Friday, January 30, 2009

MANHAJ SALAFY YANG HAKIKI

(disalin dari buku "Aulawiyaat Al Harakah Al Islamiyah fil Marhalah Al Qadimah" karya Dr.Yusuf Al Qaradhawy, Maktabah Wahbah, Kairo. 1991 M)

Yang dimaksud dengan Pemikiran Salafy di sini ialah kerangka berpikir (manhaj fikri) yang tercermin dalam pemahaman generasi terbaik dari ummat ini. Yakni para Sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan setia, dengan mempedomani hidayah Al-Qur'an dan tuntunan Nabi SAW.


Kriteria Manhaj Salafy yang Benar

Yaitu suatu manhaj yang secara umum berpijak pada prinsip berikut :

1.      Berpegang pada nash-nash yang ma'shum (terjaga dari kesalahan), bukan kepada pendapat para ahli atau tokoh.

2.      Mengembalikan masalah-masalah mutasyabihat (yang kurang jelas) kepada masalah muhkamat (yang pasti dan tegas). Dan mengembalikan masalah yang zhanni (dugaan) kepada yang qath'i (pasti-meyakinkan).

3.      Memahami perkara furu' (cabang) dan juz'i (parsial), dalam kerangka/bingkai prinsip dan masalah fundamental.

4.      Menyerukan Ijtihad dan pembaruan. Memerangi Taqlid dan kebekuan.

5.      Mengajak untuk ber-iltizam (komitmen) dengan akhlak Islam, bukan meniru trend.

6.      Dalam masalah fiqh, berorientasi pada kemudahan bukan mempersulit.

7.      Dalam hal bimbingan dan penyuluhan, lebih memberikan motivasi, bukan menakut-nakuti.

8.      Dalam bidang aqidah, lebih menekankan penanaman keyakinan, bukan dengan perdebatan.

9.      Dalam masalah Ibadah, lebih mementingkan jiwa ibadah, bukan formalitasnya.

10.    Menekankan sikap ittiba’ (mengikuti) dalam masalah agama. Dan menanamkan semangat ikhtira’ (kreasi dan daya cipta) dalam masalah kehidupan duniawi.

Inilah inti manhaj salafy yang merupakan ciri khas mereka. Dengan manhaj inilah dibinanya generasi Islam terbaik, dari segi teori dan praktek. Sehingga mereka mendapat pujian langsung dari Allah ‘Azza wa Jalla di dalam Al-Qur'an dan Hadits-Hadits Nabi serta dibuktikan kebenarannya oleh sejarah. Merekalah yang telah berhasil mentransfer Al-Qur'an kepada generasi sesudah mereka. Menghafal Sunnah. Mempelopori berbagai penaklukan (futuhat). Menyebarluaskan keadilan dan keluhuran. Mendirikan "negeri ilmu dan Iman". Membangun peradaban rabbani yang manusiawi, bermoral dan mendunia. Sampai sekarang masih tercatat dalam sejarah.


Citra Salafiyah Dirusak oleh Pihak yang Pro dan Kontra

Istilah Salafiyah telah dirusak citranya oleh kalangan yang pro dan kontra terhadap Salafiyah. Orang-orang yang pro-salafiyah --baik yang sementara ini dianggap orang dan menamakan dirinya demikian, atau yang sebagian besar mereka benar-benar salafiyah-- telah membatasinya dalam skop formalitas dan kontroversial saja, seperti masalah-masalah tertentu dalam Ilmu Kalam, Ilmu Fiqh atau Ilmu Tasawuf. Mereka sangat keras dan garang terhadap orang lain yang berbeda pendapat dengan mereka dalam masalah-masalah kecil dan tidak prinsipil ini. Sehingga memberi kesan bagi sementara orang bahwa manhaj Salaf adalah manhaj perdebatan dan polemik, bukan manhaj konstruktif dan praktis. Dan juga mengesankan bahwa yang dimaksud dengan "Salafiyah" ialah mempersoalkan yang kecil-kecil dengan mengorbankan hal-hal yang prinsipil. Mempermasalahkan khilafiyah dengan mengabaikan masalah-masalah yang disepakati. Mementingkan formalitas dan kulit dengan melupakan inti dan ruh (esensi).

Sedangkan pihak yang kontra-salafiyah menuduh faham ini "terbelakang", senantiasa menoleh ke belakang, tidak pernah menatap ke depan. Faham Salafiyah, menurut mereka, tidak menaruh perhatian terhadap masa kini dan masa depan. Sangat fanatis terhadap pendapat sendiri, tidak mau mendengar suara orang lain. Salafiyah identik dengan anti pembaruan, mematikan kreatifitas dan daya cipta. Serta tidak mengenal moderat dan pertengahan.

Sebenarnya tuduhan-tuduhan ini merusak citra salafiyah yang hakiki dan penyeru-penyerunya yang asli. Barangkali tokoh yang paling menonjol dalam mendakwahkan salafiyah dan membelanya mati-matian pada masa lampau ialah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah beserta muridnya Imam Ibnul Qayyim. Mereka inilah orang yang paling pantas mewakili gerakan pembaruan Islam pada masa mereka. Karena pembaruan yang mereka lakukan benar-benar mencakup seluruh disiplin ilmu Islam.

Mereka telah menumpas faham taqlid, fanatisme madzhab fiqh dan ilmu kalam yang sempat mendominasi dan mengekang pemikiran Islam selama beberapa abad. Namun, di samping kegarangan mereka dalam membasmi ‘ashobiyah madzhabiyah ini, mereka tetap menghargai para Imam Madzhab dan memberikan hak-hak mereka untuk dihormati. Hal itu jelas terlihat dalam risalah Raf'ul malaam 'an al A'immatil A'lam karya Ibnu Taimiyah.

Demikian gencar serangan mereka terhadap tasawwuf karena penyimpangan-penyimpangan pemikiran dan aqidah yang menyebar di dalamnya. Khususnya di tangan pendiri madzhab Al-Hulul Wal-Ittihad (jawa: manunggaling kawula gusti – menyatunya manusia dengan Tuhan). Dan penyelewengan perilaku yang dilakukan para orang jahil dan yang menyalahgunakan tasawwuf untuk kepentingan pribadinya. Namun, mereka menyadari tasawuf yang benar (shahih). Mereka memuji para pemuka tasawuf yang ikhlas dan robbani. Bahkan dalam bidang ini, mereka meninggalkan warisan yang sangat berharga, yang tertuang dalam dua jilid dari Majmu' Fatawa karya besar Imam Ibnu Taimiyah. Demikian pula dalam beberapa karangan Imam Ibnul Qayyim. Yang termasyhur ialah Madarijus Salikin syarah Manazil As-Sairin ila Maqomaat Iyyaka Na'budu wa Iyyaka Nasta'in, dalam tiga jilid.


Mengikut Manhaj Salaf, Bukan Sekedar Mengikuti Ucapannya

Yang perlu saya (Syaikh al Qaradhawy) tekankan di sini, mengikut manhaj salaf, tidaklah berarti sekedar ucapan-ucapan mereka dalam masalah-masalah kecil tertentu. Adalah suatu hal yang mungkin terjadi, anda mengambil pendapat-pendapat salaf dalam masalah yang juz'i (parsial-potongan), namun pada hakikatnya anda meninggalkan manhaj mereka yang universal, integral dan seimbang. Sebagaimana juga mungkin, anda memegang teguh manhaj mereka yang kulli (universal), jiwa dan tujuan-tujuannya, walaupun anda menyalahi sebagian pendapat dan ijtihad mereka.

Inilah sikap saya pribadi terhadap kedua Imam tersebut, yakni Imam Ibnu Taimiyah dan Imam Ibnul Qayyim. Saya sangat menghargai manhaj mereka secara global dan memahaminya. Namun, ini tidak berarti bahwa saya harus mengambil semua pendapat mereka. Jika saya melakukan hal itu berarti saya telah terperangkap dalam taqlid yang baru. Dan berarti telah melanggar manhaj yang mereka pegang dan perjuangkan sehingga mereka disiksa karenanya. Yaitu manhaj "nalar" dan "mengikuti dalil". Melihat setiap pendapat secara obyektif, bukan memandang orangnya. Apa artinya anda protes orang lain mengikut (taqlid) Imam Abu Hanifah atau Imam Malik, jika anda sendiri taqlid kepada Ibnu Taimiyah atau Ibnul Qayyim?

Juga termasuk menzalimi kedua Imam tersebut, hanya menyebutkan sisi ilmiah dan pemikiran dari hidup mereka dan mengabaikan segi-segi lain yang tidak kalah penting dengan sisi pertama. Sering terlupakan sisi Rabbani dari kehidupan Ibnu Taimiyah yang pernah menuturkan kata-kata: "Aku melewati hari-hari dalam hidupku dimana suara hatiku berkata, kalaulah yang dinikmati ahli syurga itu seperti apa yang kurasakan, pastilah mereka dalam kehidupan yang bahagia".

Di dalam sel penjara dan penyiksaannya, beliau pernah mengatakan: "Apa yang hendak dilakukan musuh terhadapku? Kehidupan di dalam penjara bagiku merupakan khalwat (mengasingkan diri dari dunia), pengasingan bagiku merupakan rekreasi, dan jika aku dibunuh adalah mati syahid".

Beliau adalah seorang laki-laki rabbani yang amat berperasaan. Demikian pula muridnya Ibnul Qayyim. Ini dapat dirasakan oleh semua orang yang membaca kitab-kitabnya dengan hati yang terbuka.

Namun, orang seringkali melupakan, sisi dakwah dan jihad dalam kehidupan dua Imam tersebut. Imam Ibnu Taimiyah terlibat langsung dalam beberapa medan pertempuran dan sebagai penggerak. Kehidupan dua tokoh itu penuh diwarnai perjuangan dalam memperbarui Islam. Dijebloskan ke dalam penjara beberapa kali. Akhirnya Syaikhul Islam mengakhiri hidupnya di dalam penjara, pada tahun 728 H. Inilah makna Salafiyah yang sesungguhnya.

Bila kita alihkan pandangan ke zaman sekarang, kita temukan tokoh yang paling menonjol mendakwahkan salafiyah, dan paling gigih mempertahankannya lewat artikel, kitab karangan dan majalah pembawa misi salafiyah, ialah Imam Muhammad Rasyid Ridha. Pemimpin redaksi majalah Al-Manar yang selama kurun waktu tiga puluh tahun lebih membawa bendera salafiyah ini, menulis Tafsir Al-Manar dan dimuat dalam majalah yang sama, yang telah menyebar ke seluruh pelosok dunia.

Rasyid Ridha adalah seorang pembaharu (mujaddid) Islam pada masanya. Barangsiapa membaca tafsirnya, seperti : Al-Wahyu Al-Muhammadi, Yusrul-Islam, Nida' Lil-Jins Al-Lathief, Al-Khilafah, Muhawarat Al-Mushlih wal-Muqallid dan sejumlah kitab dan makalah-makalahnya, akan melihat bahwa pemikiran tokoh yang satu ini benar-benar merupakan Manar (menara) yang memberi petunjuk dalam perjalanan Islam di masa modern. Kehidupan amalinya merupakan bukti bagi pemikiran salafiyah-nya.

Beliaulah yang merumuskan sebuah kaidah emas yang terkenal dan belakangan dilanjutkan Imam Hasan Al-Banna. Yaitu kaidah yang berbunyi:

"Mari kita saling bekerja sama dalam hal-hal yang kita sepakati. Dan mari kita saling memaafkan dalam masalah-masalah yang kita berbeda pendapat."

Betapa indahnya kaidah ini jika dipahami dan diterapkan oleh mereka yang meng-klaim dirinya sebagai "pengikut Salaf". [ ]

Monday, January 26, 2009

Un-official MITI-Mahasiswa's Blog

http://miti-mahasiswa.blogspot.com/
Ini blognya MITI (Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia) cluster Mahasiswa. Saya buat pada Senin, 26 Januari 2009, satu hari setelah acara Semiloka Kemahasiswaan 4 MITI-Mahasiswa yang berlangsung di Jakarta.

Ilmuwan Barat Berbicara Tentang Islam

Oleh: Tim dakwatuna.com

dakwatuna.com - Seorang ilmuwan dari Italia Kenneth Edward George berkata,
“Saya sudah mengkaji dengan sangat teliti agama-agama terdulu dan agama modern dewasa ini. Kesimpulannya adalah bahwa Islam agama langit yang yang benar. Kitab Suci ini mencakup kebutuhan materi dan immateri bagi manusia. Agama ini membentuk akhlak yang baik dan menjaga rohani agar tetap sehat.”

Profesor Inggris Mountaghmiri Watts berkata,
“Apa yang dipaparkan Al Qur’an tentang realitas dan fenomena alam yang sempurna menurut saya adalah di antara kelebihan dan keistimewaan Kitab ini. Yang jelas semua temuan dan ilmu pengatahuan yang didokumentasikan dewasa ini, tidak mampu menandingi Al Qur’an.”

Sejarawan Italia, Brands Johny Burkz mengatakan,
“Kesejahteraan dan kepemimpinan menjauh dari umat Islam dikarenakan mereka tidak mau mengikuti petunjuk Al Qur’an dan mengamalkan hukum dan undang-undang-nya. Padahal sebelumnya sejarah telah mencatat bahwa generasi awal Islam meraih kejayaan, kemenangan, dan kebesaran. Mmusuh-musuh Islam tau rahasia ini, sehingga mereka menyerang dari sisi ini. Ya, kondisi kehidupan umat Islam sekarang ini suram, karena tidak pedulinya umat ini terhadap Kitabnya, bukan karena ada kekurangan dalam Al Qur’an atau Islam secara umum. Yang obyektif adalah tidak benar menganggat sisi negatif dengan menghakimi ajaran Islam yang suci.”

Peneliti Prancis Gul Labum menyeru orang Eropa,
“Wahai manusia, kajilah Al Qur’an secara mendalam, sampai kalian menemukan hakekat kebenarannya, karena setiap ilmu pengetahuan dan seni-budaya yang pernah dicapai oleh bangsa Arab, pondasinya adalah Al Qur’an. Hendaknya setiap penduduk dunia, dari beragam warna dan bahasa mau melihat secara obyektif kondisi dunia zaman awal. Mengkaji lembaran-lembaran ilmu pengetahuan dan penemuan sebelum Islam. Maka kalian akan tahu bahwa ilmu pengetahuan dan penemuan tidak pernah sampai pada penduduk bumi kecuali setelah ditemukan dan disebarluaskan oleh kaum muslimin yang mereka eksplorasi dari Al Qur’an. Ia laksana lautan pengetahuan yang mengalir di jutaan anak sungai. Al Qur’an tetap hidup, dan setiap orang mampu meneguk sejuknya sesuai dengan kesungguhan dan kemampuannya.”

Ahli filsafat dari Prancis, Pranco Mari Pulter, menjelaskan perbedaan antara Injil dan Al Qur’an,
”Kami yakin, jika disodorkan Al Qur’an dan Injil kepada seseorang yang tidak beragama, pasti orang tersebut akan memilih yang pertama, karena Al Qur’an mengetengahkan pemikiran yang cocok dengan akal sehat. Boleh jadi tidak ada undang-undang yang lebih detail tentang masalah perceraian, kecuali undang-undang dan hukum yang telah di gariskan Al Qur’an tentang masalah ini.”

Seorang ilmuwan dari Inggris Fard Ghayum, Guru Besar Universitas London mengatakan,
”Al Qur’an adalah kitab mendunia yang memiliki keistimewaan sastra yang tinggi, yang terjemahnya saja tidak bisa mewakili tingginya sastra aslinya. Karena lagunya berirama khusus, keindahannya mengagumkan, dan pengaruhnya yang luar bisa terhadap yang mendengarkan. Banyak kaum nashrani Arab yang terpengaruh gaya bahasa dan sastranya. Begitu juga kaum orientalis, banyak di antara mereka yang menerima Al Qur’an. Ketika dibacakan Al Qur’an, kami orang-orang Nashrani terpengaruh, laksana sihir yang menembus jiwa kami, kami merasakan ungakapnnya yang indah, hukumnya yang orisinil. Keistimewaan seperti ini yang menjadikan seseorang merasa terpuaskan, dan bahwa Al Qur’an tidak mungkin ada yang mampu menandinginya.”

Knett Grigh, Guru Besar Universitas Cambridge memberi kesaksian,

”Tidak akan mampu seseorang sepanjang empat belas abad yang lalu, sejak diturunkannya Al Qu’ran sampai sekarang ini, yang mampu membuat seperti ayat Al Qur’an, satu ayat sekalipun. Karena Al Qur’an bukan kitab yang dikhususkan untuk zaman tertentu, bahkan Al Qur’an ini alami yang akan terus berlangusng sepanjang zaman. Meskipun dunia dan kehidupan ini berubah, namun setiap manusia memungkinkan menjadikan al Qur’an sebagai pedoman hidupnya. Mengapa Al qur’an lebih unggul dan menjadi pedoman hidup manusia sepanjang masa? Karena Al qur’an mencakup hal-hal yang kecil maupun urusan yang besar. Tidak ada sesuatu yang tidak diatur oleh Al qur’an. Saya yakin, bahwa Al Qur’an mampu mempengaruhi orang Barat, dengan syarat, Al Qur’an dibacakan dengan bahasa aslinya, karena terjemahnya tidak mampu memberi pengaruh kejiwaan dan rohani, berbeda dengan bacaan aslinya yang menggetarkan jiwa, meluluhkan qalbu.” (it/ut)


Monday, January 19, 2009

Fenomena Facebook

Tahun 2008 facebook meraup keuntungan 300 juta dollar amerika Tapi keuntungan yang sebanyak itu digunakan untuk membiayai perang di Gaza. Benarkah?

 

Fenomena facebook begitu gempar di Indonesia, sampai-sampai ada facebook dalam bahasa indonesia. Saya heran bukan main, satu per satu teman saya mendaftar di facebook.

Tidak heran kalau di tahun 2008 facebook meraup keuntungan 300 juta dollar amerika karena lebih dari 140 juta user aktif di seluruh dunia dan 8,5 juta foto dimuat tiap harinya. Bagi yang belum tahu apa itu facebook bisa baca artikel ini.

Facebook memberikan banyak kemudahan bagi kita, dari mulai menjalin relasi sampai cari uang dari facebook, baca juga artikel ini dan artikel ini. Tapi keuntungan yang sebanyak itu digunakan untuk membiayai perang di Gaza. Benarkah?

Awalnya saya juga tidak sengaja reseach tentang facebook. Dari awal saya sangat tidak setuju dengan adanya agresi Israel di Gaza. Untuk membantu warga Gaza, saya hanya bisa berdoa dan berniat untuk memboikot produk-produk Israel.

Dari artikel yang saya publish beberapa waktu lalu tentang pemboikotan produk-produk Amerika, ada komentar yang mengatakan bahwa facebook dan wordpress adalah milik amerika dan menyarankan untuk tidak memakainya lagi. Dari sini awal mulanya saya melakukan reseach tentang facebook dan wordpress.

Fakta - fakta :

1. Facebook adalah milik Mark Zuckerberg, jika kita membaca artikel Mark Zuckerberg dalam bahasa indonesia tidak diketahui secara lengkap siapakah dia. Kalau kita membaca artikel tentang Mark Zuckerberg dalam bahasa inggris terdapat lengkap data diri si pembuat facebook ini.

2. Siapakah sebenarnya si pendiri sekaligus CEO facebook ini? Dia adalah mahasiswa harvard university dan aktif sebagai anggota Alpha Epsilon Pi. What is Alpha Epsilon Pi? baca artikel ini.

3. Alpha Epsilon Pi adalah seperti perkumpulan mahasiswa Yahudi di amerika utara, yang mempunyai misi sebagai berikut,

Alpha Epsilon Pi, the Jewish Fraternity of North America, was founded to provide opportunities for Jewish men seeking the best possible college and fraternity experience. We have maintained the integrity of our purpose by strengthening our ties to the Jewish community and serving as a link between high school and career. Alpha Epsilon Pi develops leadership for the North American Jewish community at a critical time in a young man’s life. Alpha Epsilon Pi’s role is to encourage the Jewish student to remain dedicated to Jewish ideals, values, and ethics and to prepare the student to be one of tomorrow’s leaders so that he may help himself, his family, his community, and his people.

Yang intinya adalah sebagai tempat pengkaderan dan tempat mencari pemimpin baru bagi kaumnya, yaitu Yahudi.

4. Fakta ke-empat sampai artikel ini ditulis serangan Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 600 palestinians.

5. Facebook mendapatkan keuntungan dari iklan yang dipasang, semakin banyak user dan pengunjung facebook senakin banyak pula penghasilnya.

Next research :

-Apakah hubungan Yahudi dengan Israel?

-Apakah benar sebagian pendapatan Mark Zuckerberg di sumbangkan untuk Alpha Epsilon Pi?

-Apakah Alpha Epsilon Pi berhubungan dengan pemerintah Israel?

Link :
- How To Delete Facebook Account?
- Daftar Produk AS yang diboikot oleh Para Ulama http://www.facebook.com/l.php?u=http://%28http%3A%2F%2Fwww.inminds.co.uk%2Fboycott-brands.html%29

Referensi :
- http://www.facebook.com/l.php?u=http://www.wikipedi a.org
- http://www.facebook.com/l.php?u=http://www.aljazeer a.net/english
- http://www.facebook.com/l.php?u=http://amirkovic. wordpress. com


Jadi gmn neh.......?????

sumber:
http://sabili.co.id/index.php/20090114667/Ragam/Fenomena-Facebook.htm

Tuesday, January 6, 2009

MENDINGAN AKU DIAM AJA AH!!


Oleh : Cahya Herwening


Seringkali kita menemukan beberapa orang yang pilih diam daripada bicara, entah itu di kelas waktu jam pelajaran sekolah atau kuliah, pas forum rapat, dalam pergaulan, di kehidupan organisasi atau pula di dalam hidup bermasyarakat. Kita ketika menemui hal seperti itu, dan jika kebetulan kita yang menjadi komunikator (pihak pertama), bisa jadi kita menjadi bingung dibuatnya. Kita bertanya-tanya, mau kuapakan ini? Gini diem, gitu tetep diem, digimanain apa aja tetep aja diem. Lalu, mau diapain tuh si komunikan (pihak kedua, yang diajak berkomunikasi)?

Mungkin sih, si orang itu begitu menghayati sebuah kalam hikmah: “Diam itu emas.” Jadi daripada ngomong buang-buang tenaga gak dapet apa-apa, kan mending diam dan dapet emas. Gitu kali ya. So ya, diajak gimana aja tetep diem. Kayak patung aja gitu, diajak ngomong gak responding. Kita lihat ilustrasi berikut…..

Sore itu, jarum jam telah menunjuk ke angka empat dan lima untuk jarum pendek dan panjang, pukul empat lebih dua puluh lima menit. Si pemimpin rapat, mengalihkan pandangan dari jam yang melingkar di pergelangannya.
    “Gimana, tentang usulan tadi? Apakah ada yang memberikan tanggapan atau masukan?” tanyanya. Suasana sunyi senyap.
    “Atau kalau tidak ada, bisakah kita sepakati?” Kembali sunyi.
    “Gimana, sepakat nggak?” Masih belum ada suara terdengar.
    Setelah beberapa lama ditunggu dan ditanya belum juga ada suara, dengan kesal sang pemimpin rapat berkata, “Gimana sih ini?? Diam dalam forum rapat adalah sebuah penghianatan, karena kewajiban anggota rapat adalah memberikan segala usulan dan pandangan mengenai semua hal yang dibahas. Jika seperti ini, sebaiknya bubarkan aja rapat ini!!” seraya berdiri dan meninggalkan ruangan.

Hehe… mungkin pembaca akan berpendapat bahwa ilustrasi di atas terlalu berlebihan. Terlalu aneh memang jika dalam sebuah rapat tidak ada satupun yang mau bersuara, apalagi mengemukakan pendapat. Namun bisa saja kan hal yang seperti itu pernah atau akan terjadi, terutama jika ternyata sang pemimpin rapat hanya rapat sendirian, alias tidak ada peserta rapat yang lain. Hahaha… don’t take it so serious…

Adalagi contoh manakala kita bertemu dengan seorang teman, dia terlihat murung dan kita melihat guratan beban pikiran di wajahnya. Ketika kita bertanya, “Ada apa? Bolehkah aku tahu apa yang sedang terjadi? Barangkali aku bisa sedikit membantu…” Namun teman kita itu tetap diam seribu bahasa, enggan untuk bercerita tentang apa saja yang sedang menjadi bebannya.

Diam, meskipun secara umum itu baik, namun jika tidak tepat pelaksanaannya ya jadinya akhirnya tidak baik. Kita memang seharusnya diam daripada nge-gosip sana sini, diam daripada bicara hal sia-sia, diam daripada membuka rahasia yang harus disimpan, dan diam saat tidur daripada ngelindur… hehe. Tetapi sebaliknya, pantaskah kita diam dalam forum rapat, diskusi atau debat? Pantaskah kita diam manakala melihat kemunkaran terjadi? Pantaskah diam manakala dibutuhkan peran kita untuk bersuara? Pantaskah kita diam padahal perlu mencitrakan diri ketika on mission dalam dakwah? Baikkah kita diam manakala banyak masalah yang terjadi yang perlu dipecahkan? Nah, jika diam itu emas, maka berbicara yang baik dan bermanfaat itu adalah intan.

Kita perlu menganalisis faktor penyebab mengapa seseorang lebih memilih diam daripada berbicara. Ketika kita menemukan sumber penyebabnya, maka tentu akan lebih terbuka untuk menemukan solusinya. Maka menurut pengalaman penulis yang tidak berbasis keilmuan teoritis ini, ada beberapa alternatif penyebab kediaman seseorang, yakni sebagai berikut.

1. Sudah menjadi karakter bawaannya
Orang bertipe intovert memang cenderung suka menyimpan sesuatu sendiri, tidak mau membaginya dengan orang lain, terutama pada orang yang belum dekat dengannya. Semua masalah dan beban disimpannya. Orangnya juga tertutup dan tidak suka menampakkan dirinya. Ada juga yang tertutup terhadap pergaulan jika introvertnya cukup parah. Orang seperti ini tidak suka bila orang mengetahui sesuatu yang disembunyikannya, sehingga banyak hal benar-benar dia simpan rapat.

Tidak PD-an dan minderan juga faktor penyebab diamnya seseorang dari aspek karakter. Banyak yang sebenarnya punya pikiran dan gagasan bagus terhadap suatu tema pembahasan, namun karena terhalang kepercayaan diri, maka hal-hal itu tak mampu terungkapkan. Dia berpikir bahwa gagasannya jelek, tidak bermutu dan tak layak disampaikan. Underestimate terhadap diri sendiri dan overestimate terhadap orang lain, merasa orang lain lebih hebat dan lebih pandai dari dirinya.

Antara tidak PD dan introvert bisa terdapat hubungan, yakni orang menjadi introvert karena tidak PD. Atau juga karena ada faktor eksternal yang pernah menimpanya dan menorehkan bekas yang dalam, menjadi trauma. Trauma akan sesuatu hal dapat menyebabkan seseorang menjadi introvert dan atau tidak PD bin minderan. Beberapa faktor itu bisa terkait satu sama lain.

Ada juga karakter bawaan yang bersifat sosial, bukan hanya personal. Mari kita lihat dan bandingkan beberapa masyarakat suku di Indonesia. Kita ambil contoh saja dua masyarakat yang punya karakter cukup kontras, yakni Jawa dan Sumatera. Orang Sumatera biasanya lebih suka tegas, blak-blakan, to the point, jujur. Sedangkan orang Jawa, bukannya tidak jujur sih, namun lebih suka basa-basi terlebih dahulu, ngalor ngidul ngetan ngulon dulu baru kemudian mengatakan intinya. Ketika dijamu makanan ketika bertamu akan mengatakan “wah mbok boten sah repot-repot…” (“wah tidak usah repot-repot…”), dan ketika dipersilahkan makan bilang “nggih, matur nuwun” (“ya, terima kasih”) tapi tak kunjung makan pula. Baru beberapa saat kemudian setelah beberapa kali ditawarin mulai makan, dan akhirnya habis banyak juga, hahaha… Orang Jawa juga sering ngedumel di belakang, padahal di depan bilang ya..ya.. Sifat seperti itu digambarkan oleh blangkon orang Jawa (khususnya Yogyakarta .. hehe…) yang rata di bagian depan, namun bagian belakangnya ada benjolannya.

2. Adanya kondisi psikis tertentu saat itu
Pada suatu saat tertentu, karena peristiwa tertentu seseorang mengalami kesedihan yang mendalam, atau ketakutan yang sangat maupun kekhawatiran yang berlebihan. Keadaan psikis yang tertekan seperti ini bisa mengubah orang menjadi introvert dan pendiam, baik hanya temporer atau bisa juga permanen. Hal seperti ini membutuhkan terapi kejiwaan agar kondisi psikisnya menjadi pulih.

3. Kondisi otak atau pemikirannya
Ada tipe orang yang benar-benar DDR, bukan Double Density RAM lho, namun Daya Dong Rendah! Oon bin tulalit bener deh, dah dijelasin tentang sesuatu berulang-ulang dengan beragam cara tetap saja gak ngerti. Wah repot kalau yang ini, setelan sinyalnya aja beda frekuensi, mana bisa nyambung??

Di samping yang ekstrim seperti itu, kadang kala seseorang menemukan saat dimana dia cukup susah untuk memahami sesuatu. Tidak ngerti, nggak nyambung. Mau menganalisis sesuatu, yang dianalisis saja belum dipahami, maka tentu tidak bisa dilakukan. Penyebab dari hal seperti ini bisa karena kurang jelasnya input informasi yang diterima dari komunikator, informasi tidak lengkap atau ambigu yang menimbulkan penafsiran ganda. Atau si komunikan sendiri belum memahami pengetahuan dasar tentang bidang yang sedang dibicarakan. Maka kemudian si komunikan akan merasa blank, tidak tahu apa yang sedang dibicarakan dan tidak mengerti apa yang akan dikatakan. Maka, jelas dia akan diam.

4. Sedang memiliki ‘kendala teknis’
Kendala teknis di sini maksudnya adalah sesuatu yang kata Meggie Z. lebih mending daripada sakit hati. Apa tuh? Ya sakit gigi lah… hehe. Padahal sakit gigi kan sakit banget kan, sehingga yang sakit jadi malas untuk ngomong. Selain sakit gigi, bisa juga sakit gusi, sariawan, sakit kepala baik sebelah atau kedua belah, sakit perut dan lain sebagainya yang menyebabkan si penderita lebih suka diam. Bagian tulisan yang ini sebagai intermezo saja, hehe….

5. Reaksi terhadap kondisi lingkungan
Ada sebuah kondisi lingkungan yang benar-benar bikin bete, dan ini masih sering terjadi di masyarakat kita. Masyarakat masih sering melihat siapa orang yang berbicara daripada apa yang dikatakan. Maka perkataan dari yang lebih tua, lebih kaya, lebih menokoh, lebih tinggi kedudukannya akan jauh lebih didengar daripada perkataan orang biasa, apalagi anak muda. Perkataan mereka-merekalah yang biasanya lebih dipakai, meski secara kualitas bisa jadi kalah dengan yang lain. Anak muda, yang sering punya gagasan dan ide yang fresh dan inovatif pun sering tidak digubris, karena dianggap hanya omongan anak kemarin sore. Maka reaksi yang muncul dari orang-orang yang tidak dianggap seperti itu jelaslah memilih diam. Karena kalau ngomong pun juga tak ada gunanya.

Itulah beberapa telaah kasar tentang penyebab mengapa seseorang lebih suka diam daripada berbicara. Nah, kadang ada pula orang yang memilih diam karena pertimbangan kemashlahatan. Misalnya dalam suatu percakapan atau forum diskusi, seseorang memilih diam. Dia diam bukan karena tidak memahami permasalahan, namun karena menghindari perdebatan yang tidak berguna yang bisa menimbulkan benih pertentangan dan permusuhan. Apalagi kalau melihat bahwa lawan bicara adalah orang yang asal ngotot dan asal ngeyel, tidak menggunakan otaknya. Maka, diam seperti inilah salah satu contoh kecil diam yang emas. Wallaahu a’lam. [ ]