Sunday, August 14, 2011

Menjadi Pahlawan Sejati


Oleh : Cahya Herwening


Wah, tanpa terasa sudah mau tujuh belasan lagi nih. Momen yang dapat mengingatkan kita akan keberhasilan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan indonesia. Di kepala kita, yang namanya pahlawan itu ya yang kayak Cut Nyak Dien, Tuanku Imam Bonjol, Pangeran Antasari, Nyi Ageng Serang, RA Kartini, Kapten Pattimura, Sultan Hasanuddin dan sebangsanya. Banyak banget tokoh pejuang masa lalu yang telah dinobatkan sebagai pahlawan nasional.

Para pahlawan di atas adalah beberapa contoh pahlawan yang ‘resmi’ dan ‘legal’ menurut negara. Definisi pahlawan versi negara mengacu pada Peraturan Presiden No.33 tahun 1964. Dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan pahlawan adalah;
a) warga Negara RI yang gugur dalam perjuangan – yang bermutu – dalam membela bangsa dan negara;
b) warga negara RI yang berjasa membela bangsa dan negara yang dalam riwayat hidupnya selanjutnya tidak ternoda oleh suatu perbuatan yang membuat cacat nilai perjuangannya.
Kedua poin di atas menjadi kriteria utama untuk menetapkan seseorang sebagai pahlawan nasional.


Hmm… setelah dipikir-pikir, berat juga ya syarat jadi pahlawan menurut versi negara itu. Kudu punya karya perjuangan di level negara. Kalau kita liat diri kita sekarang, boro-boro mau level nasional, level kabupaten atau bahkan kecamatan aja belum tentu bisa atau nggak. Liat aja, di pertandingan catur tingkat kampung aja keok! Hehehe…. emang lomba tujuh belasan??

Menurut kamus Oxford, yang disebut pahlawan (hero) adalah a person, typically a man, who is admired for their courage or outstanding achievements; atau seseorang, biasanya laki-laki, yang dikagumi karena keberaniannya atau pencapaian yang luar biasa. Nah, berdasarkan pengertian itu, seberapa pula pencapaian kita saat ini? So, bisa enggak sih, kita jadi pahlawan dengan kekuatan dan kemampuan kita saat ini?


Ada seorang tokoh mengatakan, bahwa di setiap zaman ada pahlawannya, di setiap generasi ada pahlawannya dan di setiap wilayah ada pula pahlawannya. Di zaman dulu kala, pada kaum Bani Israil diturunkan pahlawan, salah satunya Isa as. Beliau diturunkan kepada mereka untuk menyelamatkan mereka dari kesesatan. Beliau pun punya pengikut yang juga para pahlawan, Hawariyyin. Pernah suatu ketika Nabi Isa as. membutuhkan penegasan komitmen mereka dengan menanyakan “siapakah yang akan menjadi penolong agama Allah?”, mereka dengan sigap menjawab; “kamilah para penolong agama Allah.”. Hal ini terekam dalam surah Ash-Shaff ayat terakhir, yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?" Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: "Kamilah penolong-penolong agama Allah", lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir; maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang.”

Kita pun mustinya bisa jadi pahlawan pula di wilayah kita dan zaman kita ini. Kita pasti bisa berperan dengan apa yang ada dalam diri kita saat ini, entah itu kekuatan yang kita telah miliki, atau potensi diri yang belum tergali dan terkembangkan. Cukuplah kita kembalikan makna pahlawan itu pada asal katanya, yakni “pahala” dan “-wan”. Pahalawan, artinya orang yang memiliki banyak pahala, orang yang gemar mencari pahala, atau orang yang beraktivitas dalam tugas dan peran yang penuh pahala dan kebaikan. Tentu kita mau banget lah, kalau punya banyak pahala. Itulah yang namanya pahalawan alias pahlawan. Hehehe…

Pahala itu dari Allah Ta’ala, dan untuk memperolehnya kita musti melakukan amalan-amalan sebagaimana yang Allah perintahkan. Maka ini akan menjadi relevan dengan ayat yang disebut di atas, bahwasannya Allah telah memerintahkan kepada kita: “Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah…”. Perintah untuk menolong agama Allah itu ditujukan kepada semua yang mengaku beriman. Berimankah kita? Jika iya, yuk mari … menjadi penolong agama Allah. Itulah pahlawan sejati, the true hero.

Bagaimana caranya? Kita nggak bakalan bisa jadi penolong agama Allah (Islam) manakala kita sendiri gak tau gimana sih Islam itu. Seorang bodyguard atopun satpam yang disuruh ngejaga sesuatu kudu tau barang yang dijaga apa. Jika tidak, apabila terjadi sesuatu pada barang yang dijaga maka tidak akan tahu. So, kita pun kudu tau tentang apa yang kita jaga, yakni Islam, dengan cara mempelajarinya dari semua sarana.

Setelah mempelajari Islam, terus apa lagi? Yang dilaksanakan lah. Supaya jadi kebiasaan dan lama kelamaan mendarah daging, menjadi akhlak. Kalau cuman kita pelajari doang secara teoritis, so bakal cepet ilang. Percaya deh. Makanya kudu diamalkan. Terlebih lagi, mengamalkan itu menjadi kewajiban klo kita dah punya ilmunya, karena amal adalah buah dari pohon ilmu.

Lalu setelah mengamalkan, lalu apa dong? Hmm.. jangan sampai cuma kita doang yang ngamalin, tapi kudu bersama-sama orang yang lain agar memiliki dampak luas, dalam memperbaiki masyarakat. Makanya kita yang dah tau duluan, kudu ngasih tau yang lain, alias menyampaikan, atau istilah kerennya sih berdakwah gitu choy! Idih berdakwah, berat amat istilahnya ya?? Hehe.. gak juga kok, soalnya Rasulullah saw bersabda, “Sampaikanlah sesuatu dariku meski hanya satu ayat.” Nah, apapun yang kita tau, itu bisa didakwahkan.

Setelah dakwah, apalagi? Belajar, beramal dan berdakwah itu musti dikerjakan dengan berkelanjutan alias istimror. Supaya istiqomah, so kudu punya kesungguhan (jiddiyah). Nah kita emang musti berjihad (bersungguh-sungguh) klo pengen apa yang telah kita lakukan dapat bertahan dan konsisten. Sungguh-sungguh dalam belajar, beramal maupun berdakwah, juga dalam kondisi yang diperlukan bisa berjihad untuk berjuang membela apa yang musti kita jaga. Empat hal itulah, menuntut ilmu, mengamalkannya, mendakwahkannya dan berjihad atasnya, yang disebut dengan menolong agama Allah. Simpel kan?

Trus, apa keuntungan buat kita? Ya jelas lah, kita bukan golongan orang yang lalai dan ingkar dari keimanan, karena kita membuktikan keberimanan kita itu. Lebih jauh lagi, kita pun bakal dapet keuntungan dunia akhirat Bro. Di dunia, kita yang menolong agama Allah juga bakal ditolong oleh-Nya dalam segala urusan hidup kita, dan juga ada jaminan kemenangan (kesuksesan) yang dekat. Sedangkan di akhirat, kita bakal diampuni dosa kita yang segunung itu, serta kita akan dimasukkan ke dalam syurga Allah swt yang luar biasa kerennya. Kita perhatikan nih firman Allah dalam beberapa ayat Qur’an berikut:

Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman. ” (Qs. Ash-Shaff: 10-13)

Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Qs. Muhammad: 7)

Nah, itulah balasan bagi sang pahlawan, yakni pahala yang besar dan kebaikan, di dunia maupun di akhirat. Jadi, berani jadi pahlawan sejati? [ ]

Diambil dari blog lama, dengan beberapa editing

2 comments:

  1. Tad, ana ijin postingan ini buat jadi tautan di blog ana ya... hhe

    ReplyDelete