Oleh : Cahya Herwening
Malam hari itu, Sabtu 26 September 2009, saya sedang ada dalam acara syawalan kampung. Di tengah acara, pak Ketua RT 05 pamit pada saya karena harus segera meluncur ke lokasi taman candi Prambanan, membantu tetangga untuk mengangkut beberapa barang yang masih bisa diselamatkan, jika ada. Apa pasal?
Malam hari itu ada kejadian yang cukup menghebohkan, sempat menjadi buah bibir masyarakat yang tahu akan kejadian tersebut, termasuk di rumah saya. Malam itu ada kebakaran di lokasi taman candi Prambanan, yang di sana ada banyak kios yang digunakan untuk menjajakan pakaian, souvenir, pernak-pernik, mainan, dan sebagainya. Semua kios habis dilalap api, meski pemadam kebakaran mengerahkan 9 mobil pemadam kebakaran. Sepertinya tidak ada lagi barang yang bisa diselamatkan, karena para pemilik kios juga terlambat datang padahal api sangat cepat menjalar. Kios-kios itu, menurut kabar yang saya dengar, terbuat dari papan tripleks. Sehingga tentu api dengan renyahnya melahap kios-kios tersebut. Mungkin (karena saya juga tidak di sana) para pemilik kios berteriak histeris menyaksikan barang dagangannya ludes, tinggal abu.
Di antara banyak pemilik kios, mungkin hanya satu yang menderita kerugian paling besar. Tak kurang dari Rp 700 juta amblas akibat peristiwa itu. Masya Allah... saya sendiri belum pernah melihat uang sebanyak itu. Dan pastinya lebih, karena jumlah itu baru uang yang tersimpan di sana, belum barang dagangannya. Wah.. wah.. wah.., bagaimana rasanya ya kehilangan sebanyak itu. Meski pihak pengelola candi memberikan ganti Rp 10 juta per kios, jelas tidak sebanding dengan jumlah itu.
Tapi, mungkin ini merupakan peringatan kepada orang itu. Kabarnya, pendapatannya per hari (entah total omset atau bersihnya) Rp 10 juta. Tapi sepertinya tidak mau men-zakat-i harta tersebut. Idul Adha kemarin tidak tahu juga, ikut berqurban atau tidak. Bahkan, dengan tidak tahu malunya dia 'menggantol' (mengambil secara ilegal) listrik dari aliran listrik di jalan untuk keperluan tertentu. Padahal penghasilannya sebanyak itu, tapi tidak mau kehilangan sedikit uang untuk membayar biaya pemakaian listrik dan memilih cara ilegal. Apakah yang seperti itu bukan bakhil namanya? Udah bakhil, uthil, cethil, mbedhidhil.., apalagi ya sebutan yang tepat... Cari sendiri deh.
Maka ini bisa menjadi pelajaran bagi kita. Logikanya, kalau kita sudah menjadi wajib pajak, misalnya pendapatan sudah memenuhi PKP (Penghasilan Kena Pajak), ya harus pajak. Kalau tidak pajak, nanti kena denda, atau disita. Seperti itu pulalah dalam zakat, kalau sudah mencapai nishob, maka zakatnya harus dibayarkan. Jika tidak, maka Allah akan menarik dendanya, atau bahkan disita hartanya. Sudah banyak kan, contoh orang yang kehilangan jauh lebih banyak akibat tidak mau membayar zakat atau shodaqoh? Padahal, harta yang dizakatkan atau dishodaqohkan tidaklah hilang, melainkan justru menjadi tabungan milik kita yang sejati, yang jumlahnya dilipat gandakan oleh Allah.
Wallaahu a'lam...
Jazakumullah Khairan For Sharing..
ReplyDelete^___^
ReplyDeleteKembali lagi jd penulis pemulasetelah lama absen.
Msh asal nulis..
pas itu saya masi di rumah keknya, tapi kq ga tau kabar kebakaran ya? (emg agak cupu sih)..
ReplyDeleterumah kk prambanan y?
Hmm.. gitu ya. Mgkn karena gak ada yg punya kios di sana.
ReplyDeleteKlo orang Sonayan kan ada..., tetanggaku.
aku tadi sih, sempet liat kiosnya. di sebelah barat candi kan?
ReplyDeleteaku heran juga... koq ada kebakaran, tapi ga ada beritanya.
satu kios terbakar parah... rusak berat. sedangkan yang sebelah selatannya, rusaknya ga seberapa.
Hmm.. kayaknya bukan sebelah barat candi deh.. pas terakhir dulu datang dan muter2 candi.. hehehe
ReplyDeleteoh... timur ya? hehehe... maap...
ReplyDeletekk orang sonayan juga? tetanggaan mas wisnu donk?
ReplyDeleteKAyaknya gitu.... hehehehe.... Barat candi mah adanya sungai :D
ReplyDeleteHmm.. iya Sonayan. Ya tetanggaan.... :P
ReplyDeletetetangga saia juga donk?? *aseli shock*
ReplyDeleteEmang.., dari dulu kan Serut ama Sonayan tetanggaan kan?? :D
ReplyDeleteLho kok shock?? Jangan sampai pingsan lho.. :)
lhooo... kq tau desa saia jugak?? waa, jangan2 kk agen FBI, CIA, ato BIN ya??
ReplyDeleteDari dulu juga dah tau kok... sejak Yuni masih SMP :).
ReplyDeleteHmm bukan FBI, CIA ato BIN sih.. cuman jadi shinobi aja kok.. :D
wiw, dah kenal saya (3+3+2) tahun donk?
ReplyDeletewaduh maap, saia g tw kk cahya... TT_TT
Hmm.. kayaknya bukan (3+3+2), tapi sekitar (1+3+2) ^__^
ReplyDeleteGpp lah...
berarti pas penerimaan rapor kelas 3...
ReplyDelete" ini komen ga ga nyambung aseli ama judul yg di atas.. OOT banged... XDD"
Ho'oh bener... penerimaan rapor kelas 3. Hmm yg juara satu siapa ya... :D
ReplyDelete*Emg gak nyambung... *
wah saya lupa kk... kayaknya c Uun deh kk yg juara wahid...
ReplyDeleteBukannya Yuni??
ReplyDeletelupa saiah... kalo nile UAN nya si iya keknya, tertinggi di kelas.. tapi kalo nile rapor ga inget saia...:D
ReplyDeleteOoo.. gak inget.. :)
ReplyDeletesaia mah short time memory.. :D
ReplyDeletenggak tau.. heeheee
ReplyDeleteseandainya ia mampu , kenapa juga masih merugikan orang lain....ckkckkckck,,,,
ReplyDelete