Wednesday, March 19, 2008

[Reportase Eksklusif] Petir Menyambar Tempat Takziah Itu

Oleh : Cahya Herwening


SLEMAN – Sebuah petir yang cukup besar menghujam tanah beberapa meter dari lokasi takziah seorang warga Kampung Sonayan, Desa Madurejo, Kecamatan Prambanan yang meninggal Sabtu (15 Maret) malam karena kecelakaan. Petir itu menghanguskan dan merobohkan pohon-pohon pisang yang berada di sekitar tempatnya menyambar, termasuk pucuk pohon kelapa yang dilaluinya. Pada batang-batangnya terlihat tanah atau lumpur yang muncrat akibat sambaran petir tersebut, sedangkan kabel-kabel lampu penerangan kampung ditemukan hancur kawat tembaganya dan beberapa lampu pecah seketika.
Bila dilihat dengan logika ilmu fisika, seharusnya petir itu menyambar benda-benda yang lebih tinggi dari permukaan tanah, misalnya pohon kelapa, atau minimal pohon pisang yang ada di situ. Tapi entah mengapa, kenyataannya dua pohon kelapa cukup tinggi yang ada di tempat itu tidak menjadi sasaran petir itu. Namun hanya terserempet sedikit, itu pun hanya salah satu pohon kelapa sana. Kenapa justru petir itu menyambar tanah di dekat pohon kelapa kedua, padahal di situ juga cukup rimbun akan pohon pisang? Hal ini masih menjadi pertanyaan.
 
Rangkaian peristiwa dimulai ketika jenazah mulai diangkat untuk segera diberangkatkan ke pemakaman pada Ahad (16 Maret) siang. Saat dilakukan pidato pemberangkatan jenazah, mulailah hujan gerimis turun ke bumi. Khawatir hujan akan segera makin deras, pidato pun dipersingkat. Jenazah pun segera di bawa ke pemakaman. Tidak meleset dari perkiraan, hujan pun makin deras. Bahkan, saat akan dikebumikan, terjadi hujan yang sangat lebat diiringi kilatan-kilatan halilintar yang menggelegar. Kondisi alam tidak seperti biasanya, butir-butir hujan besar-besar seperti hujan batu air dari langit, sedang gelegar halilintar juga lebih besar dari biasanya. Kondisi itu memaksa para pengantar jenazah tidak ikut menyaksikan pengebumian, melainkan berteduh di pendopo pemakaman yang kecil itu, penuh sesak. Hanya yang bertugas mengebumikan yang terpaksa basah kuyup melaksanakan tugasnya.
Setelah cukup lama hujan lebat berlangsung, semakin lama semakin reda dan akhirnya hampir reda sama sekali. Para pentakziah kembali dari pemakaman. Pemuda kampung bermaksud sekalian memberesi kursi-kusi yang disediakan untuk pentakziah dan mengembalikannya. “Kursine sisan dibalekke wae yo cah, men gek beres!” (“Kursinya sekalian dikembalikan yuk teman-teman, biar segera beres!”) ajak salah seorang dari mereka. Saat mobil pengangkut kursi akan diambil, hujan kembali turun cukup lebat, sehingga membatalkan niat untuk mengembalikan kursi-kursi tersebut.
Blitz-blitz langit kembali berkilat-kilat. ”Galo cah lagi dipoto,” (”Tuh teman-teman kita sedang dipotret”) seloroh kakak penulis. Beberapa saat kemudian terjadi peristiwa yang tak terduga, sebuah kilatan sangat terang menyambar disusul sebuah suara ledakan sangat keras menggelegar dalam waktu sepersekian detik. Selama beberapa detik setelah kejadian itu, orang-orang di sana baru kembali sadar setelah sebelumnya bengong. Sebuah kejadian yang sangat mengagetkan, disusul oleh gelombang tekanan udara yang terasa di dada.
Dari semua orang yang ada di sana saat itu, ada yang melihat langsung sambaran petir itu. Ada yang hanya tahu bahwa terjadi sambaran di dekat tempat itu karena tidak semua sedang menghadap ke tempat sambaran petirnya. Beberapa saat setelahnya, beberapa pohon pisang meluruh, layu, ada yang ambruk patah seperti terpotong, ada yang tersayat-sayat batangnya. Kabel lampu penerangan lampung terlihat berasap, beberapa lampu ditemukan pecah. Ada beberapa sekring rumah terbakar. Warga segera menjauh dari tempat kejadian, masuk ke rumah-rumah, dan yang memiliki rumah di sekitarnya dimatikan semua saklar meteran listriknya.
Penulis yakin, bahwa peristiwa yang terjadi siang itu, sekitar pukul dua lebih, menjadi bahan pembicaraan di rumah-rumah warga, sore dan malamnya. Termasuk di rumah penulis. Ibu menceritakan, saat itu sedang termangu di dekat jendela salah satu rumah, menyaksikan hembusan angin kencang yang membuat pepohonan sangat ’mentiung’ (condong dengan kemiringan yang besar). Disusul kilatan dan suara ”Blarrr!!”. Sedang ayah bercerita bahwa dua hari sebelumnya, Jum’at (14 Maret) ketika berangkat ibadah Jum’at, ada seorang warga yang berkata, ”Pak Yit, wit klapa kilen cakruk nika ajeng kesamber petir lho.” (”Pak Yit, pohon kelapa di sebelah barat gardu ronda itu akan tersambar petir lho”). Warga itu bercerita bahwa bermimpi tentang adanya sambaran petir di tempat yang hari Ahad kemudian terjadi peristiwa yang sebenarnya. Karena mimpi itu, sebelumnya warga tersebut mengusulkan untuk menebang pohon kelapa itu.
Ada beberapa hal yang masih menjadi pertanyaan di benak penulis, yakni:
1. Mengapa petir itu memilih menyambar tempat itu, dekat tempat takziah, tidak di tempat lain?
2. Mengapa justru menyambar tanah, bukan pohon kelapa atau pohon pisang?
3. Mengapa memilih waktu (hari, jam) itu, tidak waktu yang lain?
4. Mengapa ada warga yang sebelumnya mendapatkan mimpi yang mirip kejadian itu?
5. Dst.
Apakah hal itu hanyalah kebetulan? Apakah itu salah satu peringatan yang Allah SWT berikan? Hampir tidak bisa dipercaya jika kejadian itu dikatakan sebagai peristiwa alam yang kebetulan saja. Pastilah itu suatu bentuk peringatan Allah kepada manusia, khususnya penduduk kampung itu dan yang bertakziah di tempat itu. Tidak semua orang tahu, bahwa yang baru saja meninggal memiliki track record yang kurang baik. Wallaahu a’lam bish-shawab. [ ]
 
Senin, 17 Maret 2008

17 comments:

  1. :((
    Harusnya diposting Selasa kemarin biar lebih aktual...
    Tapi flashdisk dibawa adik. Ya sudah...

    ReplyDelete
  2. hmm kerenzzzz
    sungguh reportase yang nggak ana liyat di buser atau patroli

    ReplyDelete
  3. subhanallah... MahaSuci 4W1 dg RahasiaNya...

    ReplyDelete
  4. Wah... nggak bakalan ada di manapun selain di sini!
    Percaya deh!! ^_^

    ReplyDelete
  5. Iya... subhanallaah...
    Itu di kampung saya sendiri Pak!! Baru kali itu ada kejadian seperti itu....

    ReplyDelete
  6. subhanallah..
    trus siapa tuu fotografernya ?? berani banget untuk nangkep momen kyk gitu..

    ReplyDelete
  7. Subhanallaah ya...
    Bayangin, itu terjadi di kampung saya sendiri!! Sepertinya baru kali ini deh kejadian spt itu...

    ReplyDelete
  8. Waa.... klo tentang foto sih .... bukan foto yg sebenarnya .. hehehe =D
    Kejadiannya sama sekali gak terduga. Lagian orang kampung mana ada yg punya digital camera??

    ReplyDelete
  9. oalahh... pantess... yah ditipu ane yak.. hehehehehhe

    tapi potonya keren benerr

    ReplyDelete
  10. kirain itu foto pas peristiwa :)

    ReplyDelete
  11. Umm...kejadiannya aja siang, sedang di fotonya malam. ^_^
    Secara logika ... bakal sulit banget bisa dapet momen dan ketangkep dng baek.
    Apalagi... gak ada yg buat mengabadikan.

    ReplyDelete
  12. Ya... kan dicari yg kira-kira bisa menggambarkan Wi :))

    ReplyDelete
  13. Iya... kira-kira begitu. Tambah lagi, ada penampakan, eh ... penyuaraan ding, ada suara orang merintih kesakitan (karena yg meninggal diakibatkan kecelakaan), stelah di cek gak ada siapa2. Hiii... ^o^

    ReplyDelete
  14. hiiy...makanya sampe saat ini atin lom pernah ikut takziah, takut...waktu amarhum bapak juga gak ikut nganter..takut gak bisa nahan tangis pas jenazah dikuburkan,tapi alhamdulillah semuanya baik2 aja kata orang2 yang ikutan menguburkan beliau.

    ReplyDelete
  15. Semoga dosa dan kesalahan Bapak diampuni, amalnya diterima, dan di alam kubur dirahmati...

    ReplyDelete