Wednesday, November 12, 2008

LETS BE A TRUE HERO! *


Oleh : Cahya Herwening

Siapa pahlawan masa kecilmu? Kalau ditanya seperti itu, jawaban kita bakal macem-macem. Ada yang ngejawab Batman, Superman, Flash Gordon, Turtles, itu klo yang saat kecil demen liat film kartun. Ada pula yang heronya Gatotkaca, Wrekudara, sampai Pangeran Diponegoro. Pokoknya kita pengen jadi seperti hero idola kita. Sebenarnya siapa sih pahlawan itu? Bisa tidak sih kita jadi superhero?


Pertanyaan di atas mungkin pantas muncul di benak kita, manakala kita kembali ketemu ma momen hari pahlawan, yang seperti biasa, jatuh pada tanggal 10 November. Di kepala kita, yang namanya pahlawan itu ya yang kayak Cut Nyak Dien, Imam Bonjol, Pangeran Antasari, Nyi Ageng Serang, RA Kartini, Kapten Pattimura dan sebangsanya. Banyak banget tokoh pejuang masa lalu yang telah dinobatkan sebagai pahlawan nasional.

Para pahlawan di atas adalah beberapa pahlawan yang ‘resmi’ dan ‘legal’ menurut pemerintah. Definisi pahlawan versi pemerintah kudu mengacu pada Peraturan Presiden No.33 tahun 1964. Dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan pahlawan adalah a) warga Negara RI yang gugur dalam perjuangan – yang bermutu – dalam membela bangsa dan negara; b) warga negara RI yang berjasa membela bangsa dan negara yang dalam riwayat hidupnya selanjutnya tidak ternoda oleh suatu perbuatan yang membuat cacat nilai perjuangannya. Kedua poin di atas menjadi kriteria utama untuk menetapkan seseorang menjadi pahlawan nasional.

Hmm… setelah dipikir-pikir, berat juga ya syarat jadi pahlawan menurut versi pemerintah itu. Kudu punya karya perjuangan di level negara. Kalau kita liat diri kita sekarang, boro-boro mau level nasional, level kabupaten atau bahkan kecamatan aja belum tentu bisa atau nggak. Liat aja, di pertandingan catur tingkat kampung aja keok! Hehehe…. emang lomba tujuh belasan?? Menurut kamus Oxford, yang disebut pahlawan (hero) adalah a person, typically a man, who is admired for their courage or outstanding achievements; atau seseorang, biasanya laki-laki, yang dikagumi karena keberaniannya atau pencapaian yang luar biasa. Nah, seberapa pula pencapaian kita saat ini? So, bisa enggak sih, kita jadi pahlawan dengan kekuatan dan kemampuan kita saat ini?

Ada seorang tokoh mengatakan, bahwa di setiap zaman ada pahlawannya, di setiap generasi ada pahlawannya dan di setiap wilayah ada pula pahlawannya. Di zaman dulu kala (ciee… kayak ngedongeng aja..), pada kaum Bani Israil diturunkan pahlawan, salah satunya Isa as. Beliau diturunkan kepada mereka untuk mnyelamatkan mereka dari kesesatan. Beliau pun punya pengikut yang juga para pahlawan, Hawariyyin. Pernah suatu ketika Nabi Isa as. membutuhkan penegasan komitmen mereka dengan menanyakan “siapakah yang akan menjadi penolong agama Allah?”, mereka dengan sigap menjawab; “kamilah para penolong agama Allah.”. Hal ini terekam dalam surah Ash-Shaff ayat terakhir, yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?" Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: "Kamilah penolong-penolong agama Allah", lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir; maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang.”
    
Kita pun mustinya bisa jadi pahlawan pula di wilayah kita dan zaman kita ini. Kita pasti bisa berperan dengan apa yang ada dalam diri kita saat ini, entah itu kekuatan yang kita telah miliki, atau potensi diri yang belum tergali dan terkembangkan. Cukuplah kita kembalikan makna pahlawan itu pada asal katanya, yakni “pahala” dan “-wan”. Pahalawan, artinya orang yang memiliki banyak pahala, orang yang gemar mencari pahala, atau orang yang beraktivitas dalam tugas dan peran yang penuh pahala dan kebaikan. Tentu kita mau banget lah, bisa punya banyak pahala. Itulah yang namanya pahalawan alias pahlawan. Hehehe…
   
Pahala itu dari Allah Ta’ala, dan untuk memperolehnya kita musti melakukan amalan-amalan sebagaimana yang Allah perintahkan. Maka ini akan menjadi relevan dengan ayat yang disebut di atas, bahwasannya Allah telah memerintahkan kepada kita: “Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah…”. Perintah untuk menolong agama Allah itu ditujukan kepada semua yang mengaku beriman. Berimankah kita? Jika iya, yuk mari … menjadi penolong agama Allah. Itulah pahlawan sejati, the true hero.
   
Bagaimana caranya? Kita nggak bakalan bisa jadi penolong agama Allah (Islam) manakala kita sendiri gak tau gimana sih Islam itu. Seorang bodyguard atopun satpam yang disuruh ngejaga sesuatu kudu tau barang yang dijaga apa. Klo nggak, saat barang itu hilang gak bakalan ngerti hilang atau belum, lha liat barangnya aja belum pernah. So, kita pun kudu tau tentang apa yang kita jaga, yakni Islam, dengan cara mempelajarinya dari semua sarana.
   
Setelah mempelajari, terus apa lagi? Yang dilaksanakan lah. Supaya mendarah daging, agar menjadi akhlak. Kalau cuman kita pelajari doang secara teoritis, so bakal cepet ilang. Percaya deh. Makanya kudu diamalkan. Terlebih lagi, mengamalkan itu menjadi kewajiban klo kita dah punya ilmunya, karena amal adalah buah dari pohon ilmu.
   
Lalu setelah mengamalkan, lalu apa dong? Hmm.. jangan sampai cuma kita doang yang ngamalin, tapi kudu bersama-sama orang yang lain agar memiliki dampak luas, dalam memperbaiki masyarakat. Makanya kita yang dah tau duluan, kudu ngasih tau yang lain, alias menyampaikan, atau istilah kerennya sih berdakwah gitu choy! Idih berdakwah, berat amat istilahnya ya?? Hehe.. gak juga kok, soalnya Rasulullah saw bersabda, “Sampaikanlah sesuatu dariku meski hanya satu ayat.” Nah, apapun yang kita tau, itu bisa didakwahkan.
   
Setelah dakwah, apalagi? Belajar, beramal dan berdakwah itu musti dikerjakan dengan berkelanjutan alias istimror. Supaya istiqomah, so kudu punya kesungguhan (jiddiyah). Nah kita emang musti berjihad (bersungguh-sungguh) klo pengen apa yang telah kita lakukan dapat bertahan dan konsisten. Sungguh-sungguh dalam belajar, beramal maupun berdakwah, juga dalam kondisi yang diperlukan bisa berjihad untuk berjuang membela apa yang musti kita jaga. Empat hal itulah, menuntut ilmu, mengamalkannya, mendakwahkannya dan berjihad atasnya, yang disebut dengan menolong agama Allah. Simpel kan?
   
Trus, apa keuntungan buat kita? Ya jelas lah, kita bukan golongan orang yang lalai dan ingkar dari keimanan, karena kita membuktikan keberimanan kita itu. Lebih jauh lagi, kita pun bakal dapet keuntungan dunia akhirat Bro. Di dunia, kita yang menolong agama Allah juga bakal ditolong oleh-Nya dalam segala urusan hidup kita, dan juga ada jaminan kemenangan (kesuksesan) yang dekat. Sedangkan di akhirat, kita bakal diampuni dosa kita yang segunung itu, serta kita akan dimasukkan ke dalam syurga Allah swt yang luar biasa kerennya. Kita perhatikan nih firman Allah dalam beberapa ayat Qur’an berikut:

Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman. ” (Qs. Ash-Shaff: 10-13)

Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Qs. Muhammad: 7)
   
Nah, itulah balasan bagi sang pahlawan, yakni pahala yang besar dan kebaikan, di dunia maupun di akhirat. So ... dare to be a hero, a true hero? [ ]

*) Artikel ini ditulis untuk bulletin SKI FTP UGM, November '08.

18 comments:

  1. ini bener nggak kaidah asal-usul istilahnya?kok saya br tahu ya..

    ReplyDelete
  2. ini bener nggak kaidah asal-usul istilahnya?kok saya br tahu ya..

    ReplyDelete
  3. Hmm.... yg mana Ukht?? Yg "pahalawan"?
    Ada.. klo gak salah saya denger daru guru bahasa Indonesia pas SMP.
    Klo gak ya... opini pribadi laah... Huehehehe... :D

    ReplyDelete
  4. Itu pahlawanmu? Bagoos...
    Beliau saw. adalah pahlawanku, pahlawanmu, pahlawan kita semua!! ^___^

    ReplyDelete
  5. walah kok masih ragu githu..^__^
    ya tambahan ilmu bg saya, baru tahu asal mula kata PAHLAWAN..

    ReplyDelete
  6. Hehehe... soalnya mengandalkan ingatan manusia yang lemah ini.
    Insya Allah asal istilahnya memang seperti itu. :)

    ReplyDelete
  7. katanya ninja kok manusia yang lemah,hehe

    ReplyDelete
  8. Ya jelas lah.. sekuat apapun manusia pada hakikatnya hanyalah makhluk yang dhaif.
    Apakah manusia yg serba lemah itu pantas sombong??
    Jika iya, maka sesungguhnya dia telah mengikuti jejak iblis.
    So..... sehebat-hebatnya si ninja ini, tetaplah lemah... ^___^

    ReplyDelete
  9. iya..iya..tadz..ingat fitrah kita sbg manusia ya??^__^

    ReplyDelete
  10. :-) pahlawan masa kecil, masa ini, masa mendatang, Rasulullah SAW! amiin.. ^__^

    ReplyDelete
  11. Amiin.. ^___^ Sip deh dhek Teguh. Emang harus gitu. Hehehe...

    ReplyDelete
  12. Wah... kalau yang itu dah masuk kategori the true hero. Melahirkan, membesarkan, mendidik anak kan sangat erat dengan melaksanakan amanah dari Allah swt, dan termasuk membela agama Allah ^___^.
    So ibu tuh termasuk the true hero. Hehehe...

    ReplyDelete
  13. baru tahu euy, pahala wan?
    Semoga spirit pahala-wannya semakin meningkat.

    ReplyDelete
  14. Yup, pahalawan ^___^.
    Hmm...
    Ninis butuh pahlawan?? Call me!!

    *www.narsis.com* huhuu.. :D

    ReplyDelete