalu beberapa saat setelah mengirimkan cerpen, ternyata masuk daftar peserta, nomer 413 kalau di website-nya. Tahu bahwa karya saya memenuhi syarat peserta aja sudah senang saya. Total ada 1119 naskah cerpen!! Banyak banget kan? Padahal pemenangnya cuma diambil beberapa saja. Ya... mungkin saja sih menang, asal para juri ketika membaca dan menilai pada ngatuk semua dan ngasih nilai yang tinggi... ha...ha..ha...

Yah... kehendak Allah SWT tidak ada yang tahu... Siapa tahu nama saya dan judul karya saya ada di daftar pemenang. Siapa tahu? Ya... mohon do'anya saja deh..

Friday, September 7, 2007

Harus Loading Lagi??

Waah... selama dua bulan nggak ngisi MP.... Bahkan aktivitas menulis pun jadi sangat minimal. Hal ini dapat menurunkan kemampuan menulis yang kemarin ada. Karena... menulis adalah keterampilan, dan keterampilan diasah melalui praktek dan latihan secara terus menerus. Nah.. itu dia... selama dua bulan hampir vakum. Jadi sulit nih mau nulis.

Tulisan ini juga nih, nggak tau sebenarnya mau nulis apa sih. Asal aja. Pokoke sing penting MP-nya ada tambahan tulisan. Terus gimana dong selanjutnya? Perlu loading... loading... loading... sing jelas.

Huaa... bingung mau nulis apa.....!!! Kebanyakan ide mungkin....

Tuesday, June 26, 2007

(Mantan) Anggota Sheila on 7 Nikahi Akhwat Aktivis Dakwah

Oleh : Cahya Herwening


Seorang pemain band, lebih tepatnya mantan, dari salah satu kelompok band ternama di blantika musik Indonesia menikahi seorang akhwat aktivis dakwah. Akad nikah dilaksanakan di daerah asal si akhwat, Pematang Siantar, Sumatera Utara pada Jumat 25 Mei 2007 pukul 8.00. Sedang pesta walimahan dilaksanakan di Yogyakarta, tepatnya di Grha Sabha Pramana, UGM pada hari Sabtu tanggal 23 Juni 2007, pukul 19.00 sampai selesai.
Pesta walimahan berjalan cukup meriah, dilengkapi dengan dekorasi yang cukup wah dan bermacam hidangan yang mengundang selera. Teristimewa adalah tamu yang menghadiri pesta tersebut, yang terdiri atas pelbagai kalangan. Ada para artis, khususnya teman-teman satu tim dari mempelai pria, hadir di sana Duta, Adam dan Eros bersama keluarga masing-masing. Tamu undangan lain, sanak saudara, teman dari kedua keluarga. Juga teman-teman sang mempelai wanita, yakni para ikhwan dan akhwat aktivis dakwah kampus.
Suasana pesta cukup beragam, terutama saat menikmati hidangan. Terlihat kontras antara yang berdiri dan duduk. Meski telah disediakan tempat duduk, namun tak sedikit yang melakukan standing party. Kemudian dari penampilan tamu undangan, cukup variatif mulai dari yang berpenampilan cantik dan seksi dengan tata rias yang maksimal, hingga yang berpenampilan tertutup namun anggun menggunakan baju kurung dan jilbab panjang. Yang disebut terakhir ini cukup menghegemoni suasana meskipun tidak menjadi mayoritas.
Sebenarnya siapa sih yang beruntung bisa mempersunting seorang "kunci surga" untuk mendampingi hidupnya dalam mengarungi samudera kehidupan itu? Mungkin anda sudah bisa menebak. Ya, tidak lain adalah H. Saktia Ari Seno atau lebih dikenal dengan panggilan Sakti, yang ketika masih di Sheila on 7 berperan sebagai pemain rythm guitar. Beberapa kurun waktu terakhir, sejak memutuskan keluar dari Sheila on 7, Sakti mengambil jalan 'pertapaan', mencoba mendalami keislaman dengan lebih dekat kepada nilai-nilai kesufian.
Tak berlebihan kiranya, wanita yang kini telah sah menjadi pendamping hidupnya ini disebut sebagai "kunci surga". Tiada lain namanya, Miftahul Jannah, jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memang memiliki arti "kunci surga". Selain itu, wanita muslimah yang shalihah memang dapat menjadi kunci surga bagi orang tuanya, juga bagi suaminya, melengkapi setengah dari diennya dan menjadi partner dalam membina keluarga muslim, yang dari keluarga-keluarga berkarakter muslim itulah dapat terbentuk masyarakat madani. Semoga Ita, panggilan akrab Miftahul Jannah, dapat mengambil peran tersebut.
Belum jelas bagi saya, bagaimana bisa dua orang yang berasal dari latar belakang sangat berbeda dapat disatukan dalam sebuah ikatan suci ini. Rasanya agak aneh saja. Namun yang pasti ada jalur-jalur khusus disamping tentu saja merupakan sesuatu yang Allah SWT kehendaki terjadi.
Saat menyalami Sakti, ingin saya katakan kepadanya, "Hey Mas Sakti, Anda itu memperoleh seorang "kunci surga" lho. Tolong dijaga baik-baik. Hmm, kalau nanti sampai membuat beliau menangis, awas kau!!". Ehm ... ehm..., sok protektif ya....??^_^ Ya jelas lah, Ita itu merupakan salah satu mantan teman seperjuangan saya di kampus, terutama saat masing-masing masih memegang amanah di Kelompok Studi Universitas (Ita) dan Kelompok Studi Fakultas (saya). Cukup banyak forum koordinasi yang mempertemukan kami dan teman-teman lain, yang membuat kami semua sudah bagai keluarga besar. Jadi, jelas jika kami mengharapkan kebahagiaan padanya dan tidak menginginkan sebaliknya. Sayangnya, apa yang ingin saya ucapkan itu baru kepikiran beberapa saat setelah selesai menyalami mereka, he... he... he....
Tapi, mungkin tidak perlu banyak kekhawatiran ketika saya melihat rona wajah gembira pada kedua mempelai, dan juga orang tua masing-masing. Semoga menjadi tanda bahagianya keluarga mereka kelak. Dan menjadi keluarga seperti yang kami semua harapkan, salah satunya Ita yang sarjana psikologi itu mampu mempengaruhi aspek psikologisnya Sakti. Hmm.. maksude opo
Nah, apapun yang terjadi, jika ini adalah kehendak Allah SWT, maka jelaslah kami harus ikhlas. Maka kepada kedua mempelai, kami ucapkan selamat. Selamat berjuang dalam mengarungi samudera kehidupan yang penuh rintangan, cobaan dan hambatan. Makin jauh bahteramu meninggalkan dermaga, maka akan makin besar pula resiko bahaya yang mengancam. Semoga semua dapat diatasi dengan baik nantinya. Yang jelas, di manapun bahteramu nantinya berada, akan senantiasa ada jangkar yang telah terikat tali yang sangat kuat. Maka berpegang teguhlah pada tali itu, yakni tali Allah. Islam. Bersama pemilik tali itu sendiri Yang Maha Kuat lagi Perkasa. Tiada penolong selain Dia.
Kami mendo'akan kalian;
"BARAKALLAAHU LAKA WA BARAKA 'ALAIKA WA JAMMA'A BAINAKUMA FII KHAIIR"
Semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah, dapat berkontribusi bagi dakwah, dan muntijah dalam menghasilkan jundi-jundi yang siap berjuang membela Islam 'tuk mengembalikan izzah.

Selasa, 26 Juni 2007
pkl. 00.50-an

Monday, June 18, 2007

Akhirnya Selesai Juga 'Urusan Kampus'ku


Dua hari yang lalu, Sabtu 16 Juni 2007, dengan adanya acara Last Moment, tuntaslah sudah 'tugas kampus'-ku alias lengser keprabon. Tugas yang dulu entah datang dari mana, tiba-tiba dan tanpa disangka-sangka dibebankan di pundakku sejak kira-kira setahun yang lalu. Tugas baru yang benar-benar baru, karena sebelumnya belum pernah sekalipun, bahkan terlintas di pikiran pun tidak untuk memegangnya, karena aku pun belum pernah punya pengalaman menangani bidang itu.

Sebenarnya di bagian mana sih tugas saya itu? Pasti anda belum tahu (dan mungkin nggak mau tahu .. he... he... ^^). Tapi, meski nggak mau tahu, akan tetap saya beritahu. Ini nih ... ngurusi segala tetek bengek yang berhubungan dengan media dan opini. Hmm ... asyik dan unik juga tugas itu. Benar-benar harus belajar dari awal, dari nol. Meski kata salah seorang kakak, tugas itu nantinya akan lebih bersifat manajerial. Tapi, nyatanya tetep nggak jauh dari dunia tulis menulis, pembuatan media, pokoknya yang membutuhkan skill kejurnalistikan. Wah, bener-bener deh ... harus akselerasi. Apalagi belum menguasai kemampuan analisis media, analisis opini, dsb... dsb.... Sepertinya tugas yang sangat berat bagi orang yang non-experienced.

Tapi ada kebetulan yang tidak disangka-sangka. Beberapa waktu sebelum dapat amanah itu, saya baru sadar kalau saya suka menulis. Dan juga mulai menulis macem-macem tulisan, khususnya yang bersifat reflektif dan pengkritisan bagi kondisi dakwah. Jadi, hobi baru itu bisa dioptimalkan, terutama ketika nanti menulis artikel di media. Dan ternyata benar, berguna!

Selanjutnya ... di awal tugas, mengerjakan maca-macam konsep, perencanaan, sistem, dll. Lalu melaksanakan program realisasinya. Termasuk membuat media baru pada waktu kemudian. Hmm... ngomong-ngomong soal media baru itu, selain kontributor tulisan (banyak juga kok yang mau jadi kontributor, ya meski ada yang perlu pemaksaan juga), misalnya dari desain, lay out, produksi, dll. praktis hanya dikerjakan oleh satu orang. Apa nggak gila? Siapa coba, satu orang itu??

Yah, begitulah kira-kira perjalanan setahun ini. Banyak suka, banyak duka. Tapi lebih banyak sukanya, wong saya ngejalaninnya dengan enjoy kok, soalnya sesuai dengan minat baru sih. Saya banyak belajar dari amanah kemarin itu. Sangat banyak. Banyak sekali. Sebagian besar tidak terungkap. Mungkin. Atau saya yang tidak mau mengungkapkannya. Tidak tahu.

Tapi... sayangnya kesempatan belajar itu sudah berakhir sekarang. Dan kayaknya belum bisa mengemban amanah yang kemarin itu dengan baik. Namun yang jelas, saya bersyukur meski kalau dilihat dari hasil kerja, tidak terlalu dapat dibanggakan. Sing penting wis usaha, iyo opo ora?

Ada kenangan cukup manis juga nih, dari apa yang telah saya lakukan kemarin. Bahwa kesungguhanku dalam berjuang yang belum seberapa itu ternyata dihargai. Pas acara Last Moment itu, tanpa disangka dan diduga sebelumnya saya dikasih reward. Katanya sih, berdasarkan kriteria kedisiplinan waktu, (hampir) selalu tepat waktu saat rapat rutin, meski jarak kampus dari rumah cukup jauuuh. Itu katanya lho, soalnya saya sendiri merasa ... gak gitu-gitu amat kok. Kadang saya telat juga. Tapi.... alhamdulillaah. Paling tidak, semoga bisa menjadi satu hal yang bisa dipetik hikmahnya bagi seluruh kader, meski saya merasa saya belum layak mendapat penghargaan apapun.

Nah, setelah selesai amanah kemarin, mungkin sudah saatnya belajar di tempat lain. Apakah saya kemudian bebas dan lepas setelah amanah ini berakhir? Lari-lari di jalan sambil teriak, "Aku bebaaaasss!!!"? Tentu tidak. Saya sendiri merasa sangat tidak nyaman ketika tidak ada sesuatu yang dikerjakan, rasanya hambar dan mboseni. Sebaliknya saya merasakan kesenangan dan kepuasan jika bermanfaat bagi nilai kebaikan (entah itu orang lain, bangsa, negara, agama). Maka, saya sendiri tidak ingin lepas dari tugas dan tanggung jawab di wilayah kebaikan. Di dalam aktivitas dakwah.

Tentunya, harus segera mencari tugas baru. Tugas yang bisa menjadi perantara/pendukung pencapaian cita-cita manusia, yakni meraih jannah-Nya. Tapi itu tidak perlu dilakukan, karena sudah punya dua yang lain. Bahkan itu sudah dimulai sejak masih mengampu amanah kampus. Amanah itu ada di lingkup propinsi dan nasional ('gak usah dikasih tau ya ^^, 'gak penting!). Subhanallaah.... tempat belajar dan beramal yang baru!! Semmanggattt!!! (Saking semangatnya...^^)

[Ditulis langsung secara online, nggak dari komputer dulu. Mesti butuh edit-editan lagi nih nanti....]

Wednesday, May 30, 2007

KolomKita.Com - kumpulan cerpen, puisi dan cerita-cerita kehidupan

http://www.kolomkita.com/
Website ini menampung tulisan dari anggota yang sudah mendaftar, terutama untuk tulisan-tulisan fiksi maupun faksi. Tapi tidak jarang banyak kisah-kisah nyata juga.

Saya sudah mendaftar dan baru mengirim dua tulisan, semuanya dimuat. Coba aja kirim tulisan ke sana, karena tulisan-tulisan yang ada akan dikompetisikan secara periodik. Dan yang menang akan mendapat penghargaan.

Friday, May 25, 2007

Jika Bintang itu Seorang Akhwat?


Oleh : Cahya Herwening

"Orang besar tidak hanya menatap dan mengagumi bintang di langit, tetapi juga berusaha meraih dan berhasil mengambilnya."
Untaian kata yang membentuk kalimat indah di atas pernah saya dapatkan dari seseorang. Memang, kalam hikmah itu terasa dapat menyemangati dalam meraih impian, yang biasanya impian dan cita-cita itu tinggi, setinggi bintang di langit. Maka begitu pulalah yang saya rasakan ketika mencoba menyelami kandungan makna kalimat itu. Siapa sih yang nggak ingin jadi orang besar? Masak jadi orang kerdil terus sih??
Tapi ... tapi nih..., ketika merenungkannya, saya jadi ragu apakah benar kalimat tersebut dapat diimplementasikan secara umum pada semua hal? Memang cukup tepat sih, apabila "bintang" pada kalimat tersebut dimaksudkan sebagai cita-cita yang tinggi dan harapan mulia kita, atas pencapaian diri dalam kehidupan. Tapi apakah berlaku juga untuk 'bintang' yang lain? Bintang yang bagaimana coba? Tau nggak apa?? He...he...he...^^
Ehm... ehm.... seperti biasa, otak iseng saya segera bekerja ketika ada sesuatu hal yang cukup menggelitik. Terbersit pertanyaan iseng dalam pikiran seperti ini: "Apa jadinya jika 'bintang' itu adalah seorang akhwat?" !^^ v
Sepertinya hanya pertanyaan biasa kan? Di mana sih letak keisengannya? Pada nggak tahu kan? Nah, mau tahu??
Begini. Bagi seseorang yang berpartisipasi dalam suatu jamaah dakwah, mestinya ada semacam prosedur atau peraturan dalam kehidupan berjamaahnya. Katakanlah semacam adab-adab berinteraksi dengan jama'ah, bagaimana sih memposisikan diri dalam jama'ah agar apa yang kita lakukan tetap berada pada koridornya. Termasuk adab ketika ingin melengkapi setengah diennya (baca: menikah).
Seorang anggota jamaah yang mengikuti adab-adab itu, dalam pernikahannya tidak bisa semaunya. Tidak bisa, misalnya, dengan terlebih dulu mengincar (kayak sniper aja...^^) siapa yang ingin dinikahinya, hanya dengan mengandalkan asumsi maupun penglihatan lahir yang dimilikinya. Ini ditujukan agar nilai pernikahan sebagai ibadah dan juga orientasinya sebagai bagian dakwah tetap murni dan terjaga keberkahannya. Penjagaan kemurnian ini salah satunya dengan menjaga agar sebelum dan dalam proses pernikahan, mencegah (paling tidak meminimalkan) adanya faktor-faktor yang dapat membuat proses tidak sehat. Juga dengan usaha agar terjamin adanya kesetaraan kualitas masing-masing calon, khususnya kesetaraan kualitas.
Sehingga di sini dibutuhkan semacam 'lembaga khusus' yang menangani masalah nikah-menikah ini. Yang lembaga tersebut dapat memiliki akses mengenai data valid kedua calon, dan dapat mencarikan mana pasangan calon yang cocok, tidak hanya mengandalkan asumsi dan mata lahir, namun juga data, fakta dan bashiroh. Meski proses semacam itu tidak mutlak, namun rasanya menjadi salah satu bentuk ikhtiar yang direkomendasikan, untuk merealisasikan sebuah term : "Di Jalan Dakwah Aku Menikah" (seperti judul salah satu bukunya Ust. Cahyadi Takariawan^^).
Maka ketika ada pernyataan seperti awal tulisan ini, bahwa "orang besar tidak hanya menatap dan mengagumi bintang di langit, tetapi juga berusaha meraih dan berhasil mengambilnya", pertanyaannya adalah, untuk menjadi orang besar, apakah semua macam bintang itu harus diraih? Apakah berlaku juga ketika yang menjadi 'bintang' itu adalah seorang akhwat? Masihkah sesuai dengan koridor adab berjama'ah jika kita berusaha meraih dan mengambil 'bintang' (baca: akhwat) yang kita kagumi? Terus, apa sebaiknya memilih tidak perlu menjadi 'orang besar' saja^^?
Nah, pertanyaan-pertanyaan itu butuh jawaban dan tanggapan, meski saya punya kesimpulan sementara, yakni bahwa untuk menjadi orang besar tidak harus meraih semua “bintang”. Maka dimohon dengan sangat kepada anda yang telah membaca tulisan ini untuk memberikan komentar, menjawab maupun menanggapinya. Sebelumnya, saya mengucapkan terima kasih. ^^ Monggo, silahkan ditanggapi.....

Monday, May 21, 2007

Saya Suka Jepang (2) : Mentalitas Kaum Muslim Ada Pada Bangsa Jepang


Oleh : Cahya Herwening


Tulisan kedua dari rangkaian jawaban atas pertanyaan teman: "Antum suka ma hal-hal yang berbau Jepang ya? Nama blog Shirotsuya, apakah punya makna tersendiri buat Antum?" Beserta juga alasannya, yang bukan asal alasan seperti tulisan pertama ^^. Namun alasan yang didasari oleh pemahaman tentangnya, meski mungkin sedikit.
Apakah saya suka hal-hal tentang Jepang, kembali akan saya jawab "iya". Tapi tentunya kesukaan itu tidak membabi buta pada segala hal, namun dilatar belakangi hal-hal tertentu yang menjadi kelebihan utama dari negara ini. Saya tahu, setiap hal tentu ada sisi kekurangan dan kelemahannya. Namun, sebaliknya pasti juga memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh yang lainnya. Termasuk di sini negara Jepang itu sendiri.
Kesukaan mestinya dikarenakan oleh rasa berkesannya kita kepada sesuatu, yang kemudian dari rasa kesukaan itu dapat meningkat menjadi kekaguman. Terus terang saja, mungkin saya tidak hanya suka pada Jepang tapi juga kagum. Kagum tentang apa? Ada beberapa hal yang membuat saya kagum kepada negara kepulauan yang terletak di sebelah timur semenanjung Korea itu. Khususnya kagum terhadap karakter yang dimiliki oleh bangsa Jepang, yang membuat Jepang menjadi salah satu negara maju yang memimpin di bidang IPTEK. Bangsa mereka memiliki karakter-karakter unggul yang dibutuhkan setiap bangsa untuk maju. Terlebih lagi bagi kaum Muslimin, karena sesungguhnya karakter dan mentalitas itu telah tertuang dalam kitab suci mereka (Al Qur'an) dan sabda Nabi mereka (Hadits). Maka seharusnyalah bagi kaum Muslimin untuk memiliki karakter-karakter dan mentalitas ini.
1. Kedisiplinan yang Sangat Tinggi
Kedisiplinan merupakan salah satu karakter yang paling terkenal dari bangsa Jepang. Dan memang seperti itulah adanya. Dalam contoh kecil, pernah ada yang bercerita ketika orang Jepang ada janji dengan seseorang, maka paling tidak sepuluh menit sebelum waktu yang disepakati dalam janjian itu sudah ada di tempat janjian. Kedisiplinan bangsa Jepang juga terlihat dalam budaya antri, mentaati peraturan lalu lintas, peraturan perusahaan, sekolah, dan peraturan lainnya. Contoh lain dalam hal-hal sepele, adalah dalam membuang sampah.\
Di Jepang, antara kedisiplinan dan sekolah sangat erat keterkaitannya. Di sana, disiplin dalam berlalu lintas diajarkan sejak TK. Secara teratur ada polisi wanita yang mengunjungi sekolah, untuk menggelar simulasi, bagaimana perilaku yang harus dibangun ketika di jalan. Anak-anak yang mematuhi rambu-rambu lalu lintas disebut manusia, yang tidak melanggar rambu-rambu disebut monyet. Simulasi tersebut memang sederhana. Akan tetapi, konon menjadi akar dari kepatuhan masyarakat Jepang terhadap peraturan lalu lintas.
2. Tekun dan Pekerja Keras
Bangsa Jepang adalah bangsa yang terkenal dengan etos kerja yang tinggi. Kesibukan dalam kerja-kerja hariannya begitu tinggi, hampir 12 hingga 15 jam kerja setiap harinya. Mereka bekerja dengan sangat giat bahkan sangat terkenal sebagai bangsa yang gila kerja (workaholic).
Bagi mereka, bekerja bukanlah semata-mata kerja, namun juga merupakan kesenangan, sehingga mereka sangat enjoy terhadap pekerjaan mereka. Maka seringkali mereka hampir lupa pulang ke rumah, dan suka di kantor atau tempat kerja lain hingga larut malam untuk lembur. Meski tidak semua seperti itu sih.
3. Keinginan untuk selalu Belajar dan Selalu Memperbaiki Hasil Kerja
a. Semangat Perbaikan yang Terus-menerus (Sustainable Improvement)
Masyarakat Jepang memiliki budaya organisasi yang disebut "Kaizen", artinya "penyempurnaan berkesinambungan". Misalnya dalam aktivitas produksi (kalau dalam perusahaan) yang telah dilakukan, maka akan senantiasa ada evaluasi secara periodik, dan dilakukan perbaikan terhadap kelemahan-kelemahan yang ada. Sehingga pada periode-periode berikutnya akan semakin terjadi penyempurnaan.
Di negara kita, sebenarnya juga ada budaya organisasi berupa evaluasi terhadap apa-apa yang telah dilakukan. Namun seringnya, hasil evaluasi itu tinggal hasil evaluasi belaka, tidak digunakan untuk memperbaiki kondisi yang ada. Sehingga seringkali kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan terulang kembali.
b. Minat Baca dan Tulis Tinggi
Kegiatan belajar tak akan lepas dari keberadaan buku. Entah itu membacanya, atau menulisnya. Dan bangsa Jepang adalah bangsa yang memiliki kualifikasi yang tinggi terkait hal ini, yakni memiliki minat baca dan minat menulis yang sangat tinggi. Kebiasaan baca mereka terlihat di keseharian, ketika di densha (trem), shinkansen, bus, stasiun, terminal, dan tempat lain, kebanyakan mereka membawa buku dan membacanya.
Begitu juga dalam menulis, banyak sekali jenis buku yang ada di sana, dan juga jenis penulisnya. Banyak penulis-penulis amatir yang bukunya diterbitkan oleh penerbit karena memang dirasa bagus. Misalnya, ada ibu rumah tangga yang menuliskan tips pindah rumah yang efisien, teknik menanak nasi yang enak, dan sebagainya. Tulisan-tulisan mereka berdasarkan pengalaman pribadi, dan juga riset kecil-kecilan yang mereka lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Ini tak lepas dari kebiasaan riset mereka.
Di Jepang produksi buku per tahun 60.000-70.000 judul buku. Sebagai gambaran, saat ini produksi buku di Indonesia 7000-10.000 judul buku pertahun, padahal dilihat dari perbandingan jumlah penduduk, penduduk Indonesia jauh lebih banyak dari penduduk Jepang.
Jumlah toko buku di Jepang sama dengan jumlah toko buku di Amerika Serikat, padahal Amerika Serikat dua puluh enam kali lebih luas dan berpenduduk dua kali lebih banyak daripada Jepang. Toko buku adalah salah satu tempat yang paling sering dikunjungi. Jika supermarket dan toko lain di Jepang biasanya tutup pukul 20.00, toko buku biasanya masih tetap buka hingga larut malam. Banyak pengunjung yang sekadar tachi-yomi, atau berkunjung dan membaca buku di sana, belum tentu membeli. Rasanya hal itu cuma mengotori pandangan toko buku sih (istilah Jawanya, nyepet-nyepeti mata^^), tapi kenyataannya ada pengaruh terhadap buku yang terbeli oleh pengunjung juga. Makanya pemilik toko buku tidak risih melihat banyak yang hanya tachi-yomi^^.\
Angka melek huruf (literacy rate) di Jepang mencapai 99 persen. Oleh UNDP (United Nations Development Programme), angka melek huruf telah dijadikan salah satu indikator untuk mengukur kualitas bangsa. Tinggi rendahnya angka melek huruf menentukan tinggi rendahnya indeks pembangunan manusia atau HDI (Human Development Index); dan tinggi rendahnya HDI menentukan kualitas bangsa.
c. Sistem Pendidikan yang Baik Beserta Faktor Pendukungnya dan Sense Penelitian yang Tinggi
Bisa dikatakan bangsa Jepang adalah kaum peneliti, karena sejak kecil sudah dibiasakan sense penelitian dibangun dalam diri generasi muda. Misalnya ketika liburan sekolah ada penugasan melakukan penelitian bertema bebas, yang kemudian dibuat laporannya dan dipresentasikan di depan kelas setelah sekolah masuk. Bagi yang hasil penugasan dan presentasinya paling baik (menarik) akan mendapat penghargaan dari guru.
Semua level pendidikan di sana mendasarkan pada pengembangan riset dan IPTEK. Termasuk perguruan tinggi yang selain menjadi penghasil SDM spesialis, juga menjadi lembaga penelitian pusat dihasilkannya inovasi-inovasi teknologi. Apalagi didukung pemerintah dengan anggaran pendidikan yang tinggi, yang untuk keperluan penelitian saja negara menganggarkan 20% dari keseluruhan anggaran. Apalagi jumlah peneliti di Jepang hampir sepertiga jumlah peneliti di dunia, sekitar 730.000 peneliti berkumpul di sana!
Selain dukungan pemerintah, pihak industri pun tak ketinggalan menjalin kerjasama, yang dikenal dengan san-gaku-renkei (san berarti industri, gaku berarti dunia akademis, dan renkei berarti kerja sama). Media juga memiliki peran penting di sana untuk sosialisasi IPTEK. Media bukan hanya sarana hiburan, namun juga sarana pendidikan. Banyak acara di TV Jepang berupa kuliah-kuliah dari para profesor dari pelbagai bidang. Di televisi dan media cetak, berita perkembangan IPTEK dan sosialisasi hasil penelitian selalu disajikan, dan memang menjadi ujung tombak pemasaran media-media tersebut. Karena IPTEK bagi bangsa Jepang adalah tulang punggung perekonomiannya.
Sebagai gambaran sederhana tentang bagaimana kreativitas dan inovasi bangsa Jepang, dapat dilihat pada acara "Masquerade", yang juga ditayangkan oleh salah satu TV swasta di Indonesia. Banyak sekali peserta lomba yang memiliki ide unik, sangat kreatif dan inovatif untuk membuat pertunjukan dari manusia. Contohnya bisa dilihat di sini dan di situs ini juga ada, di sini.
4. Sikap Bertanggung Jawab dan Sifat Malu yang Tinggi
Bangsa Jepang adalah bangsa yang memiliki sikap bertanggung jawab yang tinggi, disertai rasa malu yang tinggi, khususnya jika melakukan kesalahan atau tidak bisa melaksanakan tugas dengan baik. Meski bentuk pertanggung jawaban itu seringkali dilakukan dengan tidak benar menurut Islam (dengan bunuh diri, tingkat bunuh diri di Jepang tergolong paling tinggi), namun dari aspek kualitas pertanggung jawabannya menunjukkan tingkat sangat tinggi.
Dari rasa bertanggung jawab dan sifat malu yang tinggi inilah, implikasi dalam membentuk jati diri bangsa yang "knowledged community" sangat besar. Katakanlah misalnya, dalam masalah penghormatan terhadap HAM, masalah law enforcement, masalah kebersihan moral aparat, dan sebagainya. Termasuk sikap mereka dalam berlalu lintas sebagai contoh paling sederhana. Orang Jepang lebih suka memilih menggunakan jalan memutar daripada mengganggu pengemudi di belakangnya dengan memotong jalur di tengah jalan raya. Bagaimana taatnya mereka untuk menunggu lampu traffic light menjadi hijau, meskipun di jalan itu sudah tak ada lagi kendaraan yang lewat. Bagaimana mereka secara otomatis membentuk antrian di setiap keadaan yang membutuhkan, contohnya dalam pembelian tiket kereta, masuk ke stadion untuk nonton sepak bola, di halte bus, bahkan untuk memakai toilet umum di stasiun-stasiun, mereka berjajar rapi menunggu giliran. Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun norma yang sudah menjadi kesepakatan umum.
5. Sangat Ekonomis, Bukan Pemboros dan Tidak Konsumtif
Ini terlihat di dalam fenomena kehidupan sehari-hari di Jepang, misalnya dalam berbelanja. Pada saat setengah jam sebelum tutup, supermarket atau swalayan di Jepang jauh lebih ramai dari jam-jam biasanya. Karena supermarket di Jepang biasanya akan memotong harga hingga 50% pada waktu-waktu seperti itu. Contoh lain, seorang ibu rumah tangga rela berjalan, mengayuh sepeda atau naik motor lebih jauh untuk ke sebuah toko yang harga barang di sana lebih murah, bahkan hanya 10-20 yen. Yah, gambaran ini bisa kita lihat dari salah satu tokoh anime atau manga Jepang, Misae, ibunya Shinchan (Nohara Shinosuke), yang sangat tajam sensenya terhadap diskon barang atau dalam mencari barang lebih murah.
Sampai segitunya bangsa Jepang. Padahal kalau dilihat, mereka bukanlah bangsa yang miskin. GDP bangsa Jepang tergolong tinggi di dunia. Kita bandingkan dengan bangsa Indonesia yang memiliki GDP rendah, mereka punya sedikit uang saja sudah pusing memikirkan akan dibelanjakan apa dan di mana. Sudah bingung mau shopping di mana, mau beli motor apa, HP merek apa, dan sebagainya.
6. Budaya Kesopanan, Rendah hati dan Menghormati Orang Lain.
Coba, kalau kita ke Jepang, atau ketika di Indonesia berpapasan dengan orang Jepang, kemudian kita pura-pura menabraknya. Maka biasanya secara otomatis mereka akan membungkuk dan mengucapkan "gomennasai" (mohon maaf). Entah yang salah (yang menabrak duluan) siapa, namun dengan cepatnya sebelum kita bereaksi apa-apa, mereka lebih dahulu meminta maaf. Ini hanya contoh kecil, hanya masalah tabrak-menabrak. Hal ini sudah menjadi semacam reflek bagi mereka, untuk meminta maaf di tiap keadaan yang kira-kira tidak mengenakkan orang lain.
Saya teringat pada salah satu film drama Jepang (dorama) berjudul "Friend", di sana tokoh utama wanita bernama Tomoko (Kyoko Fukada) berkali kali meminta maaf kepada Kim Ji Hoon (Won Bin) karena telah melakukan kesalahan. Tomoko berkali-kali mengatakan "gomennasai", dan terus mengikuti Ji Hoon ketika belum dimaafkan.
Sebaliknya jika orang Jepang menerima kebaikan dari orang lain, seperti beberapa bangsa lain, maka berkali-kali mereka berterima kasih, berkali kali mengucap "doumo arigatou". Kalau kita mungkin juga mengucapkan terima kasih, tapi sekali saja dan kedengaran bukan ucapan terima kasih yang tulus.
Mungkin akan lebih panjang dan banyaknya jika kita menggali lebih dalam kelebihan sifat, sikap dan karakter bangsa Jepang untuk dijadikan pelajaran bagi kita. Bukan bermaksud untuk membandingkan, namun sekali lagi untuk diambil pelajarannya. Bangsa Jepang yang jauh dari agama Islam ternyata dalam aplikasi kesehariannya memiliki karakter-karakter yang seharusnya dimiliki kaum Muslimin. Sedangkan Indonesia yang mayoritas Muslim, justru sebagian besar jauh dari sifat-sifat ini.
Meski saat ini Jepang semakin terancam akan kebangkrutan ekonomi, karena ada beberapa negara yang mulai menyusul kemajuan IPTEK Jepang, seperti Korea dan China, tapi minimal kita dapat mengambil sebuah hikmah. Bahwa Jepang yang memiliki sumber daya alam sangat minimal, terletak di daerah rawan bencana, ternyata mampu menjadi nomor satu dalam teknologi di dunia. Itu karena kualitas SDM yang mumpuni dengan pelbagai karakteristiknya. Bagaimana jadinya jika Indonesia yang memiliki SDA berupa bahan tambang mineral, sumber energi, kekayaan laut dan hutan serta kesuburan tanah yang tinggi ini memiliki kualitas SDM seperti Jepang. Indonesia pasti akan memimpin dunia!!
"Sesungguhnya hikmah adalah milik kaum Muslimin. Maka jika seorang Muslim menemukan hikmah itu, dari manapun itu berasal, maka dialah yang paling berhak mengambilnya."
10 Mei 2007
Dari berbagai sumber. Jika ada data
yang kurang tepat, mohon koreksinya.