Monday, February 26, 2007

Membaca-Menulis, Emang Mirip Pencernaan Ya …


Oleh : Cahya Herwening

Pernyataan seperti ini pernah dinyatakan oleh satu atau beberapa ahli di bidang pengembangan diri, khususnya aktivitas mambaca dan menulis. Bahwa aktivitas membaca dan menulis itu mirip dengan proses pencernaan makanan. Tentang ini, saya pernah membacanya, salah satunya dalam buku "Mengikat Makna" karya Hernowo. Beliau, Hernowo, juga pernah mengajar mata kuliah Digesting pada sebuah sekolah tinggi di Bandung. Dan dalam bahasa Indonesia, digesting itu berarti pencernaan.
Ketika dulu kita duduk di bangku SMP maupun SMU, pada pelajaran biologi kita telah dijelaskan tentang bagaimana proses pencernaan itu berlangsung. Mula-mula makanan dimasukkan ke mulut dan mengalami pencernaan secara mekanis, oleh gigi, dan pencernaan kimiawi oleh enzim ptialin. Setelah dikunyah, makanan masuk ke lambung melalui kerongkongan. Di lambung dan juga di usus dua belas jari, makanan mengalami pencernaan secara kimiawi dengan enzim yang khusus bekerja pada macam zat gizi tertentu. Kemudian sari makanan dan nutrisi diserap oleh usus halus kemudian diedarkan ke seluruh tubuh. Sisa-sisanya atau ampasnya, akan dibuang melalui usus besar kemudian anus.
Dari sari makanan yang diserap dan diedarkan ke seluruh tubuh, akan menghasilkan energi dari proses yang terjadi di dalam mitokondria. Energi itu kemudian kita gunakan untuk beraktivitas. Jika tidak atau belum diperlukan untuk aktivitas, maka nutrisi akan disimpan dalam jaringan tubuh. Misalnya glukosa diubah menjadi glikogen, asam lemak menjadi lemak, dan seterusnya.
Analog dengan proses itu, saat kita membaca, kita memberikan input makanan pada otak kita. Dari bahan bacaan yang merupakan ‘makanan’ kita itu, setelah masuk akan diolah. Dicerna di dalam ‘alat pencernaan’ pengetahuan, yakni otak manusia. Dari hasil proses ‘pencernaan’ itulah kita akan memperoleh kesimpulan baru, wawasan baru, atau sistematika pengetahuan yang kemudian disimpan rapi dalam memori kita. Pengetahuan dan ilmu itu disimpan dalam ingatan kita, dan siap di-recall jika sewaktu-waktu diperlukan. Namun, jangan sampai pengetahuan yang tersimpan dalam memori ini dibiarkan begitu saja, tanpa sering digunakan. Jika seperti itu, suatu saat memori itu akan mengalami obsolete dan lama-kelamaan akan mengalami degradasi, sehingga data-data pengetahuan itu akan lenyap sedikit demi sedikit.
Sebagaimana jika dianalogikan kembali dengan pencernaan. Bila cadangan energi dalam bentuk simpanan nutrisi itu disimpan saja, tidak digunakan untuk beraktivitas maka akan terdapat timbunan nutrisi yang nantinya membuat keseimbangan dalam tubuh kita terganggu. Katakanlah sebagai contoh, nanti bisa jadi akan mengalami obesitas karena timbunan lemak yang berlebihan. Justru yang seperti ini tidak sehat. Lain halnya jika digunakan untuk bekerja, maka yang terjadi adalah penguatan otot dan organ, karena jaringan tubuh bekerja, sehingga dapat memperkuat tubuh itu sendiri.
Maka, dalam aktivitas membaca pun perlu penyeimbangan dengan aktivitas lain yang merupakan aktivitas kerja untuk menyalurkan ‘energi’ berupa ilmu dan pengetahuan itu. Dan aktivitas itu tiada lain adalah aktivitas menulis.
Menulis dikatakan oleh beberapa tokoh sebagai upaya mengikat makna. Ilmu yang tidak direkam dalam tulisan akan cepat hilang. Dengan adanya aktivitas penulisan inilah, ilmu dapat dipertahankan bahkan dikembangkan sehingga saat ini manusia telah mengalami kemajuan peradaban yang luar biasa, khususnya dalam teknologinya. Itulah salah satu dampak dahsyat dari aktivitas menulisnya manusia.
Menulis juga akan membantu aktivitas membaca. Bagi yang kerjanya hanya membaca saja, maka suatu saat akan mengalami kejenuhan dan kebosanan. Hal ini dapat di-refresh dengan menuliskan apa saja yang ada dibenaknya saat itu. Apa saja yang terekam dalam pikirannya, yang diperolehnya dari membaca harus dituangkan kembali dalam tulisan, yang tentunya memiliki sistematika baru, dengan adanya kombinasi pelbagai bahan bacaan.
Dengan menulis, membaca akan berarti. Dengan menulis, ilmu dan pengetahuan pun akan jauh lebih berarti. Maka … mari menulis!
Ahad Malam, 25 Februari 2007
Tulisan pembuka untuk blog baru

1 comment: