Saturday, March 15, 2008

GENERASI PERINDU SURGA


Oleh : Cahya Herwening


Aktivis dakwah adalah orang yang senantiasa bergelut dengan tantangan, hambatan, ujian, beban dan segala tribulasi dakwah yang ada. Semakin tinggi fase dakwah, semakin amanah seorang aktivis dakwah, dan semakin tinggi tingkat keimanannya, maka semua itu akan diikuti dengan semakin berat pula ujiannya. Semua itu untuk membuktikan, sejauh mana tingkat keimanan dan kualitas seseorang. Allah berfirman:

"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta."
(Qs. Al-'Ankabuut [29]: 2-3)

Karena sebuah sunatullah dakwah, bahwa dakwah adalah jalan yang panjang nan mendaki, berat bebannya, banyak ujiannya dan sedikit orang yang mau terlibat di dalamnya, maka dibutuhkan bekal bagi kader dakwah agar bisa istiqamah di jalan itu. Banyak sekali hal-hal yang harus disiapkan, meliputi bekal ruhiyah, ma'nawiyah, fikriyah dan jasadiyah. Baik itu bersifat aqidah wal imaniyah, ilmiyyah wa tsaqafiyah, riyadhiyah, maaliyah, dan sebagainya.

Salah satu bekal mendasar adalah bekal imani. Bekal inilah yang menjadi pondasi dasar seorang  mu'min yang berjuang di jalan Allah SWT agar tetap survive dan dapat meraih cita-cita mulianya. Dari berbagai aspek keimanan, salah satunya adalah tawazunnya antara khauf dan raja'. Khauf (takut) akan siksa-Nya, azab-Nya, balasan atas dosa dan maksiat dan takut terhadap neraka-Nya. Raja' (berharap) pada ampunan-Nya, rahmat-Nya, ridha-Nya, balasan atas amal shalih dan surga-Nya. Keduanya harus ada dan berjalan seimbang.

Untuk memelihara khauf dan raja' dalam pribadi manusia, Allah telah membantu dengan memberikan visualisasi yang sangat jelas terhadap pelbagai siksa, azab, keadaan alam kubur, yaumil akhir, suasana di neraka dan surga serta pelbagai nikmat yang dijanjikan-Nya. Sangat banyak ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang hal itu. Dan bagi manusia, beribadah kepada Allah SWT karena takut akan siksa-Nya atau berharap surga-Nya tidaklah menyalahi aqidah, karena masalah itu merupakan bagian dari keimanan itu sendiri.
Begitu pula bagi para aktivis dakwah, seharusnyalah mereka memiliki visualisasi yang jelas, khususnya terhadap balasan yang telah Allah siapkan bagi perjuangannya membela agama-Nya. Yaitu kenikmatan kehidupan di surga, dengan dipakaikan pakaian indah, diberikan istana yang bertatahkan bermacam permata, disediakan aneka makanan dan minuman yang lezat dan bidadari-bidadari yang sangat cantik, suci dan mulia akhlaknya. Mereka sangat paham bahwa Allah SWT telah membeli diri dan harta para pejuang agama-Nya dengan surga-Nya.


"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar." (Qs. At-Taubah [9]: 111)

Sebagai aktivis dakwah yang menyeru kepada Islam, memberikan peringatan akan neraka Allah SWT, dan memberi kabar gembira akan surga-Nya, sudah sepatutnyalah menjadi generasi yang merindukan surga. Akan terasa sangat janggal ada orang yang menyeru manusia untuk berharap surga dengan beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, sedang dirinya sendiri tidak merindukan surga-Nya. Maka, para aktivis dakwah hendaknya menjadi yang nomor satu dalam merindu surga. Sebagaimana yang telah terjadi pada generasi terbaik, generasi di zaman kenabian, yakni para shahabat yang sangat rindu akan surga. Perhatikanlah kisah berikut...

Atha’ as Sulami berkata kepada Malik bin Dinar, “Wahai Abu Yahya, buatlah kami rindu dengan surga!” Kata Malik bin Dinar, “Wahai Atha’, sesungguhnya di surga terdapat bidadari yang kecantikannya menjadi bahan pembicaraan bidadari-bidadari surga yang lain. Sekiranya Allah memberlakukan kematian terhadap penghuni surga, meka mereka akan mati karena melihat kecantikannya.” Ucapan Malik bin Dinar itu pun meninggalkan kesedihan dalam hati Atha’.

Ahmad bin Abu Al Hawari berkata bahwa berkata kepadaku Ja’far bin Muhammad yang berkata bahwa hakim pernah bertemu dengan hakim yang lain. Kata hakim yang pertama, ”Apakah engkau rindu dengan bidadari-bidadari yang bermata jeli?” Kata hakim yang kedua, ”Tidak!” Kata hakim yang pertama, ”Rindulah kamu kepada mereka karena cahaya mereka adalah cahaya Allah ’Azza wa Jalla.” Mendengar ucapan tersebut hakim yang kedua tak sadarkan diri lalu diangkut ke rumahnya dan kami mengunjunginya selama sebulan.

Wahai, para aktivis dakwah, wahai generasi pewaris tugas para Rasul, jadilah generasi perindu surga!! [ ]

NB: Baca juga tulisan tentang merindukan bidadari :).


Rujukan:
Al Qur’an Al Karim

Etika Jama’ah: Telaah Evaluatif Kedisiplinan terhadap Rambu-rambu Jama’ah Dakwah; sub bab Jama’ah Perindu Surga, hal. 41-45, karya Nur Ahmad, terbitan Media Insani Press, Solo.

5 comments:

  1. teruslah berjuang..La takhauf innAllaha ma 'ana..
    ganbatte..Semoga kita dikumpulkan disatu telaga bersama-sama dengan Baginda Rasul SAW

    ReplyDelete
  2. Aamiiin...
    Wah, berat banget itu. Harus mencapai tingkatan surga paling tinggi. Namun hal itu bukanlah tidak mungkin...
    Semoga kita selalu istiqomah!

    ReplyDelete
  3. yup..banyak jalan menuju roma..banyak cara menuju surga...^ ^
    saling mendoakan saja

    ReplyDelete
  4. Sama-sama ... saling menasehati dan memotivasi ya... ^_^

    ReplyDelete