Thursday, December 31, 2009

Ketika ABG+S Bicara Teknologi

diringkas oleh: Ellita Permata W. (Sekjend MITI-Mahasiswa 2009)


Berikut ringkasan dari Seminar Nasional Teknologi 2009 yang digelar di Univ. Brawijaya (kerjasama LSO Ristek EM UB dan MITI-Mahasiswa) pada tanggal 26 Desember 2009. Seminar bertemakan "Generasi Baru IPTEK Indonesia; Menuju Masyarakat Indonesia 2025 yang Cerdas, Kreatif, dan Inovatif" ini menghadirkan perwakilan dari ABG+S (Akademisi, Businessman, Government + Student):
1.      Dr. Warsito P. Taruno (staf khusus Menristek, penerima Bakrie Award bidang Teknologi, ketua MITI)
2.       Dr. Edi Sukur (direktur Edwar Technology, Ketua Community Development MITI)
3.       Dr. Luthfi Ja’far (akademisi Univ. Brawijaya)
4.       Aldani Malau, S.T. (presiden MITI-Mahasiswa 2009)



Berita foto: peserta tengah menyimak pemaparan dari para pembicara. Seminar nasional ini dihadiri oleh hampir 300 peserta dari lokal UB dan dari 53 kampus undangan MITI-Mahasiswa.


RISTEK VISION 2014 (by Dr. Warsito)
……………………

Bayangkan jurnal yang dihasilkan oleh Indonesia selama 10 tahun (1992-2002) adalah sebanyak 3.000-an jurnal dari 50.000-an jurnal. Diharapkan lulusan univ ke depan itu mereka siap untuk menerima lamaran kerja, bukan lulus kemudian berlomba-lomba melamar kerja.

Grand inovasi pemuda, pemenangnya tahun ini adalah dari UB. Mereka mengkoordinir basis produksi masyarakat yang membuat mie dari rumput laut, mie ini jelas lebih sehat dari mie yang selama ini telah ada. Mereka melakukan pendampingan, pengemasan, pengawetan, quality control dan pemasarannya. Ini adalah kerja yang sangat pas untuk lulusan S1. Target kita MITIM 100 inovasi dalam setahun ini. Program MITI – COMDEV akan dijadikan program nasional karena program yang sangat luar biasa.

Inovasi itu identik dengan produk baru, manfaat dan bisnis baru. Misalnya kita menemukan produk atau paten produk baru, ini belum inovasi tapi baru sebatas riset. Nah bagaimana hasil riset ini bisa menjadi produkk inovasi? Kita harus menjadikannya menghasilkan profit dan secara ekonomi menghasilkan. Berbicara ttg riset, di PT kita sudah banyak belajar. Antara riset dan novasi ada jurang pemisah yang disebut lautan darwin atau lautan kemubaziran. Artinya kita melakkan banyak riset tapi belum tentu semua hasil riset tersebut bisa menjadi produk inovasi. Nah bgmn kita mjdkan riset itu sbg inovasi? Ini adalah tugas kementrian riset.

Inovasi itu identik sekali dengan produk, manfaat dan bisnis baru. Riset: know how. Tapi kalau inovasi: know value, artinya sebuah produk bisa dipakai, bisa memberi nilai tambah, dan orang berani mengeluarkan uang untuk produk tersebut.
Kementrian Riset dalam 5 tahun ini akan menyiapkan sebuah institusi yang :
1.       Berkaitan dengan pengembangan teknologi
2.       Pengembangan fungsi teknologi inkubasi (bgmn membuat hasil riset dapat melewati lautan darwin)
Program ini masuk dalam program 100 hari, dan pelaksanaan program ini sangat membutuhkan dukungan dari golongan mahasiswa.

Salah satu inovasi yang menjadi produk teknologi adalah tomografi 4 dimensi yang berkaitan dengan perubahan iklim, yang merupakan proyek di departemen energi di Amerika. Ini adalah proyek untuk mengembangkan energi baru, sistem untuk melakukan verifikasi proyek tersebut ada di Indonesia, yang dibuat oleh sarjana S1 lulusn UB.

Contoh lainnya adalah motor dengan bahan bakar hidrogen jadi bahan keluarannya dalah air yang bisa diminum. Produk ini mendapakan penghargaan. Kuncinya apa? Kita membangun rantai nilai, rantai nilai itu pengguna dan pemasok. Ini harus dibangun, jika rantai nilai ini tidak dibangun maka penelitian tidak akan  berkembang. Jadi, kita harus mendekatkan teknologi pada kebutuhan pengguna (masyarakat).
Slogan pemerintah-ristek yang baru: SIAPA BILANG INDONESIA TIDAK BISA????

TALKSHOW SELANJUTNYA….
-With ABG + S (Akademisi, Businessman, Government + Student)
A. AKADEMISI (Dr. Luthfi Ja’far)
Kondisi PT kaitannya dengan tantangan PT di masa yang akan datang
1.       Tuntuan kompetensi di dunia kerja
Tantangan ini bukan hanya bagi PT negeri tapi untuk semua PT.
2.       Perubahan kurikulumà kurikulum berbasis kompetensi
Kurikulum yang ada di PT harusnya harus berkaitan dengan kompetensi yang dibutuhkan di dunia profesi.
3.       Perubahan metode pembelajaran
Maka bagi anda mahasiswa yang melakukan praktek2 kerja di industri2, lakukanlah dengan serius. Karena ini salah satu metode pembelajaran yang baru
Mahasiswa yang mempunyai IPK tinggi belum tentu memiliki skill yang bagus. Yang dibutuhkan justru adalah mahasiswa yang punya skills yang OK.

B. BUSSINESMAN (BY DR. EDI SUKUR)
“MEMBANGUN BISNIS BERBASIS TEKNOLOGI”
Insya Allah yang hadir di sni adalah calon2 ilmuwan. Kondisi ilmuwan di indonesia ini sangat menyedihkan. So, kalau mau kaya jangan jadi ilmuwan!! Hayo lho….
Anekdot:
Suatu ketika Mr. Bean ketemu dengan Einstein. Mereka taruhan. Kalau Mr. Bean tidak bisa menjawab pertanyaan Einsten, dia harus bayar 5 dolat, tapi kalau einstein yang tidak bisa menjawab pertanyaan Mr. Bean, dia akan bayar 500 dolar.
Einstein: Berapa jarak bumi dan bulan?
Mr. Bean: gak tau.
Mr. Bean pun bayar 5 dolar k Einstein
Mr. Bean: Apa yang naik 3 kaki turun 3 kaki?
Einstein: (mikir, cari jawaban, analisis masalah, tidak terjawab) ga tau
Einsten bayar 500 dolar.
Einstein: terus apa jawabanya?
Mr. Bean: gak tau.
Mr. Bean bayar 5 dolar ke Einstein.

Nah jadi untuk jadi kaya tuh gak harus pinter tapi harus CERDAS. Kita membutuhkan generasi IPTEK yang memiliki kemampuan bisnis kreatif yang berbasis teknologi, kekayaan alam dan basis budaya di masing2 daerah. Jadi basisnya: IPTEK, Pendidikan dan Bisnisà mengedepankan budaya, teknologi dan SDA

C. MITI MAHASISWA (by: Aldani Malau)
Banyak sekali kasus ketika lulusan universitas masuk ke dunia profesi tanpa memiliki kompetensi di bid. Keilmuannya masing2. Ketika orang2 seperti ni benar-benar masuk ke dunia profesi, maka akan terjadi banyak kerusakan dan musibah di lingkungan kita…
Seharusnya ketika terjadi kerusakan di lingkungan, kita mencari ahli-ahli di bidang tersebut. Sebenarnya kita semua yang telah mendalami bidang kita masing-masing bisa mengatasi masalah-masalah tersebut, tapi seringkali kita baru bersuara ketika masalah2 itu sudah muncul.

OPEN DISCUSSION
Sebenernya apa 2 keyword dari semua permasalahan-permasalahan yang telah kita bicarakan tadi?
Pak Warsito: budaya
Pak Edi: kompetensi dan kerja sama
Aldani: Moral dan keberanian
Pak Lutfi: Komitmen

Diskusi dipending dengan selingan atraksi robot penembak roket dari tim robotik Univ. Brawijaya



 Berita Foto: tim robotik Univ.Brawijaya tengah memperagakan sistem kerja robot penembak roket yang dapat digunakan untuk menebar benih tanaman dan menebar jala. Event yang menjadi selingan acara semnas ini memukau para peserta yang hadir.

 

Pertanyaan dari pak Warsito pada audien: Pilih 3 dari negara maju berikut: jepang, italia, amerika. Potret Indonesia maju masa depan yang tepat itu seperti negara yang mana menurut anda???
è UNJA: Jepang.
è Agus USU: Jepang. Karena berdasarkan letak geografis jepang juga terletak di timur seperti indonesia. Apalagi secara budaya indonesia tu gak jauh beda dengan jepang.
è Tidak memilih salah satu dari 3 negara tersebut. Jepang: kurang dari segi agama. Sama juga dengan Italia dan Amerika. Jadi kita akan merangcang sendiri indonesia yang akan datang.
Pak Warsito:
Kalau Indonesia itu identik dengan jawa, maka Jepang tuh tepat. Ingat kata kunci kita adalah budaya. Jepang mmiliki budaya yang sangat kental. Budaya secara tidak langsung membentuk cara berpikir kita. Jawa dan jepang yang mirip itu budaya bekerja keras dan iwameru (komitmen untuk mencapai suatu level). Antara Jawa dan Jepang ini sangat mirip. Contohnya kalau di jawa itu seperti gamelan. Komitmen seperti ini ada, untuk mencapai komitmen ini tidak bisa dibeli. Kualitas produk jepang itu bagus karena berada di bawah komitmen iwameru. Tapi komitmen inilah yang menghancurkan jepang.  Karena komitmen ini, produk jepang menjadi produk yang bernilai tinggi, mahal sehingga tidak ada yang bisa membelinya. Untuk saat ini akhirnya pun Jepang menurunkan kualitas produknya.

Honda itu menghabiskan seluruh tabungannya, seluruh hidupnya, seluruh jiwa raganya itu untuk menghasilkan motor yang mampu berlari hanya 40 KM/jam. So, bagi seorang ilmuwan untuk meluncurkan produk yang berkualitas membutuhkan kerja keras dan kesabaran yang luar biasa.

Yang lebih mendekati (menurut pak Warsito) adalah italia, terkait dengan budaya juga. Yang paling maju di indonesia adalah sesuatu yang nyeleneh dalam hal ini di bid. seni dan budaya. Hal-hal yang berkaitan dengan budaya kreatif, produk inilah yang berkembang sangat pesat di indonesia. Di italia fashion berkembang sangat pesat.

Pembahasan keyword :
Pak Edi: kompetensi, kerja sama
kelemahan dari kita adalah di kompetensi. Kalau tadi dijlelaskan ttg Italia,memang mereka modis-modis seperti kita (he?). kemajuan yang telah dicapai oleh negara2 tersebut tentunya melalui kompetensi yang luar biasa. Bayangkan, di Jepang ada robot kawameru yang dibuat di jaman Edo. Teknologi percetakan dan Printing, gak da yang ngalahin jepang. Sejak dulu jepang kalau buat sesuatu gak pernah cuma 1 saja nyetaknya. Tapi mereka buatnya sangat beragam, misalnya nyetak baju, jadi gak cuma 1 saja tapi dibuat dengan beragam warna dari warna yang dekat-dekat dulu. Nah terkait kompetensi ini di Indonesia belum jelas..

Pak Lutfi:
Kompetensi yang harus dimiliki oleh Indonesia ini adalah yang terkait dengan budaya. Salah satu kelebihan orang-orang amerika tu adalah kreatifitas, mulai kecil pihak sekolah dibiarkan untuk mengekspresikan kreatifitasnya. Makanya hampir 80% penerim nobel tu adalah dari Amerika.

P Warsito:
Kompetensi yang harus diunggulkan di Indonesia: budaya. Budaya indonesia yang sama juga dengan Italia adalah tidak suka diatur. Tidak seperti jepang yang segala sesuatunya diatur, termasuk tomat yang dihasilkan di pertanian; tomatnya harus sama bentuk, besar dan warnanya (hayo lho...bagaimana caranya mengatur itu?)

Moderator: kalau di dunia kerja sama seperti apa yang diharapkan?
P Edi: kelemahan kita sbg ilmuwan tu adalah suka asyik sendiri, jadi sulit bekerja sama. Positifnya memang mereka bisa fokus tapi kan jadi sulit untuk bekerja sama. Untuk membuat mesin detektor saja kita membutuhkan banyak personel. Di Indonesia masih sulit buat kerja sama, komunikasi juga sulit.

Nah di dunia industri pun ada banyak bagian dan bidang. Kalau kita tidak bisa bekerjasama maka percuma, kita tidak akan berkembang. Maka kita pun harus bisa mengembangkan softskill kita. Antara kompetensi dan softskill ini kita harus lihat mana yang paling menonjol. Perlu kita perhatikan kompetensi kita dimana dan softskill kita apa? Kemudian kita kembangkan potensi dan softskill kita.

Moderator: bgmn pemerintah menghadapi perilaku2 yang beragam terkait dengan kompetensi td?
P Warsito: budaya, kompetensi dan kerja sama adalah keyword. Nah ke depan, budaya kita itu sulit untuk dibuat seragam. Bagaimana dari budaya tersebut kita dapat membangun bangsa dengan basis kompetensi. Kompetensi yang menonjol dari beberapa orang, ini bisa dijadikan pondasi untuk membangun bisnis berdasarkan kompetensi yang ada.

Moderator: Kenapa dengan Moralitas? Apa yang salah dengan moralitas bangsa kita?
Aldani: permasalahan-permasalahan yang ada di pemerintahan, bagaimana kita menghadapinya? Jaman sekarang, banyak sekali org pintar. Siapa yang menyebabkan kebakaran hutan? Mengalirnya limbah di sungai? Semuanya adalah orang-orang pintar. Jika kita tidak punya moral, maka keilmuan yang kita miliki hanya akan menjdikan produk yang tidak memberi manfaat untuk lingkungan.

Atau seringkali, kita punya solusi terhadap beberapa permasalahan-permasalahan bangsa tapi seringkali kita tidak punya keberanian untuk mengklaim solusi tersebut, bahkan untuk ngomong pun tidak berani. Maka di sini kita butuh keberanian.

Diskusi tambahan:
Fikri (UNDIP): moralitas hal2 yang membatasi kita untuk tetap lurus.
Apa yang bisa diberikan dari kehutanan untuk mendukung iptek Indonesia?
Dari kita yang penting adalah yang berkaitan dengan perubahan iklim, yaitu penyerapan CO2. Hutan memiliki kemampun menyerap CO2 tersebut. Nah penelitian terkait penyerapan CO2 tersebut masih sangat minim. Kita sudah membuat MOU terkait riset ttg iklim di Indonesia.

Bagaimana pemetaan perkembangan teknologi di daerah??
1 village 1 product yang berkaitan dengan produk teknologi. Tiap daerah memiliki SDA. Tiap daerah ini  akan diberikan produk teknologi untuk mengembangkan SDA-nya masing-masing. Menristek akan membantu mengembangkan produk berbasis teknologi tersebut. [ ]

Tuesday, November 10, 2009

Nasihat Untukku, dari Saudariku

Di tengah kegalauan hati hari ini ... ada tetesan embun yang mengurangi kegersangannya. Berbincang, dan mendapatkan nasihat yang boleh jadi dibutuhkan setiap orang....

"Yakin.. Alloh Maha Adil..

Tidak ada sedikitpun pengorbanan, cucuran keringat dan air mata yg tak dihitung oleh-NYA..
Yakin, kalau ikhlas, DIA akan beri ganti yg jauh2 lebih baik dr yg kita lakukan..
Banyak hal luar biasa...
ya.. kalau g di dunia.. yakin, bakal dapat itu di akhirat..
^_^

Yupz!!!
SLALU SMANGADH Pak!!! ^_^
Yakin, DIA slalu kasih yg terbaik utk kita, seburuk apapun itu dlm pandangan kita..
Mungkin awalnya begitu.. namun yakin.. DIA menyimpan hikmah mendalam atas smuanya..
Yg hanya akan mampu kita petik dg bekal keikhlasan.. ridho dg sgala ketetapan-NYA.. seberat apapun itu pd awalnya...

DIA yang paling tahu ttg kita kn pak..
Yg paling tahu, cara terbaik untuk membentuk diri kita mjd pribadi plg istimewa... ^_^
Dunia dan akhirat..

Wilayah kita kan skedar wil ikhtiar kan ya..?
Sdg ttg hasil, spenuhnya hak prerogatif Alloh.. ^_^
Ni kata Ust. Syatori.. ;-P

Setidaknya kita tlah mengupayakan semampu kita..
bukannya Insya Allah tak pernah membebani kita di luar kemampuan kita..?

Wajarlah.. kalau ada lalainya.. namanya jg masih jd manusia..
yg penting.. begitu inget.. bersegera memenuhi yg kmrn2 terlalaikan......"

Jaazakillaah khairan ukhti,... barakallaahu fiik.. [ ]

Tuesday, October 6, 2009

English Club

http://www.englishclub.com/
Yuk belajar English ^__^

Wednesday, September 30, 2009

Inikah Akibat Kebakhilan??


Oleh : Cahya Herwening


Malam hari itu, Sabtu 26 September 2009, saya sedang ada dalam acara syawalan kampung. Di tengah acara, pak Ketua RT 05 pamit pada saya karena harus segera meluncur ke lokasi taman candi Prambanan, membantu tetangga untuk mengangkut beberapa barang yang masih bisa diselamatkan, jika ada. Apa pasal?

Malam hari itu ada kejadian yang cukup menghebohkan, sempat menjadi buah bibir masyarakat yang tahu akan kejadian tersebut, termasuk di rumah saya. Malam itu ada kebakaran di lokasi taman candi Prambanan, yang di sana ada banyak kios yang digunakan untuk menjajakan pakaian, souvenir, pernak-pernik, mainan, dan sebagainya. Semua kios habis dilalap api, meski pemadam kebakaran mengerahkan 9 mobil pemadam kebakaran. Sepertinya tidak ada lagi barang yang bisa diselamatkan, karena para pemilik kios juga terlambat datang padahal api sangat cepat menjalar. Kios-kios itu, menurut kabar yang saya dengar, terbuat dari papan tripleks. Sehingga tentu api dengan renyahnya melahap kios-kios tersebut. Mungkin (karena saya juga tidak di sana) para pemilik kios berteriak histeris menyaksikan barang dagangannya ludes, tinggal abu.

Di antara banyak pemilik kios, mungkin hanya satu yang menderita kerugian paling besar. Tak kurang dari Rp 700 juta amblas akibat peristiwa itu. Masya Allah... saya sendiri belum pernah melihat uang sebanyak itu. Dan pastinya lebih, karena jumlah itu baru uang yang tersimpan di sana, belum barang dagangannya. Wah.. wah.. wah.., bagaimana rasanya ya kehilangan sebanyak itu. Meski pihak pengelola candi memberikan ganti Rp 10 juta per kios, jelas tidak sebanding dengan jumlah itu.

Tapi, mungkin ini merupakan peringatan kepada orang itu. Kabarnya, pendapatannya per hari (entah total omset atau bersihnya) Rp 10 juta. Tapi sepertinya tidak mau men-zakat-i harta tersebut. Idul Adha kemarin tidak tahu juga, ikut berqurban atau tidak. Bahkan, dengan tidak tahu malunya dia 'menggantol' (mengambil secara ilegal) listrik dari aliran listrik di jalan untuk keperluan tertentu. Padahal penghasilannya sebanyak itu, tapi tidak mau kehilangan sedikit uang untuk membayar biaya pemakaian listrik dan memilih cara ilegal. Apakah yang seperti itu bukan bakhil namanya? Udah bakhil, uthil, cethil, mbedhidhil.., apalagi ya sebutan yang tepat... Cari sendiri deh.

Maka ini bisa menjadi pelajaran bagi kita. Logikanya, kalau kita sudah menjadi wajib pajak, misalnya pendapatan sudah memenuhi PKP (Penghasilan Kena Pajak), ya harus pajak. Kalau tidak pajak, nanti kena denda, atau disita. Seperti itu pulalah dalam zakat, kalau sudah mencapai nishob, maka zakatnya harus dibayarkan. Jika tidak, maka Allah akan menarik dendanya, atau bahkan disita hartanya. Sudah banyak kan, contoh orang yang kehilangan jauh lebih banyak akibat tidak mau membayar zakat atau shodaqoh? Padahal, harta yang dizakatkan atau dishodaqohkan tidaklah hilang, melainkan justru menjadi tabungan milik kita yang sejati, yang jumlahnya dilipat gandakan oleh Allah.

Wallaahu a'lam...


Monday, September 28, 2009

Permohonan Bantuan Bagi Nasabah Bank Muamalat yang Tinggal di Yogya

Assalaamu 'alaykum

Teman saya sedang melaksanakan penelitian tentang bank syari'ah, mengambil sampel nasabah Bank Muamalat di wilayah Yogyakarta.

Bagi Anda yang kebetulan memenuhi kriteria tersebut, pleeaase... mohon bantuannya untuk secepatnyamengisi kuesioner yang ada di attachment berikut.

Setelah diisi mohon dikirim via email (boleh di bodymail atau attachment) ke:

fitra_justice@yahoo.com

atau

cahyaherwening@yahoo.com

Jazaakumullaah khairal jazaa' atas segala bantuannya.

Wassalamu 'alaykum

Wednesday, July 8, 2009

KITAB KLASIK ISLAM

http://www.kitabklasik.co.cc/
Download e-book kitab-kitab klasik.
Kereeeeen!!!!!!!!

Tuesday, June 30, 2009

Peran Mahasiswa dalam Pembangunan Daerah

oleh: Cahya Herwening *)

Kita mengenal slogan “Pemuda harapan bangsa” atau “Maju mundurnya suatu bangsa tergantung pada pemudanya”. Mahasiswa adalah bagian pemuda yang selalu ditunggu perannya dalam pembangunan. Apa sajakah peran itu?

Kita telah memaklumi bersama bahwasannya mahasiswa termasuk kalangan elit. Hanya segelintir saja dari jutaan orang pemuda di Indonesia, yang berkesempatan mengenyam pendidikan tinggi. Tak semua memiliki kesempatan masuk ke dalam kelas ini. Terlebih realita yang ada saat ini manakala biaya kuliah semakin mahal. Makin sedikit pula yang dapat merasakan hidup di dunia perguruan tinggi. Dan yang sedikit itulah, yang memiliki potensi strategis sebagai iron stock para leader di negeri kita ini.

Mahasiswa adalah kalangan yang memiliki potensi besar melakukan mobilitas. Bahkan, hal itu sudah dilakukan semenjak mereka resmi memiliki status sebagai mahasiswa, karena status itu termasuk kelas menengah. Ke depan, selepas menyelesaikan proses pembelajaran dan pencarian jati diri mereka di kampus, pintu melakukan mobilitas itu semakin terbuka. Mobilitas secara vertikal maupun horizontal, menuju ke posisi strategis di berbagai sektor yang akan mereka geluti, baik public sector, private sector atau third sector.

Besarnya potensi mereka itu –logis, karena hampir tidak mungkin negeri ini akan dipimpin oleh para lulusan SMP apalagi SD– tak luput dari besarnya harapan yang disematkan ke pundak mereka. Mereka diharapkan oleh masyarakat untuk nantinya kembali dan membangun masyarakat khususnya di daerah dari mana mereka berasal. Mahasiswa yang merantau, seolah-olah menjadi perwakilan daerah untuk menyerap ilmu sebanyak mungkin kemudian diterapkan dalam pembangunan daerahnya suatu saat nanti. Dan ini memang menjadi salah satu peran yang harapannya bisa dijalankan oleh para mahasiswa, terlepas dari realita mahasiswa zaman sekarang yang tak sedikit menghabiskan masa studinya dengan hura-hura dan bersenang-senang.

Sebenarnya apa saja peran mahasiswa yang bisa dimainkannya dalam pembangunan daerah? Hal ini perlu dipahami bersama, karena ketidakjelasan peran akan menimbulkan kegamangan. Dan kegamangan akan mengakibatkan ketidakproduktifan. Maka tentang peran mahasiswa dalam pembangunan daerah ini perlu kita ulas lebih jauh. Namun, kita perlu terlebih dahulu melihat seberapa jauh potensi yang dimiiki oleh mahasiswa. Sehingga apa saja peran yang dapat dimainkan nanti, bisa kita lihat dari potensi yang ada dalam diri mereka.

Pertama, kita dapat melihat potensi mahasiswa dari aspek karakternya. Kita pahami bersama, bahwa mahasiswa memiliki karakter idealis. Semua hal dilihat dan ingin dibentuk dalam tataran ideal. Baik dalam kehidupan mahasiswa itu sendiri, keorganisasian, berbagai sistem dan kebijakan dalam masyarakat maupun dalam kehidupan negara. Mahasiswa biasanya menjadi orang yang paling resah dengan ketidakberesan, benci dengan ketidakadilan, menginginkan tegaknya aturan dan norma kebaikan. Dengan begitu tepatlah manakala mahasiswa disebut sebagai social control, mengkritisi setiap ketidakberesan berjalannya sistem di masyarakat maupun negara.

Pemuda memiliki tipe pemikiran yang kritis dan kreatif. Mahasiswa sebagai bagian dari pemuda tak lepas dari sifat ini. Sejarah mengatakan, bahwa perubahan-perubahan besar berawal dari para pemuda. Kita dapat melihat bagaimana peristiwa kebangkitan nasional, sumpah pemuda, proklamasi kemerdekaan Indonesia serta reformasi berawal. Semua tidak luput dari peran para pemuda. Pun begitu dengan berbagai peristiwa perubahan, revolusi dan pembaruan di beberapa belahan dunia.

Kaum muda memiliki frame berfikir yang khas. Berawal dari idealismenya dia kritis terhadap persoalan-persoalan, dan dengan kreativitasnya memberikan solusi-solusi dari persoalan yang ada. Tak jarang solusi yang mereka hasilkan merupakan hal-hal yang tak terpikirkan sebelumnya oleh generasi yang lebih tua. Banyak terobosan baru yang mereka lahirkan, karena mereka punya paradigma berpikir yang berbeda. Karena berbeda paradigma, maka biasanya antara generasi tua dan generasi muda terjadi konflik pemikiran, antara paradigma lama dan paradigma baru. Kita dapat ambil contoh pada salah satu persitiwa besar, proklamasi kemerdekaan. Terjadi perbedaan pendapat antara golongan tua dan golongan muda tentang kapan proklamasi harus dilakukan.

Beberapa kelebihan yang bersifat alami di atas, yakni idealis, kritis dan kreatif membuat arus perubahan dapat diciptakan, menuju yang lebih baik sebagaimana idealita yang ada dalam benak mereka. Dipadu dengan sifat semangat, dan didukung oleh kekuatan fisik yang masih prima, maka arus perubahan semakin besar. Mereka tak akan kenal lelah dalam bekerja dan menggerakkan perubahan itu, sehingga dalam waktu yang tak terlampau lama apa yang mereka inginkan akan segera dicapai.

Kedua, potensi mereka dilihat dari aspek intelektualitas, kecerdasan dan penguasaan wawasan keilmuan. Ilmu dan wawasan yang dimiliki selain akan memperluas cakrawala pandangan, juga memberikan bekal teoritis maupun praktis dalam pemecahan masalah. Seorang mahasiswa akan dapat dengan mudah menyelesaikan masalah yang ada yang pada masa dahulu pernah ditemui manusia dan dirumuskan dalam berbagai teori pemecahannya. Atau, jika hal yang ada belum pernah ditemui sebelumnya, maka mereka sudah memiliki bekal yang metodologis dan sistematis tentang bagaimana cara menemukan pemecahan problem-problem yang ada. Tiada lain dengan riset, baik riset di bidang eksak maupun noneksak.

Potensi dari dua aspek yang ada itulah yang akan membuat mahasiswa dapat melakukan perannya. Syaratnya, kedua potensi itu benar-benar dikembangkan secara optimal oleh mereka baik secara personal maupun komunal sehingga dapat menjadi senjata yang siap digunakan untuk memberikan kemanfaatan terbesar bagi masyarakat. Potensi dari aspek karakter dikembangkan dengan berbagai aktivitas yang mengasah softskill, baik melalui kegiatan organisasi, pelatihan-pelatihan maupun aktivitas keseharian mahasiswa di luar kegiatan akademik. Sedangkan potensi intelektualitas dibangun melalui semua kegiatan yang mengasah hardskill, yakni kegiatan belajar mengajar, pengkajian, penelitian dan juga pelatihan. Dengan begitu mereka memiliki kualifikasi dan kompetensi menuju profil mahasiswa ideal, yakni mahasiswa yang memiliki integritas moral, kredibilitas sosial dan profesionalitas keilmuan.

Pada era sekarang ini, rasanya sudah tidak relevan lagi manakala implementasi peran mahasiswa hanya sekadar seperti apa yang dilakukan pada masa-masa lalu. Sebagian besar yang telah dilakukan mahasiswa untuk menjalankan peran sebagai agent of change dan social control dilakukan melalui aksi-aksi turun ke jalan. Aksi untuk menuntut perubahan kebijakan, penyebaran wacana dan opini ke publik, namun belum bisa memberikan solusi konkrit. Sudah saatnya hal itu diubah, sudah tiba waktunya bagi mahasiswa untuk memaksimalkan peran sebagai aktor intelektual yang dapat memberikan jawaban-jawaban dan solusi yang konkrit, membumi, aplikatif dan bermutu. Bukan sekadar wacana yang mengawang, atau alternatif solusi dari hasil analisis yang serampangan. Namun semuanya berbasis penguasaan keilmuan pada bidang masing-masing, melalui proses pengkajian yang mendalam dan komprehensif, dilihat dari berbagai sudut pandang secara interdisipliner sehingga menghasilkan solusi yang solutif.

Peran yang bisa dimainkan mahasiswa di daerah tentu tak terkungkung pada daerahnya masing-masing, namun bisa berperan di daerah lain. Juga tidak melulu yang bersifat konseptual, namun juga yang bersifat praktikal dengan terjun langsung di masyarakat. Yang jelas semuanya didasari oleh kerangka berpikir ilmiah. Mahasiswa dapat memulai aksinya berpijak dari masalah-masalah yang ada pada suatu daerah, maupun potensi besar yang belum terkembangkan atau teroptimalkan yang dapat menjadi senjata bagi daerah tersebut. Baik dalam bidang pangan, pendidikan, kesehatan, iptek, pertanian, sosial, budaya, pemerintahan dan lain sebagainya.

Di bidang pangan misalnya, suatu daerah memiliki keunggulan komparatif sebagai penghasil salak. Di setiap musim panen, produksi salak melimpah dan dapat mensuplai produk ke beberapa daerah lain yang membutuhkan. Permasalahannya adalah seringkali jumlah produksi salak melebihi permintaan yang ada, sehingga ada sisa yang setiap periode terbuang percuma, karena sifat produk pertanian yang cepat rusak. Berdasarkan permasalahan itu, seorang mahasiswa yang baik akan dapat mengubah permasalahan seperti itu menjadi potensi besar. Dia akan melakukan riset untuk menciptakan produk olahan dari salak, sehingga salak yang tidak termanfaatkan dalam bentuk mentah setelah menjadi produk olahan lain akan memiliki nilai jual lebih tinggi, disamping dapat meningkatkan daya tahan produk itu sendiri. Implikasi positif lain dari hal ini adalah membuka peluang usaha baru yang nantinya dapat menyerap tenaga kerja, dengan begitu pengangguran dapat dikurangi. Kripik salak dan selai salak merupakan contoh produk sebagai wujud nyata dari usaha semacam ini.

Contoh lainnya, manakala pada suatu daerah memiliki permasalahan pada banyaknya sampah padat yang tidak tertangani dan akhirnya menumpuk di beberapa tempat. Selain dari segi estetika tidak sedap bagi pemandangan, menimbulkan bau tidak sedap, dari aspek kesehatan dapat menjadi sumber beberapa penyakit, selain memberikan potensi ancaman banjir apabila menyumbat beberapa saluran air. Mahasiswa atau kelompok mahasiswa dapat memberikan solusi dengan program pemberdayaan masyarakat pengolahan sampah organik. Dampaknya pada pengurangan jumlah sampah yang ada secara signifikan, dihasilkannya produk olahan sampah organik misalnya menjadi pupuk organik yang memiliki kegunaan dan bernilai jual, serta meningkatkan kesadaran masyarakat tentang sampah.

Mahasiswa tidak harus terjun sendiri ke masyarakat secara swadaya, karena hal itu akan sangat berat. Alangkah sangat baiknya mahasiswa dapat merangkul berbagai pihak yang dapat diajak kerja sama dalam membuat proyek-proyek yang lebih besar untuk memberikan pencerdasan pada masyarakat dan memberdayakan mereka. Pemerintah daerah, pihak kampus (universitas) dan pihak swasta adalah pihak-pihak yang sangat bertanggung jawab dalam kemajuan masyarakat. Pemerintah daerah tentu saja pelaku utama yang bertanggung jawab penuh terhadap kemajuan masyarakat di daerahnya. Universitas memiliki kewajiban dalam pendidikan dan pemberdayaan masyarakat sebagaimana tertuang dalam salah satu poin Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pihak swasta memiliki kewajiban untuk melaksanakan program-program CSR (Corporate Social Responsibility). Peran ketiga elemen besar itu harus dapat dioptimalkan, dan disinergikan. Dan hal ini dapat diinisiasi oleh mahasiswa.

Pihak pemerintah berperan dalam pendanaan sebagaimana telah dianggarkan, juga SDM pakar dengan adanya para petugas penyuluh lapangan dari departemen-departemen tertentu. Pihak universitas memberikan sumbangan dari sisi keilmuan, program (misalnya dengan priogram KKN) dan SDM pelaksana, yakni mahasiswa itu sendiri. Aspek dana juga didukung oleh pihak swasta, selain perannya dalam memenuhi kebutuhan akan instrumen berupa peralatan maupun perlengkapan. Sinergitas yang saling melengkapi dari ketiga pihak ini akan memberikan signifikansi sangat tinggi dalam upaya melaksanakan pembangunan daerah. Karena dengan sinerginya beberapa pihak tersebut, masing-masing tidak bekerja sendiri melalui program yang bisa jadi overlap satu sama lain sehingga tidak efektif dan efisien, bahkan kontraproduktif.

Ke depan, kesadaran akan pentingnya sinergitas antara beberapa pihak perlu semakin ditingkatkan, dan ini harus dimulai semenjak sekarang. Tak ketinggalan, penyiapan diri mahasiswa, yang ke depan juga akan menempati ruang-ruang strategis di pemerintah, swasta maupun kampus harus dilakukan semenjak dini, dengan cara:
1.    Pengembangan potensi diri dari aspek hardskill maupun softskill sebagai upaya memaksimalkan potensinya sebagai iron stock,
2.    Melakukan kontrol kebijakan pemerintah terhadap penentuan arah dan karakteristik pembangunan daerah,
3.    Berupaya untuk senantiasa memenuhi kebutuhan akan perbaikan dari kehidupan masyarakat dan berbagai permasalahan yang terjadi di sana melalui penerapan dan implementasi ilmu yang telah diperoleh di bangku perguruan tinggi,
4.    Mengembangkan jaringan (networking) dengan berbagai pihak, khususnya yang memiliki peran dan potensi dalam pembangunan daerah.

Semua itu tak dapat terwujud manakala tidak diawali oleh kepedulian serta sikap kritis terhadap peristiwa sosial yang melahirkan niat dan kemauan untuk turut berperan serta memperbaiki masyarakat. Sehingga nantinya cita-cita untuk mewujudkan Indonesia sebagai bangsa yang berkedaulatan, berkeadilan, maju dan mandiri dapat diraih. [ ]



*) Penulis adalah pengurus MITI-Mahasiswa
sebagai Kepala Bidang Pembinaan Wilayah

Wednesday, May 20, 2009

Cukup Kata-kata Sederhana Buat Kami


Oleh : Cahya Herwening


Wahai para pemimpin negeri...
tak perlu lah kalian mengatakan sesuatu yang muluk,
tak perlu pula berkata yang melangit.
Masyarakat sudah kenyang, dengan kalimat yang mengawang.

Wahai para petinggi negara, ataupun para calonnya,
tak perlu kalian berjanji...
Apalagi, janji-janji tak pasti.
Rakyat negeri ini, sudah muak dengan janji yang tak ditepati.

Masih ingat manakala pada masa gempa Jogja,
ada yang berbicara....
bahwa tiap kepala rumah tangga bakal dapet 30 juta.
Tapi mana ya, realisasinya?

Itu hanya contoh teknis, bukan bermaksud pragmatis.
Masih banyak janji dan wacana yang tampaknya idealis,
dan berbaris-baris...

Kami tak butuh konsep-konsep.
Kami juga gak perlu wacana-wacana.
Pembangunan ekonomi kerakyatan?
Program-program pemerintah yang pro rakyat?
Memprioritaskan nasib wong cilik?

Ahh... teori...
Konsep dan wacana lagi!
Kita butuh aplikasi, implementasi...
Gak perlu janji, tapi bukti.

Maka, berkatalah sederhana.
Tak perlu muluk, melangit, mengawang...
Berkata apa adanya, yang dapat dipahami oleh semua.
Jika bawahanmu saja tidak paham, bagaimana rakyat bisa mengerti?? [ ]

Tuesday, May 19, 2009

Adakah Konspirasi di Pemilu Legislatif 2009?



Oleh : Cahya Herwening


Ini salah satu ganjalan di benak penulis tatkala mengikuti perkembangan jalannya pemilu legislatif kemarin. Ada beberapa hal yang terjadi, entah yang disiarkan melalui televisi, diinformasikan lewat media cetak, ataupun disaksikan dan didengar sendiri selama beberapa waktu lalu. Beberapa hal itu melahirkan satu pertanyaan besar, apakah benar di pemilu legislatif kemarin terlalu banyak rekayasa oleh tangan-tangan tak terlihat?

Pertanyaan tadi tampaknya bukan sekadar imajinasi atau khayalan penulis, karena beberapa orang lain atau bahkan mungkin banyak orang merasakan hal serupa. Termasuk calon presiden alternatif, Rizal Ramli, dalam sebuah acara di salah satu stasiun TV Indonesia bernama "Save The Nation" mengatakan bahwa ini adalah pemilu terkacau dibandingkan dengan dua pemilu sebelumnya. Beliau memberikan argumen beliau, mengapa berpendapat seperti itu.

Penulis pun memiliki hipotesisnya sendiri. Terlepas dari berbagai tulisan opini yang belum penulis temukan dan baca (sepertinya banyak), penulis hanya mengungkapkan apa yang penulis lihat/rasakan, dan ingat. Bisa jadi ini analisis yang sangat dangkal. Namun biarlah. Sesuatu yang dalam pasti diawali oleh sesuatu yang dangkal. Gak percaya? Coba aja jadi tukang gali sumur .

Baiklah, kita mulai saja beberapa 'kecurigaan' ini (semoga todak ditangkap dan dijebloskan ke penjara, hehe):

1. Kisruh DPT
Ada yang bilang bahwa data yang digunakan untuk menentukan DPT diambil dari data Departemen Dalam Negeri. Dan menurut informasi, data dari sana adalah yang paling tidak kredibel, atau tidak valid. Pada kenyataannya, ada banyak kasus dimana sebuah keluarga beranggotakan misalnya 8 orang namun yang ada di DPT hanya 2 orang. Bahkan, ada di dapil kami yang dari satu RW hanya sekitar 12 orang yang terdaftar!! Luar biasa. Mungkin tak hanya di satu tempat itu yang terjadi demikian.

Kasus lain, di dapil yang sama, di kecamatan penulis sendiri, terjadi kelucuan. Belum lama selesai agenda pemilihan kepala desa. Saat pilkades tersebut, warga masyarakat terdaftar sebagai pemilih. Namun di pemilu, dia tidak masuk DPT. Jadi bertanya-tanya, bagaimana sih koordinasi di tingkat --paling tidak-- kecamatan, kok bisa-bisanya seperti itu??

Banyak memang yang tak terdaftar di DPT. Termasuk teman-teman saya kader sebuah partai dakwah. Pada awalnya santai-santai saja, karena cukup yakin diri mereka akan masuk DPT di daerahnya (kebanyakan mahasiswa perantauan). Namun setelah sekitar 3 atau 2 hari menjelang hari H, baru tahu bahwa namanya tidak masuk DPT. Dan ketika mengurus, sudah terbilang terlambat. Memang sih, seharusnya sejak awal mengecek DPS apakah namanya sudah masuk atau belum. Namun lagi-lagi, tak jarang DPS tidak dipasang sehingga tidak bisa melihat apakah sudah masuk daftar.

Ada yang mengatakan bahwa kasus DPT ini ulah aksi intelijen (maksudnya aksi rahasia yang bersifat intelijen, tidak harus dilakukan oleh badan intelijen). Mungkin sudah terdata peta kekuatan masing-masing partai, kemudian menggembosi daerah yang perolehan partai tertentu itu minimal. Sedang menurut suatu sumber, daerah-daerah yang kucuran BLT-nya besar, kasus DPT-nya minimal, dan sebaliknya. Kenapa ya?

2. Peraturan Mutasi
Urusan mutasi pada pemilu kali ini sungguh rumit. Sangat berbeda dibandingkan dengan pemilu sebelumnya. Seseorang harus mengurus C-5 di TPS-nya, boleh sendiri, boleh orang lain/keluarganya. Syaratnya tentu harus terdaftar di DPT. Setelah C-5 diperoleh, lalu mengurus ke TPS yang dituju untuk mutasi. Setelah beres, baru deh bisa mencontreng di TPS tujuan.

Mungkin tampak tidak terlalu sulit, tapi kita lihat saja, ada beberapa 'filter' berikut:
- Apakah terdaftar di DPT? (mengingat banyak sekali kasus DPT)
- Dapatkah mengurus C-5? (karena banyak sekali KPPS yang tidak paham apa dan bagaimanakah C-5 itu....)
- Apakah memperoleh jatah mencontreng di TPS yang dituju? (jikalau KPPS di TPS tujuan memahami mekanisme mutasi, jatah kertas suara cadangan di TPS hanya 2% dari pemilih, itu pun akan dikurangi bila ada kertas suara rusak dan juga jatah untuk saksi-saksi).

Nah, kenyataannya di DIY yang banyak sekali mahasiswa perantauan mengaku sangat kesulitan mengurus mutasi dengan sistem seperti ini. Ada upaya advokasi dari beberapa lembaga mahasiswa, namun terganjal juga dengan beberapa hal, khususnya birokrasi. Sehingga, mau tidak mau beribu-ribu potensi suara terpaksa gugur secara teknis.

Fakta lain, banyak kader sebuah partai dakwah yang berasal dari kalangan mahasiswa, dan banyak di antaranya mahasiswa perantauan. Nah, bisa jadi sistem (peraturan) baru seperti itu sengaja dibuat agar banyak potensi suara dari partai tersebut yang berguguran.

Itu beberapa hal yang mengganjal di pikiran penulis. Mungkin ada hal lain yang terlupa. Jika ingat insya Allah akan ditambahkan. Nah, pertanyaannya adalah:
"Apakah hal-hal tersebut terjadi
karena kecerobohan, karena ignorant, atau memang by design?" Menurut hipotesis yang tersirat dari judulnya sih, yang terakhir nih pilihannya.

By the way, itu hanya cuap-cuapan orang kecil yang tak tahu apa-apa. Mungkin banyak yang menganggap asal ngomong. Tapi ini uneg-uneg rakyat kecil yang butuh klarifikasi, atau lebih jauh lagi solusi. Ada yang mau kasih tanggapan?? [ ]

Terlalu Banyak Spammer di YM, Nyebeliin!!

Yang ini pasti juga dialami oleh temen-temen yang sering online di YM. Akhir-akhir ini YM bener-bener mulai nyebelin. Sering kirim-kirim message sampah. Mengganggu banget. Messagenya itu-itu aja, tapi mengatas namakan seseorang yang ada di friend list. Tiba-tiba saja online, lalu nge-BUZZ!! kemudian kirim message iklan.

Kayak gini nih:

BUZZ!!!
Hey, you know those messages about the acai berry pills we have been getting all the time, well I actually tried them and I lost 23 pounds in no time at all and best thing was it only cost me five dollars. If you want they are still the same price at http://hyrjok.com

Huh, apaan tuh acai berry. Capcay kalii. Atau Acai Khan, salah satu bintang film Bollywood?? Mana ada atuh!!

Trus ini juga nih:

BUZZ!!!
I have been so skeptical lately on ways to lose weight, but I have to tell you, I found the way finally that works. I lost 23 pounds in the past two weeks with acai berry pills the same ones that were on oprah, they cost me only five dollars over at http://tyrnak.com

Wis dah. Gak tau gimana dia bisa online dengan ID orang lalu kirim message kayak gitu. Yang jelas, yang dimaksud "Dia" tuh bikan orang, tapi BOT yang sudah diprogram oleh pihak tertentu supaya bisa kirim message kayak gitu berulang-ulang.

Pokoknya intinya nyebeliin banget....!!

Tuesday, May 12, 2009

Meluruskan Paradigmaku Tentang Cinta




Oleh : Cahya Herwening


Dari sekian orang yang ada, tak semua bisa memahami apa sebenarnya cinta itu. Cinta memang sesuatu yang susah didefinisikan. Meski bisa dirasakan, seringkali sang pemilik rasa pun ragu, apakah yang sedang dirasakannya itu cinta? Lalu, bagaimanakah ciri seseorang mencintai sesuatu?

Penulis pernah membuat sajak tentang cinta sejati, di link ini: http://shirotsuya.multiply.com/journal/item/29 . Hmm, tampaknya apa yang telah saya tulis itu ada yang perlu diluruskan. Ini merupakan opini kedua dari penulis yang didapat setelah merenungkan sedikit lebih jauh tentang cinta. Tapi ini hanyalah opini, bisa benar, bisa sekali salah.

Di tulisan tersebut saya menyebutkan, yang intinya bahwa cinta tak harus memiliki. Nah, kemudian saya bertanya pada diri sendiri, mempertanyakan apa yang telah saya tulis tersebut. Saya bertanya, jika tidak memiliki, bagaimana cara merealisasikan cinta? Bagaimana mungkin cinta itu bisa berwujud secara konkret apabila kita sendiri tidak mempunyai hak atasnya??

Pertanyaan ini muncul manakala penulis merasa ada korelasi dan analogi antara cinta dan keimanan. Coba kita renungkan, manakala kita menilai diri beriman kepada Allah, pastilah iman itu didasari cinta kepada Allah. Atau sebaliknya, pastilah iman itu berbuah cinta kepada Allah. Tidak mungkin mencintai Allah jika tidak beriman kepada Allah, sebaliknya pula tidak mungkin disebut beriman kepada Allah apabila tidak mencintai Allah. Betul?
Bagaimanakah ciri-ciri orang yang mencintai Allah, sang kekasih sejati? Allah sendiri telah menyebutkan ciri orang yang mencintai-Nya, yakni dalam surah Al-Anfal ayat 2-4:

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia." (QS. Al-Anfal: 2-4)

Apabila disebutkan per poinnya adalah sebagai berikut:
  1. Bila disebut nama Allah gemetarlah hatinya,
  2. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah bertambahlah imannya,
  3. Mereka selalu bertawakal kepada Allah,
  4. Mendirikan shalat,
  5. Menafkahkan sebagian rizki (berinfaq, shadaqoh).
Begitulah ciri orang yang benar-benar mencintai Allah, orang yang beriman dengan sebenar-benarnya iman. Tidak hanya di hati, namun juga mewujud secara konkret dalam amalan yakni melakukan sholat dan menafkahkan sebagian rizki. Juga melebur menjadi ruh dalam setiap gerak dan aktivitasnya, dengan ketawakalannya.

Hal ini juga relevan dengan dengan pengertian iman. Al imanu tashdiqu bil qalb, iqraru bil lisan wal 'amalu bil arkan. Iman itu meyakini dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan. Tidak sempurna keimanan seseorang manakala hanya berupa keyakinan di hati. Atau hanya ikrar di lisan. Atau sekadar amalan-amalan saja. Namun ketiga aspek itu haruslah ada untuk dapat menjadi keimanan yang sejati.

Begitu pula cinta. Cinta pun harusnya berupa keyakinan di hati, dapat diikrarkan oleh lisan, dan di-ejawantah-kan dalam perbuatan. Apabila satu elemen itu tak bisa atau tak mungkin dilaksanakan, maka tak bisa disebut sebagai cinta yang sejati. Ketiga-tiganya harus ada untuk menjadi cinta yang sejati.

Bagaimana dengan cinta kepada lain jenis??

Ada pendapat banyak ustadz, bahwa cinta antara dua insan berlainan jenis itu dikatakan sebagai cinta sejati manakala cinta itu terbingkai dalam bingkai suci dan indah, ikatan pernikahan. Dan penulis sepakat tentang ini. Karena dengan adanya bingkai indah itu, kesempurnaan cinta bisa dilaksanakan. Selain ada di hati (bergetar hati jika disebut nama orang yang dicintainya, dan bertambah cinta bila disebutkan kebaikan dan kelebihannya), juga telah legal-halal untuk diikrarkan dengan lisan serta dikonkretkan melalui amalan anggota badan. Itu berarti, bahwa cinta memang harus memiliki.

Jika cinta itu tidak berada dalam koridor "memiliki", dalam artian tidak berada dalam bingkai pernikahan, maka paling maksimal hanya bisa teryakini dalam hati. Tidak halal untuk terikrarkan oleh lisan, apalagi lebih jauh lagi terimplementasikan melalui perbuatan oleh anggota badan. Berarti, cinta itu tidak bisa dilaksanakan secara sempurna, dengan kata lain bukan cinta sejati.

So, terkait dengan cinta kepada lain jenis, tidak perlu mencintai sebelum bisa memiliki. Karena jika belum atau tidak memiliki, belum bisa melaksanakan cinta itu secara sempurna. Sehingga cinta yang dimiliki, belumlah sejati. Tapi jika berani, ya silakan. Asal, siap-siap makan hati. ^___^

Wallaahu a'lam. [ ]

sumber gambar: http://khitbahku.files.wordpress.com/

Monday, May 11, 2009

Bukan VMJ, Tapi VAN


Oleh : Cahya Herwening


VMJ?? Apaan tuh?? Hmm, penulis yakin VMJ sudah bukan menjadi istilah asing. Bahkan termasuk istilah jadul, sudah lama dikenal oleh masyarakat, khususnya pada segmen tertentu. Jadi tidak perlu menjelaskan lagi apa dan yang bagaimanakah VMJ itu. Eh, tapi siapa tau ada kepanjangan lain selain yang dimaksud oleh penulis ya. Oke, yang dimaksud VMJ di sini adalah Virus Merah Jambu.

Selain seputar definisi, penulis yakin sudah banyak yang mengulas pula tentang sebab mengapa VMJ bisa muncul, akibat atau dampaknya, contoh-contoh kasusnya, dan sebagainya. Yang akan dipertanyakan di sini adalah, apakah nama VMJ itu masih relevan bila melihat pada tipe penyakit yang diakibatkannya dan potensi bahayanya??


Dalam sebuah forum taujih, seorang ustadz menyampaikan bahwa virus itu tidak layak dinamakan VMJ, Virus Merah Jambu. Karena, kesan dari nama itu justru kebalikan dari wujud dan bahayanya. Istilah "merah jambu" terkesan bagus, indah, menawan. Sedangkan virusnya sendiri dapat memberikan dampak luar biasa berbahaya. Antara lain contoh bahayanya ialah dapat merusak kelurusan orientasi dan kebersihan niat, membuka lebih lebar pintu syahwat dan implementasinya seperti khalwat, pacaran, bahkan perzinaan. Merobohkan bangunan kepribadian, fikroh dan amal sholih. Dan beberapa bahaya yang lain.

Dari potensi bahaya yang sedemikian besar, maka istilah VMJ jelas tidak relevan. Sebagaimana ustadz tersebut juga menyampaikan demikian. Menurut beliau lagi, jauh lebih cocok manakala virus itu dinamakan VAN, Virus Api Neraka. Rasanya, memang nama itu jauh lebih pas.

Kenapa Virus Api Neraka? Ya gampang saja jawabannya. Virus tersebut berpotensi menggiring pengidapnya menuju jurang neraka. Dengan tidak lurusnya niat dan orientasi, maka masuk kategori riya', sedang riya' adalah bagian dari kesyirikan. Apabila virusnya sudah menimbulkan dampak penyakit yang parah, maka pintu ke arah zina semakin dekat, padahal zina termasuk kabair (dosa besar). Jadi, nama VAN, Virus Api Neraka, memang jauh lebih relevan daripada VMJ.

Maka, dengan ini mendeklarasikan nama VAN -- VIRUS API NERAKA sebagai pengganti nama VMJ -- Virus Merah Jambu.


GOOOONGGG!!!!
(bunyi gong dipukul, tanda peresmian ). [ ]




sumber gambar: http://www.poconomountainleather.com/

Sunday, May 10, 2009

Bangganya Pria Jika Dicinta


Oleh : Cahya Herwening


Helloo... ketemu lagi dengan saya di tulisan-tulisan iseng. Namun meski iseng semoga sedikit banyak jadi bahan renungan dan inspirasi. Semoga judul di atas cukup menarik minat bagi yang kebetulan melihatnya di inbox. Sebagaimana salah satu syarat judul yang baik memang harus menarik, di samping harus menggambarkan isi tulisannya. Yuk kita mulai...

Pengambilan tema dan judul dari tulisan ini berawal dari selayang renungan, terhadap apa yang pernah dilihat, didengar dan dirasakan penulis. Khususnya terkait hal-hal yang berhubungan dengan masalah pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Lebih khusus lagi kondisi hati dan orientasinya dalam menjalin interaksi. Ini ada kaitannya juga, bahkan erat, dengan fase PeDeKaTe. Entah itu terjadi saat pertama kali berkenalan, atau saat mencoba memperdalam tingkat kedalaman hubungan.

Huee... sampai di sini, tampaknya pembicaraan mulai menghangat ya . Tema-tema seperti ini tampaknya akan selalu menarik, hangat, dan tak pernah basi. Meski itu semua kembali kepada paradigma sosial, apakah masih relevan untuk membicarakan permasalahan cinta, padahal masih jauh lebih banyak masalah-masalah lain yang harus dipikirkan. Namun masalah cinta yang sebenarnya kecil, dapat menjadi sumber bagi masalah-masalah dan peristiwa lain yang lebih besar, bahkan jauh labih besar. Perlukah diberikan contoh? Penulis rasa tidak perlu, karena sudah terlalu banyak, baik di masa lalu maupun peristiwa yang masih aktual, hangat dan menjadi sajian di layar kaca di setiap harinya.

Kita kembali ke jalur semula . Secara umum, yang namanya laki-laki, cowok, pria manapun, melakukan pendekatan kepada sebuah obyek (baca: wanita) pastilah berdasarkan ketertarikan. Entah karena suka atau sekadar simpati. Bisa karena rupa, watak atau karakter, sifat dan sikap. Namun, tak jarang sepertinya, yang melakukan PDKT karena iseng saja dan coba-coba.

Kita kesampingkan laki-laki yang benar-benar serius PDKT karena memang pengen berproses dalam menjemput jodohnya. Ya jelas, karena tidak ada orientasi yang salah. Lha kalau memang sudah siap memiliki pendamping, kenapa tidak? Ya kan? Nah, untuk selanjutnya kita bicarakan lelaki yang PDKT karena sekadar iseng.

Laki-laki, makhluk yang bisa jinak seperti domba, bisa juga liar seperti serigala. Terkadang, dia serigala berbulu domba. Hehehe.. ngeri memang. Sebagaimana serigala, ketika dia melihat mangsa, maka akan menyusun segala strategi untuk mendapatkan mangsa tersebut. Apakah dengan cara fair, atau kelicikan, segala cara ditempuh. Wah, lebay memang.

Intinya, jika ada sasaran yang menarik minat (faktanya, banyak sekali yang menarik minat), maka tentu menyusun strategi untuk melakukan pendekatan. Banyak sekali macam strateginya. Penulis mengupas tentang itu di tulisan yang lain, biar tidak buka-buka rahasia teknik PDKT cowok dan cogom (cowok gombal), hehe. Nah, tapi ya itu tadi, perlu diwaspadai bahwa tak sedikit PDKT yang hanya bersifat iseng saja!!

Hah?? Iseng!! Dasar, kurang kerjaan banget!! Yah, begitulah sebagian kenyataannya. Cowok itu merasa bangga, bila nantinya ada yang merespon dan kecantol dengan dia. Bangga jika nantinya ada yang benar-benar suka, atau sukses terkena jebakan gombalismenya. Penulis juga tidak tau, dari mana asal dari motivasi seperti ini, dan apa pula tujuannya. Yang jelas, rasa senang manakala ada yang terkena umpan di kailnya bisa jadi menjadi kenikmatan tersendiri.

Kemudian, setelah ada yang kecantol, lalu diapain? Ya penulis pun tidak begitu tahu. Semua bergantung dari jenis cowok itu. Ada yang kemudian mempermainkan untuk kesenangannya. Ada yang mendiamkan alias cuek dan meninggalkannya. Ada yang mencari sasaran-sasaran baru, agar makin banyak 'ikan' yang didapatnya. Memangnya mancing??

Begitulah. Di sini penulis hanya asal cerita saja. Mencoba share agar beberapa pihak terkait mewaspadai makhluk yang disebut cowok. Khususnya para cewek, agar semakin hati-hati. Dan terlebih, jangan memulai terlebih dahulu dengan memamerkan paras ayumu, tubuh seksimu, suara manjamu, tingkah centilmu. Semua bahaya akan kembali kepadamu. So, jaga diri dan hatimu. Waspada.. waspada!! [ ]

Saturday, May 9, 2009

Orang yang Terpuruk




Oleh : Cahya Herwening


Orang yang terpuruk bukanlah orang yang hidup miskin,
Bukan pula yang tadinya kaya raya dan konglomerat, kemudian jadi melarat.

Orang yang terpuruk itu bukanlah orang yang tidak lengkap anggota tubuhnya,
Atau pun tadinya lengkap kemudian cacat karena suatu sebab.

Orang terpuruk itu bukanlah orang yang gagal meraih keinginan,
Maupun juga yang gagal meraih cita-cita.

Orang terpuruk bukanlah orang yang....
...... belum bertemu jodoh padahal sudah berusia,
...... belum dikaruniai anak meski sudah lama menikah,
...... belum punya momongan dalam usia senja bahkan renta.



LALU??






















SIAPAKAH ORANG YANG TERPURUK ITU???





































Orang yang terpuruk adalah orang yang tak bisa memenuhi janji-janjinya,
Orang yang terpuruk adalah orang yang tak bisa menguasai nafsunya, bahkan mengumbarnya,
Orang yang terpuruk adalah yang menyia-nyiakan waktunya untuk kemaksiatan,
Orang yang terpuruk adalah yang tak bersemangat dan tak merasakan nikmat-manisnya ibadah.



Orang yang terpuruk adalah orang yang tak punya tujuan hidup...
Tak tahu mau ke mana....
Dan tidak pula tahu harus melakukan apa.........



Itu menurutku.
Kalau menurutmu??


Lalu.............sedang terpurukkah kamu???

Tuesday, May 5, 2009

"One Step to Japan" *)

 

Oleh: Firman Alamsyah, M. Si. **)

 

Judul itu saya tulis di papan tulis Edwartech, ketika saya belajar bahasa Jepang dan persiapan untuk tes dan wawancara beasiswa Monbusho. Saya tulis "one step", karena masih ada beberapa langkah lainnya untuk bisa sekolah ke Jepang. Untuk satu langkah saja (one step), harus mempersiapkan diri ekstra keras. Apalagi langkah-langkah berikutnya. Berikut ini ceritanya ....

Alhamdulillah, saya lolos seleksi beasiswa Monbusho Research Student tahun 2008. Itu adalah nikmat dan anugerah Allah yang selalu ditunggu-tungu para pejuang pencari beasiswa. Sebagaimana para pejuang pencari beasiswa lainnya, untuk memulai perjuangan, harus punya modal yang bagus terlebih dulu, seperti:

  1. CV yang memperlihatkan track record akademis

  1. TOEFL >550

Untuk memperoleh TOEFL >550, saya sendiri harus 4 kali mengikuti ITP TOEFL. Pertama 520, terus 530, 553, terakhir 570. Untuk mendapatkan TOEFL seperti itu, bisa diperoleh dengan belajar rutin 1-2 jam selama 4 bulan. Untuk belajar mandiri bias beli bukunya di toko buku.

 

  1. Jaringan

Untuk mendapatkan profesor di Jepang, saya sendiri dikenalkan oleh dosen UGM dan dosen ITB. Jadi. berbaik-baiklah dengan dosen-dosen Anda di kampus.

 

  1. Proposal yang menarik

Sebelum proposal saya dikirim ke profesor di Jepang, sudah direvisi oleh dosen UGM tersebut sebanyak 2 kali, terus sama profesor di Jepang direvisi 2 kali juga. Jadi proposal yang saya kirim untuk apply monbusho sudah oke. Ada kasus yang menarik dialami dosen peternakan UNDIP yang lolos wawancara. Waktu apply, TOEFL-nya tidak lolos sebenarnya, tapi karena proposalnya menarik ia ditelpon staf kedubes Jepang untuk mendapatkan TOEFL 550, bukan ITP juga gak apa-apa. Tapi jangan coba-coba kirim aplikasi dengan TOEFL dibawah standar. Ini cuma kasuistik saja, mungkin memang rezeki yang bersangkutan.

 

  1. Pengecekan form aplikasi

Form aplikasi sebelum dikirim, minta dicek dulu sama teman yang alumni Jepang, agar tahu selera orang Jepang. Thanks banget buat DR. Edi Sukur yang sudah mengobrak-abrik form aplikasi saya. Makan sushi-nya nanti kalau sudah di Jepang ya. Tapi gak janji ya…

 

  1. Penyusunan semua dokumen dengan rapi dan sesuai urutannya. Jepang sangat ketat dengan administrasi.

  1. Mengantar dokumen

Dokumen diantar langsung ke kedubes, karena jika ada kesalahan susun, langsung bisa diperbaiki di kedubes. Kadang yang tidak tertera di peraturan di website, ternyata di kedubes berlaku. Dan application form yang diterima di Jepang cuma yang asli dari kedubes, bukan yang download di website. Formnya berbeda dan harus dikirim yang asli, bukan hasil print. Ini saya alami sendiri. Mungkin kalau dikirim via pos, dokumen saya sudah masuk tong sampah kedubes.

 

  1. Berdoa

Yang namanya mendapat beasiswa merupakan rezeki masing-masing. Sepintar apapun seseorang, kalo bukan rezekinya, belum tentu dapet beasiswa. Meski gak pinter-pinter amat kayak saya, kalau sudah rezekinya, ya bakal dapet. Alhamdulillah…

 

  1. Satu hal lagi, bagi yang punya tampang mujahidin Afghanistan, sebaiknya jenggotnya dicukur dulu yang rapi, baru kemudian difoto. Jangan sampai gara-gara foto, orang Jepang udah takut duluan. Ada teman yang tampangnya kayak mujahidin Afghan, belum pernah lolos seleksi beasiswa, padahal track record akademisnya jauh lebih bagus dari saya. Dari beasiswa monbusho, ADS, Fullbright, IDB dan banyak lagi, sudah dicobanya. Ya mungkin memang belum rezekinya ya.


Lolos seleksi dokumen, merupakan anugerah yang luar biasa, karena hanya kurang dari 100 orang (sekitar 90-an) yang dipanggil tes bahasa dan wawancara monbusho. Untuk persiapan tes bahasa, saya belajar bahasa Jepang 1 bulan sebelum pengumuman lolos dokumen. Walau ini sebenarnya juga gak nolong banget, paling gak bisa baca hiragana dan katakana, walau belum tentu tau artinya. Paling gak saat tes, kelihatan serius ngerjainnya soalnya orang Jepang senang dengan orang yang (kelihatannya) pantang menyerah. Antara pengumuman lolos dokumen dengan  tes bahasa, bedanya hanya 1 minggu, jadi lumayan mepet kalau gak ada persiapan sejak awal.

Selain tes bahasa jepang, ada tes bahasa Inggris (klasik) juga. Asli susah, lebih susah dibandingkan TOEFL. Kabarnya, di antara tes bahasa Jepang dan tes bahasa Inggris, nanti diambil nilai yang terbaik.

Saya sarankan ambil kedua tes tersebut, walau gak bisa mengerjakan tes bahasa Jepang. Yang menarik dari tes bahasa tersebut, ternyata dari 4 meja terdepan, 2 meja terdepan yang masing-masing berisi 3 orang, termasuk saya, lolos semua. Mungkin ada baiknya, jika Anda lolos seleksi dokumen terus di tes bahasa, ambil meja terdepan. Tapi gak tahu juga, berpengaruh apa tidak. Tapi ya, tidak salah juga kan, kalau duduk di depan. Lalu jangan coba-coba buka soal sebelum ujian dimulai dan nyontek. Watch out, ada kamera yang mengintai (katanya). Ada teman di meja belakang saya yang ketahuan membuka soal sebelum ujian dimulai, akhirnya tidak lulus.

Untuk tes wawancara harus berhadapan dengan 5 orang panelis, 3 dari Jepang dan 2 dari Indonesia. Ini pengalaman kedua, diwawancara oleh orang asing untuk mendapatkan beasiswa. Sewaktu dapet beasiswa S2 dari Austria, diwawancarai oleh 3 orang dari Austria dan 1 Indonesia. Satu hal yang penting dari wawancara adalah first impression. First impression bisa dilihat dari cara berpakaian, cara bersikap ketika masuk ruang dan jawaban dari pertanyaan pertama. Setiap wawancara beasiswa, saya selalu mengenakan jas. Jangan lupa sikat gigi dan mandi yang bersih. Kalau ini sih harus ya ....


Pengalaman ketika wawancara, 1 orang Jepang ngomong Inggrisnya gak jelas, kayak orang lagi kumur-kumur. Setelah dicerna, baru tahu saya, apa yang dimaksudkannya. Wawancara berlangsung sekitar 30 menit. Yang penting nyerocos terus. Alhamdulillah hampir semua pertanyaan dari panelis, sudah saya siapkan jawabannya. Jadi panelis tampaknya puas dengan semua jawaban saya. Sempat juga disuruh ngomong dalam bahasa Jepang. Untuk menghadapi wawancara, saya menyiapkan waktu 1 minggu full, sampai menginap di lab Edwartech.

 

Waktu saya wawancara, ada 4 orang peserta lainnya yang masuk dalam jadwal yang berurutan. Ada yang alumni UI dan ITB, yang mahasiswa ITB juga ada. Kebetulan saya mendapat urutan yang terakhir. Ada peserta yang keluar ruang, matanya berkaca-kaca, karena gak bisa jawab pertanyaan teknis keilmuan dari panelis. Ada yang cerah ceria, karena wawancaranya santai dan cuma ketawa-ketawa di dalam ruang. Ada yang mau nangis karena dibantai sama panelis. Intinya, kita harus persiapkan betul semua jawaban dari pertanyaan yang mungkin ditanyakan panelis, terutama ketika kita mempresentasikan proposal riset dan menjawab keilmuan yang berkaitan dengan riset kita. Jangan sampai gagap, nyerocos aja terus. Paling juga orang Jepangnya gak ngerti, kali.... Oh ya, bagi yang pernah riset di Jepang, sangat membantu saat wawancara.

Sebelum berangkat ke Padang, untuk mengisi acara MITI-Mahasiswa di Sumatra, ketika di bandara Soekarno-Hatta sambil menunggu pesawat, saya ditelpon kedubes Jepang, bahwa saya lulus primary screening. Alhamdulillah, itu 2 minggu setelah saya tes wawancara. Jadi ke Padang dalam kondisi bahagia, walau disambut lampu padam, gak masalah.

 

Alhamdulillah saya sudah mendapat letter of acceptance (LA) dari profesor di University of Tokyo (Todai). Untuk mendapat LA dari profesor tersebut, saya harus mengirimkan berkas aplikasi Monbusho ke Graduate School yang kita tuju, nanti akan diproses oleh staf di sana. Saya kirim juga copy berkas aplikasi ke profesor. Untuk amannya, kirim berkas melalui jasa kiriman yang sudah terpercaya. Selain aman juga lebih murah dibandingkan jasa pengiriman lokal. Dari cerita beberapa teman yang lolos Monbusho juga, untuk mendapatkan LA, ternyata prosesnya berbeda di tiap universitas dan profesor. Ada yang gampang banget, sampai dapet 3 profesor seperti di Nagoya, ada yang harus test dulu seperti di TIT (Tokyo Institute of Technology) dan SOKENDAI, ada yang cuma kirim soft copy via email ke profesor, tanpa harus mengirim berkas aplikasi ke Jepang, dan profesornya yang mengurus pendaftaran di kampusnya. Memang rezeki masing-masing. Sebelumnya di Todai, saya sudah dapat profesor di SOKENDAI (Graduate School of Advanced Studies), sekolah khusus S3. Tapi karena profesornya tahu, saya cari profesor lain, akhirnya beliau menolak saya masuk labnya. Hal ini memang cukup sensitif. Tapi ada temen yang dapat 3 profesor, dan profesornya sama-sama tahu, ternyata tidak masalah. Memang rezeki masing-masing.

 

Untuk masuk program S2 dan S3 di Todai, saya harus lolos tes GRE dulu. Tesnya bisa diambil di Indonesia. Untuk masuk program S2 dan S3 di universitas Jepang, pada umumnya ada tes masuk terlebih dulu. Tesnya bisa berbeda-beda di tiap universitas. Jadi peraih beasiswa Monbusho, baru berstatus research student, jadi di Jepang harus berjuang lagi untuk bisa masuk program S2 dan S3. Makanya tulisan ini berjudul "One step to Japan". Setelah berbagai proses yang telah dilalui. Insya Allah saya dan teman-teman peraih beasiswa Monbusho, akan berangkat 1 April 2009.

 

Sebagai penutup, saya ingin berpesan kepada yang ingin mendapatkan beasiswa, bahwa berjuang mendapatkan beasiswa itu, bukan menunggu durian runtuh, jatuh terus dibelah (bahkan kadang sudah belah sendiri) dan dimakan. Istilahnya gratisan gitu. Tapi take it for granted. Berjuang mendapatkan beasiswa itu, seperti memanjat pohon kelapa. Penuh dengan effort. Ketika di atas pun, harus berusaha menjatuhkan kelapanya, itu pun dengan usaha. Jadi kalo ada orang yang menawari beasiswa, bukan serta merta gratisan. Semuanya ada mekanisme standar yang harus dipenuhi dan dilewati oleh para pejuang pencari beasiswa. Oke sementara ini dulu cerita saya, raih masa depan Anda dan masa depan negeri ini. [ ]

 

 

*) Ditulis oleh Firman Alamsyah, M.Si. dengan editing seperlunya.

*) Penulis adalah Ketua Biro Pelajar dan Mahasiswa MITI

Dan Awardee of Research Student Monbukagakusho Scholarship 2008 at University of Tokyo Japan.