Saturday, April 26, 2008

Let’s Play The Game “Pay It Forward”


Oleh : Cahya Herwening


Pada suatu siang, saya sempat mampir di sebuah masjid yang tak asing lagi bagi aktivis dakwah di UGM, Masjid Mardliyyah. Masjid cukup tua yang menjadi saksi sejarah perjuangan para aktivis di UGM dan sekitarnya. Di ruang kantor takmir, saya sempat membaca sebuah artikel di papan pengumuman. Artikel yang sungguh inspiratif, mengupas sebuah film yang inspiratif pula, berjudul “Pay It Forward”. Film yang belum pernah saya tonton ini mengisahkan tentang sebuah ‘game’ (istilah saya ^_^) kehidupan yang pantas dicoba oleh siapa saja. Akan saya coba tuliskan kembali dalam bahasa saya…. Jika ada kesalahan dalam mengisahkan film-nya, harap ada koreksi.

Game yang saya sebut di film ini adalah reality game, game yang serius dan sungguhan. Jika Anda bersedia, mari kita nanti juga mencoba memainkan game ini. Melalui game ini kita bisa melihat sejauh mana pengaruh kebaikan bagi kita, orang-orang di sekitar kita, dan orang-orang lain di luar sana.

Inisiator game ini adalah seorang anak berumur 8 tahun, bernama Trevor. Anak itu melihat realita yang terjadi di lingkungannya dan juga di dunia, fakta akan banyaknya kejahatan, keburukan, peperangan, kepalsuan, ketidak harmonisan, serta hal-hal negatif lainnya. Trevor memimpikan adanya sebuah dunia yang lebih baik, yang damai, ada kerukunan, saling mengasihi dan mencintai antara satu orang dengan orang lain. Dan pada suatu saat, Trevor memiliki sebuah gagasan, eksperimen akan suatu usaha untuk menciptakan dunia seperti yang diinginkannya. Dia berpikir jika dia melakukan kebaikan pada 3 orang, kemudian 3 orang itu berbuat kebaikan pula pada masing-masing 3 orang yang lain, dan seterusnya maka sebuah kebaikan lama makin lama akan menyebar ke seluruh penjuru. Dia menamakan ‘game’ yang akan dilakukannya itu “Pay It Forward”.

Pada eksperimen pertama, Trevor memilih tiga orang ‘kelinci percobaan’. Yang pertama adalah ibunya sendiri, yang kehidupannya pada saat itu kacau dan dia menjadi pemabuk. Yang kedua adalah salah satu temannya yang sering menjadi sasaran kenakalan anak-anak berandalan. Target ketiga adalah seorang gelandangan tua yang sering dia lihat di kota. Dan segera dimulailah aksi Trevor.

Ibunya setiap pulang kerja hampir selalu membawa botol minuman keras. Trevor mencoba mengubah kebiasaan buruk ini. Trevor selalu bisa mencuri botol-botol itu dan mengosongkan isinya. Hal itu terus dilakukannya setiap ibunya membawa botol minuman. Di samping itu, Trevor berusaha mencurahkan cinta, perhatian dan kasih sayang kepada ibunya. Sering mengajak berbagi, bertanya, membantu pekerjaan rumah dan memberikan kepercayaan penuh sebagai ibu. Berbagai upaya Trevor lakukan untuk mengubah ibunya itu. Melihat usaha anaknya serta kebaikan yang telah dicurahkan kepadanya, ibunya akhirnya tersentuh dan terharu. Dia berterima kasih pada Trevor dan berjanji akan mengubah semua hal buruk pada dirinya. Jawab Trevor, “Pay it forward, Mom!”

Terinspirasi oleh Trevor, ibunya juga ingin berbuat kebaikan pada orang lain. Dia sadar bahwa hubungan dengan ibu mertuanya (nenek Trevor) telah memburuk selama beberapa tahun ini dan dia ingin memperbaikinya. Direncanakanlah suatu kunjungan kepada nenek Trevor pada suatu hari dan menyiapkan suatu hadiah sebagai oleh-oleh. Dan pada hari yang telah direncanakan, pergilah dia kepada ibunya dan meminta maaf atas kesalahan selama ini. Ibu Trevor mengajak ibunya berbaikan dan melupakan apa yang selama ini terjadi di antara mereka. Nenek Trevor sangat tersentuh atas peristiwa itu. Dia merasa terharu bahwa kesalahannya telah dimaafkan, karena memang selama ini yang memiliki lebih banyak kesalahan adalah dirinya. Ketika dia berterima kasih, ibu Trevor berkata, “Pay it forward, Mom!”

Untuk membayar dari kebaikan yang telah diterimanya maka dia bertekad akan melakukan kebaikan juga pada orang lain. Pada suatu ketika ada anak muda yang di kejar-kejar para preman karena suatu hal. Si Nenek segera menolong pemuda itu, mempersilahkan si pemuda bersembunyi di mobilnya dan membantunya untuk melarikan diri. Si pemuda sangat berterima kasih telah diselamatkan oleh nenek itu, maka si nenek menjawab, “Pay it forward, Son!”

Si pemuda terharu, dan ingin berbuat kebaikan serupa. Pada saat dia mengantri di rumah sakit, melihat seorang anak yang membutuhkan segera perawatan karena mengalami sakit yang parah. Maka nomor antriannya segera diberikan kepada orang tua anak itu agar si anak mendapatkan perawatan secepatnya. Sang ayah sangat terharu dan berterima kasih karena si pemuda telah menyelamatkan anaknya. Si pemuda mengatakan, “Pay it forward, Sir!”

Paham bahwa anaknya telah diselamatkan orang, dan orang itu mengatakan agar dia membayar dengan melakukan kebaikan pula pada orang lain, maka dia berniat akan membantu siapa saja yang membutuhkan sesuai kemampuannya. Maka tatkala bertemu seorang wartawan yang harus meliput berita ke sebuah tempat, sedang mobil si wartawan sedang rusak, maka dengan rela diserahkannya mobilnya kepada si wartawan untuk dipakai ke tempatnya harus meliput berita. Si wartawan mengucapkan terima kasih dan bertanya dengan apa bisa membalas, maka si bapak berkata, “Pay it forward!”

Sang wartawan pada suatu saat tergelitik, siapakah yang mula-mula menggunakan istilah “pay it forward!” itu. Maka dia berusaha mencari siapakah gerangan sang founder untuk istilah itu. Ditelusurilah mulai dari bapak yang telah membantunya, kemudian si pemuda, kemudian sang nenek, lalu ibu Trevor, dan akhirnya sungguh terkejut dia saat menemukan seorang anak berusia delapan tahun itulah yang menciptakan istilah itu. Maka segera ditulislah artikel di medianya mengenai hal itu, dan men-skenario-kan agar si anak dapat ditampilkan di televisi.

Akhirnya Trevor tampil di televisi. Trevor mengisahkan awal mula keinginannya untuk menjadikan dunia yang lebih baik. Dia mengemukakan gagasannya. Dia berpesan kepada pemirsa untuk melakukan hal yang serupa. Anak itu memandu para pemirsa untuk MENYAYANGI, MENGASIHI DAN MENCINTAI MULAI ORANG-ORANG TERDEKAT MEREKA. Serta MULAI BERBUAT BAIK MESKI DARI HAL SEPELE, kepada orang-orang di sekitar mereka dengan tulus, tanpa mengharap imbalan, dan jika orang ingin membalas maka harus membalas dengan berbuat baik pada orang lain pula. Seperti itulah aturan main “Pay it forward”. Dengan itu Trevor berharap bisa merasakan dunia yang lebih dipenuhi ketulusan, cinta dan kasih sayang antar sesama manusia.

Mulai saat itu banyak orang yang mulai melakukan apa yang Trevor anjurkan karena mereka juga tersentuh dengan apa yang telah Trevor lakukan. Namun, sayangnya umur Trevor sendiri tidak panjang. Beberapa waktu kemudian dia dikabarkan meninggal karena tertusuk pisau saat mencoba menolong temannya yang sering dijahili dan menjadi obyek kenakalan anak-anak berandal.

Begitu sedihnya ibunya karena ditinggal pergi anak yang sangat dicintainya. Namun kesedihan itu hampir tertutupi oleh keterkejutan, bahwa selama berhari-hari banyak sekali orang yang tak henti-hentinya berduyun-duyun ke rumahnya untuk menyatakan bela sungkawa dan mendo’akan Trevor (dalam bahasa kita: takziah ^_^). Sungguh tidak sia-sia hidup Trevor yang hanya berumur pendek itu. Anak sekecil itu telah menginspirasi banyak orang untuk berbuat kebaikan, dan sepeninggalnya banyak sekali orang yang merasa kehilangan.

Bagaimana dengan kita? Seumur ini, berapa banyakkah kebaikan yang telah kita lakukan? Dan sudahkan kebaikan itu menyebar kepada orang-orang yang lain? Jadi, maukah mencoba game “Pay It Forward” ini? [ ]

Kamis, 25 April 2008

12 comments:

  1. wah..... hidup memang harus penuh dengan tebar manfaat dan kebaikan ya mas ^_^
    sekecil apapun kebaikan yg qt tebarkan itu pasti suatu saat akan membuahkan hasil yang tak kecil.. mgkn kita g ngerasain efek langsungnya.. tp bukan berarti org lain g merasakannya kan? ad hukum kausalitas yg bekerja.. klo qt berbuat baik pasti akan berbuah kebaikan pula... ^_^

    Jd inget dulu pernah nonton di Oprah Winfrey Show, nah di situ Oprah bikin program menebar kebaikan.. bentuknya bisa berupa apapun.. bahkan dgn hanya bermodalkan sebuah pelukan pun qt bs membuat banyak org merasakan kebahagiaan... dan ternyata benar... kebaikan itu terus berbuah dan berbuah.. selalu tumbuh subur krn setiap saat slalu ad yg menjaga dan merawatnya.. dan meneruskan kembali kebaikan itu.. dan amazing... betapa kebaikan kecil itu menyebar ke begitu banyak org..

    subhanallah...... ^_^

    yuk mulai skrg qt mencoba bersama game "Pay it Forward" ini ^_^
    Ganbatte ne!!!

    ReplyDelete
  2. lebih baik game 'Pay It Forward' dibanding ' You've Got a Tagged ' ^____^
    Tapi apa bisa yah dilakukan disini?mengingat banyak orang yang sudah tertutup mata hatinya oleh egonya masing2??

    ReplyDelete
  3. Yukk..yuk... :)

    Komentar yang panjang ... ^_^ syukkron Ukht.

    ReplyDelete
  4. Di sini maksudnya di mana?
    Kalau nggak tau bisa nggak, maka harus dicoba dulu.
    Meski sulit pasti bisa deh.... insya Allah segala sesuatu pasti ada jalannya. ^_^

    ReplyDelete
  5. sekarang tahun 2008,, saya nonton film ini waktu masih kelas 5 SD atau kelas 6 SD.. sekarang saya udah kelas 2 SMA,, berarti udah berapa tahun yang lalu yaa..?? dulu waktu nonton saya masih kecil & belum terlalu ngerti maknanya apa. tapi waktu SMP film ini pernah di puter lagi di TV7,,waktu SMP ini saya jadi mulai ngeh jalan cerita filmnya.. saya saranin buat nonton 1 film penuh makna lainnya,, artificial intelligence. yang main si halley joel osment juga.. stradaranya steven spielberg.. ga kalah bagus & bikin banjir air mata lhoo..

    ReplyDelete
  6. Wooww... keren, o yeah!!
    Makasih atas infonya... ^_^

    ReplyDelete
  7. nggak Pak.. kirain cerita apa.. oo ternyt film Pay it forward...

    ReplyDelete