Wednesday, October 24, 2007

Ramadhan Kemarin.. Gimana Ya??




Oleh : Cahya Herwening


Ikut-ikut temen yang lain.... bukan berarti mengekor dan bermaksud menjadi pengekor. Coba mengevaluasi perjalanan Ramadhan kemarin.. apa iya seperti yang telah ditargetkan sebelum Ramadhan dulu? Atau paling tidak.. sudahkah sesuai dengan keinginan bahwa "Ramadhan kali ini harus lebih baik dari Ramadhan kemarin"?

Seperti biasanya ... target hendaknya senantiasa dipancangkan ketika hendak melakukan sesuatu, termasuk dalam beramal. Bulan Ramadhan yang merupakan waktu-waktu strategis buat menggembleng diri, harusnya juga tak luput dari target-target pencapaian amal shalih. Misalnya saja .. berapa kali ikut tarawih di masjid, berapa juz tilawah Al-Qur'an, berapa surat buat dihafal, berapa kali ikut ifthor jama'i (buka puasa bersama), berapa kali sholat Dhuha, dsb. Nah, di sini beberapa poin target akan saya ceritakan secara umum.

Shalat tarawih belum bisa full di masjid, karena ada beberapa agenda, misalnya buka bersama temen-temen KKN sampai tarawih berjamaah. Tarawih hari-hari pertama di kampung.. wah harus extra sabar, soalnya denger anak-anak kecil pada rame, teriak-teriak seenak mereka sendiri ... bikin makin sulit buat khusyuk... wah... jadi sebel, pengin jewer telinganya. Orang tuanya juga .. masak gak dipikir dulu kalau anak-anak mereka itu bisa bikin jamaah terganggu. Kalau anak-anaknya kalem sih tidak masalah...

Tilawah..... bisa selesai dua kali lipat dari target minimal yang dicanangkan oleh 'yang berwenang'. Di awal-awal Ramadhan bisa ngebut.. tapi di tengah-tengah kok jadi agak loyo. Akhir-akhir Ramadhan bisa lebih dipacu lagi...

Hafalan Al Qur'an.... gak sampai setengah dari target, cuma bisa nambah 2 surat kurang dikit. Gak tau nih... kenapa gak seperti biasanya ya...? Biasanya bisa cepet kok, kayak pas di KKN, nambah lumayan banyak tuh. Nah, pas Ramadhan dah berusaha tapi kok rasanya sulit nyantolnya ya?? Saya curiga pada satu penyebab...

Kultum, nah ini dia sarana berlatih jadi pembicara. Kalau tahun lalu cuma sekali saja, kalau Ramadhan kemarin tiga kali ngasih kultum tarawih. Harusnya sih bisa enam atau tujuh... tapi ada beberapa kendala teknis. Wah... lumayan deh buat tadribat. Yang penting lebih banyak dari tahun lalu.

Dan lain-lain.... dan lain-lain... nanti khawatirnya terlalu panjang. Yang jelas.. insya Allah Ramadhan kemarin lebih baik dari tahun lalu. Dan yang akan datang harus lebih baik lagi. RAMADHAN BESOK HARUS JAUUH LEBIH BAIK DARI YANG KEMARIN. Semoga kita semua masih diberi kesempatan untuk bertemu dengan Ramadhan berikutnya. Aamiiin. [ ]

Lagi-lagi... Gak Kompak!!



Oleh : Cahya Herwening


Indonesia memang negara teraneh di dunia. Dari negara-negara (yang ada warga negara/penduduk muslimnya), hanya Indonesialah satu-satunya yang hampir di setiap Idul Fitri-nya ada perbedaan versi, ada perbedaan tanggal/hari. Termasuk Idul Fitri kali ini, ada dua pendapat pada penentuan 1 Syawal, yakni antara tanggal 12 (Jumat) dan 13 (Sabtu) Oktober. Pemerintah menetapkan 13 Oktober sebagai 1 Syawal 1428 H, dan disepakati oleh seluruh ormas, kecuali Muhammadiyah yang tetap bersikukuh pada pendapatnya, bahwa 1 Syawal adalah tanggal 12 Oktober. Uggh... kenapa masih begini ya?

Dari hukum asal... perbedaan dalam masalah ijtihadiyah, perbedaan dalam masalah fiqhiyah diperbolehkan dalam Islam. Tapi ada kaidah yang mengatakan, bahwa keputusan ulil amri menghilangkan segala perbedaan. Jadi ulil amri (pemimpin, dalm hal ini pemerintah) memiliki kewenangan secara hukum untuk menentukan kebijakan, dan rakyat hendaknya taat pada keputusan pemerintah (dengan catatan bukan dalam hal kemaksiatan kepada Allah). Ormas dalam hal ini memiliki hak untuk memberika usul dan pendapat, tapi mestinya tetap taat pada keputusan pemerintah. Namun hal seperti ini belum bisa terlaksana di Indonesia.

Contoh gampangnya ya saat Idul Fitri, maupun penentuan awal bulan Ramadhan itu. Perbedaan pendapat yang didasari perbedaan metode penentuan tanggal, antara rukyatul hilal dengan hisab. Meski hisab zaman sekarang bisa jadi sangat akurat, terbukti dengan kapan, jam berapa, menit ke berapa terjadinya gerhana dan hasilnya akurat seperti perhitungan, namun yang paling sesuai dengan hadits Nabi saw. adalah dengan rukyatul hilal. Namun, di luar itu semua tetap saja sebaiknya mengikuti keputusan pemerintah di sini. Dengan begitu ukhuwah dan kesatuan umat dapat lebih terjaga.

Mungkin suatu saat, kebijakan pemerintah perlu diubah. Pemerintah yang sekarang terlalu memberikan toleransi perbedaan, tidak dipilah-pilah mana yang boleh berbeda dan mana yang sebaiknya sama/seragam. Mungkin akan jauh lebih baik seperti saat pemerintahan Orde Baru, dalam hal penentuan awal Ramadhan dan 1 Syawal, yang tegas dan tidak mentolerir perbedaan. Sehingga umat Islam di Indonesia dapat melaksanakan Ramadhan dan mengakhirinya secara bersama-sama. Inilah salah satu upaya menjaga ukhuwah dan kesatuan umat yang perlu diteladani dari Orde Baru. :).
Wallaahu a'lam bis-shawab. []

Keterangan gambar: Foto hilal tanggal 1

HP-ku Kecemplung!

Kejadian ini sudah agak lama sih.... yakni ketika Ramadhan kemarin, saat sudah memasuki 10 hari terakhir, waktu i'tikaf di sebuah masjid tua di kampus. Sewaktu ke kamar mandi, secara tak sengaja HP yang kutaruh di saku celana jatuh ... "prang" (hmm... suaranya gak kayak gini kali... kayak piring pecah aja ^_^). Jatuhnya bukan jatuh biasa... tapi jatuh... trus copot baterainya plus masuk ke kloset lagi. Duuh....

Dengan cepat saya ambil, lalu dikipat-kipatke (dikibas-kibaskan, Jawa) biar airnya keluar, lalu kujemur. Alhamdulillah cepet kering juga ternyata, meski kaca LCD-nya kelihatan beruap. Wah... khawatir juga HP yang masih menjadi kesayangan itu kena apa-apa, soalnya termasuk alat penting bagi aktivitas saya.

Coba dihidupin... lho kok gak kelihatan gambar apa-apa di LCD?? Jangan-jangan rusak nih HP. Duuh... gimana nih... biar HP kuno gitu, belum ada yang menggantikan perannya untuk memperlancar komunikasi. HP itu telah banyak membantu kelancaran tugas dan amanah saya selama ini, jadi kalau ada apa-apa padanya, bisa cukup ribet akibatnya. Meski mungkin agak enak juga sih... klo gak ada yang bisa menghubungi, jadi gak bisa nyuruh-nyuruh saya lagi..ha...ha..ha... Tapi, mesti nantinya banyak bikin repot. Pokoknya jangan sampai rusak dulu, belum ada modal buat gantiin!

Beberapa kali dihidup-matiin... gak muncul gambarnya juga, padahal ada bunyinya. Baru ingat kalau simcardnya harus diganjal, soalnya bentuknya melengkung ke dalam jadi perlu perlakuan khusus supaya kaki sirkuitnya bisa saling bersentuhan. Setelah diganjal dan dicoba lagi... alhamdulillah bisa! Wah...untung..untung.... :)

Tapi ada masalah lagi ternyata, ditelpon temen ternyata lawan bicara nggak bisa mendengar suara saya, padahal saya bisa denger suara dia... jangan-jangan.... Lalu saya coba pinjem HP teman, kebetulan saya punya dua simcard, saya telpon nomor saya sendiri... ternyata bener dugaan saya, mic HP saya mati! Wah... sekarang kalau mau nelpon atau saat ditelpon harus pasang-pasang earphone deh, biar bisa ngomong. Agak ribet sih.. tapi gak apa-apa... Hmm.. kapan ya.. saya bisa ganti HP yang lebih canggih? BUkan apa-apa sih.. cuma ingin bisa memaksimalkan fungsi dan kegunaan...karena ada fasilitas yang bisa mengefisiensi biaya komunikasi... trus ditambah bermacam fasilitas lain yang pastinya berguna. Yaah... do'ain aja ya.... agar lancar rizqinya. Amiin. ^_^

Monday, October 1, 2007

Ayo I'tikaf!!




Oleh : Cahya Herwening


I'tikaf sebagai salah satu amalan sunnah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW merupakan sebuah sarana bagi kita untuk secara lebih total ber-taqarrub ilallah. Terlebih ketika di sepuluh hari terakhir, di mana Allah memberika kesempatan kepada manusia untuk dijauhkan dari jilatan api neraka dan juga beroleh sebuah malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan, yakni malam Lailatul Qadar. Akan sangat disayangkan sekiranya kesempatan yang sangat baik ini disia-siakan tanpa adanya usaha untuk meningkatkan amal pada sepuluh hari terakhir ini.

Begitu pula bagiku. Aku yang telah mencanangkan bahwa RAMADHAN KALI INI HARUS JAAUUUUH LEBIH BAIK DARI RAMADHAN KEMARIN tidak bisa tidak harus mengoptimalkannya. Aku ingin mengkhatamkan tilawah Al Qur'an paling tidak sekali khusus selama sepuluh hari terakhir itu. Aku ingin beri'tikaf ... sesuatu yang belum pernah kulakukan hingga saat ini secara serius. Aku ingin memberesi target tahfidz Qur'anku yang bermasalah selama Ramadhan ini. Dan sebagainya... dan sebagainya....

Duuuh... begitu banyak target yang masih jauh dari ketercapaiannya... bisakah aku mengejar? Aku tahu bahwa jawabannya adalah : PASTI BISA. Asal memenuhi persyaratannya, yakni bener-bener bertekad dan berkomitmen, ikhlas, lalu mengurangi aktivitas-aktivitas lain yang bersifat da'awi maupun duniawi .... termasuk juga nge-net tentu saja. Jadi... selama i'tikaf di sepuluh hari terakhir ini ... saya ingin mengucapkan SELAMAT TINGGAL untuk sementara waktu kepada segenap MP-ers. Kita akan jumpa lagi di bulan Syawal nanti ... insya Allah.

Yuk, jadi kupu-kupu Ramadhan! RAMADHAN KALI INI HARUS JAAUUUUH LEBIH BAIK DARI RAMADHAN KEMARIN!! Allaahu akbar!!!