Wednesday, June 18, 2008

BERSIKUKUH DENGAN SENIORITAS


Oleh : Cahya Herwening


Entah apakah hidup saya ditakdirkan penuh dengan hal-hal unik ataukah tidak. Namun kenyataan yang seringkali terjadi, hal itulah yang kerapkali menimpa saya. Salah satunya mungkin hal yang akan saya paparkan berikut ini. 
Baru-baru ini saya bertemu dengan seorang saudara baru, yang mungkin kami sendiri hingga tulisan ini ditulis belum saling kenal dengan baik. Dan saudara saya itulah, yang sering menyebut saya dengan “junior”. Junior dalam aspek umur, mungkin juga dalam sisi pengalaman, kata beliau. Ha..ha..ha.. meski sebenarnya agak geli juga, mentang-mentang seorang puteri (puteri dalam bahasa Inggris: princess; kalau dalam bahasa Jepang: yume. He..he..he.. coba nyambung nggak??). Tapi, lebih baik mengalah sajalah, karena ngotot juga nggak ada gunanya. Demi saudara lah…, lagipula hanya masalah sepele ^_^.
Lepas dari itu, saya ingin mengungkapkan pendapat saya, terkait dengan urusan senioritas ini. Ada kata-kata hikmah yang berbunyi “tua itu pasti, dewasa itu pilihan”, dan kata-kata itu rasanya memang benar. Banyak terjadi di sekeliling kita, orang yang tua secara umur namun cara berpikirnya seperti anak-anak. Sebaliknya, ada anak yang rasanya belum genap sepuluh tahun namun dia punya pandangan yang begitu dewasa. Jadi memang, umur seseorang belum tentu menjamin kedewasaannya itu setara dengan umurnya. Nggak jaminan yang lebih tua itu lebih dewasa.
Begitu pulalah halnya dengan pengalaman. Apakah dengan lahir terlebih dahulu, pengalaman pasti lebih banyak? Saya meragukan itu. Karena cara memperbanyak pengalaman bukan hanya dengan mengalami sendiri suatu peristiwa atau kejadian dalam hidup. Pengalaman juga diperoleh dengan mempelajari pengalaman orang lain, dengan menimba pengalaman dan wawasan dari orang lain, maka pengalaman pun akan didapat tanpa harus mengalaminya sendiri. Dan pada titik inilah salah satu alasan akan pentingnya pergaulan, khususnya bergaul dengan orang yang lebih berpengalaman, berwawasan luas, berilmu dan bijaksana. Dengan cara seperti itu, yang muda pun bisa saja memiliki pengalaman yang banyak, bahkan seringkali lebih dari yang sudah tua. Jadi, yang tua belum menjamin pengalamannya lebih banyak dari yang muda.
Bagaimana dengan wawasan, pengetahuan atau ilmu? Analog juga menurut saya. Yang muda belum tentu kalah secara ilmu atau wawasan dengan yang lebih tua. Ada pepatah Jawa mengatakan “kebo nusu gudel”, arti secara terjemah adalah “kerbau menyusu pada anak kerbau”. Makna pepatah itu yakni yang tua belajar dari yang muda, dan ini telah banyak terjadi pada zaman sekarang. Banyak orang tua yang kalah dalam ilmu pengetahuan juga ilmu agama, dan akhirnya mereka belajar dari yang muda.
Nah, dengan sedikit argumen di atas, pantaskah jika seseorang dengan percaya dirinya (rasanya terlalu kasar jika dikatakan angkuh, hehehe…) bersikukuh dengan senioritasnya? Jikalau beliau lebih tua, bukan jaminan kan beliau lebih berpengalaman dari saya? Terlebih lagi … beliau belum begitu mengenal atau mengetahui tentang saya. Siapa tahu, saya memang lebih berpengalaman. Atau bahkan, siapa tahu saya justru lebih tua dari beliau. Nah tuh!!
Untuk saudaraku yang merasa tersindir atau tersinggung dengan tulisan ini, ‘afwan ya…. Peace deh!! ^_^ Saya bukan bermaksud apa-apa, cuma… enjoy aja! Junior ini siap menerima bimbinganmu, ‘Senior’!! He..he…he… BTW, ‘Senior’ kan umurnya 23 tahun, sedang saya ** tahun. Peace!! [ ]

Selasa, 17 Juni 2008
@ Rumah kakak di Sonayan, pk 21.24 WIB